*Aku seorang Mualaf*
"_______________________________"
IkhyaLilHusna
~_______________________~________❇Happy reading❇_______
🍀
Di kantin sekolah terlihat Fani memasang wajah antara bingung dan rasa ingin tau, dengan meletakan kedua telapak tangannya kearah pipinya seolah sedang memikirkan sesuatu.Karin yang sendari tadi melihat raut wajah temannya itu, melontarkan pertanyaan memulai pembicaraan.
"Lo kenapa sih fan? Dari tadi mukanya kayak banyak pikiran gitu, kebanyakan utang sama mang wanto?" Karin mendapatkan pukulan pada tangannya oleh Fani.
"Iiishh... Apaan sih Karin, gue lagi mikirin waktu mau ke Wc tadi." jawabnya dengan nada kesal.
"Tunggu, lo gak cebok? Iiihh jorok banget" ejek Karin dengan mengedikan bahunya jijik.
"Bughh..." Fani kembali memukul lengan Fani keras sehingga pemiliknya meringis sakit.
"Apaan sih lo Fan, dari tadi nabokin gue mulu?!" ucap Karin sambil mengelus lengannya yang sakit.
"Abisnya sih Karin ngomong nya aneh-aneh aja, kan kesel." rajuk Fani.
"Yaudah gue ngalah, emang lo mikirin apa?" tanya Karin.
"Gue tadi liat bokapnya Rachel di sekolahan." mata Karin melotot.
"Pak Rama maksud lo?" tanya Karin dengan nada serius.
"Iya siapa lagi?" jawab Fani sambil menyeruput minumannya.
"Bukannya Rachel hari ini gak berangkat sekolah yah?" ucap Karin sambil mengerutkan keningnya.
"Nah itu yang bikin gue bingung." otak Karin mulai berputar.
"Ada apa yah? Kok tiba-tiba Pak Rama datang ke sekolah? Firasat gue kok gak enak nih." batin Karin.
"Pulang sekolah Otw ke rumah Rachel." ucapnya mendapat anggukan Fani.
"****
Setelah mendengar bahwa Rachel akan dibawa oleh ayahnya keluar negri, tentu Davin seorang kakak tidak setuju, lantaran dia yang baru datang ke Indonesia yang bertujuan ingin bertemu Adik tersayangnya itu dan tiba-tiba Rachel akan dibawa keluar negri.
Tentu Davin tak akan diam.Davin saat itu yang masih berada di depan pintu kamar Rachel, berusaha mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaganya. Dan syukur, pintunya terbuka, melihatkan Rachel yang tersedu-sedu menangis sambil memeluk lututnya.
Kemudian Davin langsung membawa Rachel pergi dari rumah sebelum Ayahnya-Rama akan pulang."Kak, bi ijah ikut aja yah?" seru Rachel dengan nada serak.
"Gak apa-apa kok non, bibi di sini aja." balas bi ijah.
"Gak bi! Bi ijah harus ikut, kalau tidak pasti papah akan marah besar pada bibi jika tau Rachel tidak ada di rumah." ucap Rachel, membuat bi ijah memikir.
"Iya bi, saya juga gak mau bi ijah yang jadi pelampiasan papah saat tau Rachel tidak ada di rumah." ucap davin.
"Baiklah, bibi akan ikut."
Dan sekarang Davin, Rachel dan Bi ijah sedang berjalan ke tempat apartemen milik Davin, semetara hanya Apartemen tempat agar Rachel aman dari Ayahnya itu. Setibanya di apartemen, Rachel sempat menangis lagi, karena dia takut jika ayahnya pasti akan mencarinya, dan yang paling ia takutkan adalah, pasti ayahnya akan mencari keberadaan Davin-kakaknya itu.
Dan Rachel tidak mau ada pertengkaran diantara mereka, karena bagaimanapun kedua lelaki tersebut yang sangat dia sayangi."Sudah non, jangan nangis terus dong, bibi gak tega lihatnya." ujar bi ijah sambil menyodorkan segelas air putih pada Rachel.
"Bi, kak Davin ke mana?" tanyanya setelah meneguk air putih yang diberkan bi ijah.
"Den Davin balik lagi ke Rumah sakit, buat nemenin nyonya." Rachel memijat keningnya yang terasa pusing.
"Non kalau capek, tidur aja. Non Rachel juga dari tadi kan nangis terus pasti capek, sekarang istirahat aja yah." ucap bi ijah mendapat anggukan kecil dari Rachel.Bi ijah merapihkan bantal dan menidurkan Rachel dan menarik selimut agar Rachel lebih nyaman saat tidur.
Bi ijah tersenyum kearah Rachel sambil mengelus rambut Rachel yang halus."Non Rachel kan gadis pintar, pasti bisa menemukan jalan keluarnya" ucap bi ijah yang masih tersenyum kearah Rachel.
"Non Rachel harus yakin, Tuhan memberi kita ujian tidak akan melebihi batas kemampuan hambanya, kita hanya sedang di uji seberapa besar iman kita, dan pasti Tuhan juga akan memberi kita Hadiah sebagai bonus karena kita telah berhasil melewati ujianya, yang terpenting Sabar." Rachel membalas senyuman bi ijah dengan menganggukkan kepalanya.*****
"AARRRGHHH RACHEL DIMANA KAMU.....!!!!"
Di lain sisi Rama yang sedang mengamuk melihat Rachel yang tidak ada di kamarnya, dan pembantunya-Bi ijah yang juga entah menghilang.
Dia juga beberapa kali memecahkan barang yang ada di dekatnya, melampiaskan amarahnya.
Benar apa yang dikatakan Davin, jika saja bi ijah masih berada di rumah mungkin akan menjadi sasarannya, bi ijah pasti akan di introgasi dan pasti akan berbuat kasar jika tidak menjawab."Tokk...tok...tok..." suara ketukan pintu membuat Rama menoleh dan berhenti mengamuk.
Alhamdulillah bisa Up juga😇
Tumben Author Up nya cepet nih, soalnya lagi Mood😀😁Ada yang bisa nebak siapa yang dateng?
Ada yang kangen ceritanya Hafidz sama Nabila lagi?Ayooo dong komentar nya🙏🙏🙏🙏
Nanti Author ngambek nih, gak usah Up sekalian😩😩😂😅😄

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku seorang Mualaf
Teen Fiction[BELUM DI REVISI. TYPO MASIH BERTEBARAN.] Tak seharusnya aku tambatkan hati padanya. Tak seharusnya ku luluh kan hati ku pada seseorang yang langkah kakinya tak satu arah dengan ku. Tak seharusnya aku selalu berada di setiap harinya. Karena pada das...