*Aku Seorang Mualaf*
"_______________________________"
~_______________________~
________❇Happy reading❇_______
🍀
Selama di perjalanan Rachel hanya diam tak mengeluarkan suara sepatah kata pun, membuat Davin merasa aneh dengan adik perempuannya ini.
"Dek, kamu kenapa?" tanya Davin sambil menoleh sebentar kearah Rachel dan kembali menatap jalanan.
"Gak apa-apa kok kak." jawabnya pelan.
"Serus?" Rachel hanya mengangguk, Davin melihat wajah Rachel yang tiba-tiba berubah pucat membuat Davin semakin khawatir.
"Dek, muka kamu kok pucat? Kamu kenapa? Kamu gak apa-apa kan? Apa Ada yang sakit? Atau pusing?" tanya Davin dengan bertubi-tubi.
"Gak kenapa-napa kok kak." jawab Rachel pelan dari sebelumnya.
Mobil Davin berhenti di depan sekolahan Rachel.
Davin menghentikan pergerakan adiknya yang akan keluar dari mobil.
Lalu menatapnya tajam."Kamu yakin gak kenapa-napa?" tanya Davin lagi memastikan.
"Iya kak, gak apa-apa. Udah ah, Rachel mau masuk dulu bentar lagi belnya bunyi." ucap Rachel dan langsung keluar dari mobil milik kakaknya.
"Rachel masuk yah kak, makasih udah anterin Rachel. Kakak hati-hati dijalan.""Dek!" Baru saja Rachel melangkahkan beberapa langkah kakaknya memanggilnya lagi.
"Apa lagi?"
"Kalo kamu sakit, kamu minta izin pulang aja yah." Rachel memutar bola matanya malas.
"Rachel gak apa-apa kok. Udah ah." Rachel kembali melanjutkan langkahnya sedikit cepat.
Davin melihat kepergian adiknya dengan perasaan yang cemas.
Dia tau betul jika Rachel pasti ada yang disembunyikan.Tapi apa?
*****
Setelah beberapa jam Rachel mengikuti pelajaran di kelasnya, akhirnya bel istirahat pun berbunyi membuat semua siswa yang berada di kelas langsung berhamburan menuju kantin.
Berbeda dengan Rachel, Karin dan Fani. Mereka masih berada di dalam kelas. Karin dan Fani Menatap Rachel dengan tatapan bingung, dari awal masuk kelas mereka perhatikan Rachel seperti sedang menahan rasa sakit.
"Chel, lo kenapa? Lo sakit? Muka lo pucat banget loh." ucap Karin dengan nada khawatir.
"Muka Rachel pucat karena belum di make Up sih, nih Fani kasih pinjam lipstik sama bedak biar gak pucat lagi." kata Fani sambil mengeluarkan peralatan make upnya didalam tasnya.
Fani mendapat tatapan mengerikan dari Karin saat dia bicara tadi."Mending lo diem deh!" Fani diam seribu bahasa jika Karin sudah mulai naik pitam.
"Gue gak kenapa-napa kok." ucapnya dengan nada sedikit gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku seorang Mualaf
Fiksi Remaja[BELUM DI REVISI. TYPO MASIH BERTEBARAN.] Tak seharusnya aku tambatkan hati padanya. Tak seharusnya ku luluh kan hati ku pada seseorang yang langkah kakinya tak satu arah dengan ku. Tak seharusnya aku selalu berada di setiap harinya. Karena pada das...