*Aku seorang Mualaf*
"_______________________________"
IkhyaLilHusna
~_______________________~________❇Happy reading❇_______
🍀
Teriknya matahari di siang ini, membuat badan sangat gerah dan panas.
Dan jika cuaca seperti ini cocok bila meminum segelas Es buah.Termasuk saat ini Hafidz yang sedang menuju ke toko Es buah langganannya. Saat akan menuju ke meja untuk memesan, Hafidz melihat sosok wanita yang sangat dia kenal. Dia memakai baju syar'i bewarna biru langit, sepertinya wanita itu pegawai toko Es buah tersebut.
Tapi mengapa baru hari ini Hafidz melihatnya? Padahal dia sangat sering mampir ke toko Es buah sebelum dia berangkat bekerja.
"Mau pesen apa mas?" wanita itu menoleh kearah Hafidz dan refleks merubah raut wajahnya datar.
"Es buahnya satu." jawab Hafidz mendapat anggukan oleh Wanita itu dan langsung pergi dari hadapan Hafidz.
Hafidz menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada wanita itu.
Namun sepertinya dia enggan untuk berbicara dengannya."Ini pesanannya." wanita itu menyerahkan satu kantong kresek putih yang berisi Es buah pesanan Hafidz.
"Terimakasih." jawab Hafidz sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan pada wanita itu.
Saat wanita itu kembali ke tempatnya, tiba-tiba Hafidz memanggilnya.
"Nabila." sontak Nabila pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh kearah Hafidz.
"Bisa kita bicara. Sebentar saja saya janji." Nabila tidak membalikan tubuhnya namun dia mendengar ucapan Hafidz.
Hafidz melihat Nabila seperti bicara sesuatu dengan pegawai lain. Seperti meminta izin untuk keluar sebentar.
Dan akhirnya Nabila pun melewati Hafidz."Ikut saya." Hafidz menatap kepergiannya dan langsung mengikuti langkah kaki Nabila.
Setelah Nabila berhenti di sebuah taman yang tak jauh jaraknya dari toko Es buah tersebut.
"Kamu mau bicara apa?" ucap Nabila tanpa menatap wajah Hafidz.
Sedangkan Hafidz dari tadi menatapnya dengan seksama bahkan hampir tak berkedip.
Astagfirullah, saya berdosa telah menatap seseorang yang bukan Mahrom selama ini.
Hafidz menggelengkan kepalanya berusaha agar tenang."Kasih saya satu alasan kenapa kamu pergi?" ucap Hafidz dengan nada lembut.
"Maaf jika kamu ingin membicarakan masalah ini, saya tidak bisa." jawabnya sambil membuang muka kearah lain.
"Saya berhak tau, Nabila."
"Kamu tidak ada hak buat tau. Saya permisi, Assalamualaikum." Nabila melangkahkan kakinya pergi melewati Hafidz yang masih berdiri.
"Waalaikumsalam." Hafidz mengusap wajahnya gusar
Sungguh sulit untuk menemukan satu titik alasan, mengapa Nabila begitu padanya.
Hafidz melirik kearah Jam tangannya menunjukan pukul 15:00, Hafidz terjolak kaget. Dia bisa telat"Astagfirullahaladzim! Saya bisa telat!" ucapnya sambil berlari kecil menuju mobilnya.
*****
Terlihat seorang gadis berambut lurus sepunggung sendari tadi memperlihatkan senyumnya. Dia begitu sangat bahagia lantaran kini bertemu dengan ibunya dengan keadaan sadar dari kritisnya.Rachel menggenggam tangan ibunya yang berada di bangkar, seperti tak ingin lepas dengan senyumnya yang tak henti.
"Ya ampun, ini anak mamah kok senyum-senyum mulu sih dari tadi. Seneng banget kayaknya." Claudia-Ibunya Rachel tersenyum geli melihat tingkah lucu anaknya.
"Gimana gak seneng, lihat mamah udah siuman." ucapannya sambil mencium punggung tangan Claudia.
"Emang mamah berapa lama sih gak sadar-sadar? Sampe anak mamah ini kangen banget sama mamahnya." ucapannya sambil menjawil hidung bangir Rachel.
"Lama. Sampe satu minggu mamah gak siuman." rajuk Rachel.
Claudia terkikik.
"Cuma satu minggu doang kok." ucap Claudia dengan nada menggoda."Satu minggu itu lama, mamah!" Rachel merengut.
"Iya deh iya, sini mamah peluk."
Claudia dan Rachel pun berpelukan.Rachel sangat merindukan suasana seperti ini. Di peluk dengan ibunya dengan rasa nyaman.
Claudia membelai rambut Rachel dengan penuh sayang."Maafin mamah yah sayang." Rachel melepas pelukan dan menatap ibunya.
"Kok mamah minta maaf, emang mamah salah apa?" tanya Rachel.
"Salah mamah banyak. Mamah selama ini belum bisa menjadi ibu yang baik buat Rachel, mamah belum bisa menjadi rumah dimana Rachel saat bersedih. Mamah selalu sibuk dengan pekerjaan mamah. Mamah sering marahin Rachel bahkan mamah sering gak peduliin Rachel. Mamah gak bec--" Rachel keburu menghentikan ucapan ibunya.
"Ssstt... Mah, apapun sikap mamah ke Rachel selama ini, Rachel tetep sayang sama mamah. Dan itu gak akan merubah semuanya." ucap Rachel yang menghapus air mata yang mengalir di pipi ibunya.
Kini Rachel dan Claudia kembali berpelukan sambil terisak nangis.
Akhirnya Rachel mendapatkan sosok ibunya kembali seperti apa yang dia inginkan selama ini.
Benar apa kata bi ijah. Kita hanya perlu bersabar jika ingin mendapatkan sesuatu, Tuhan hanya sedang menguji kesabaran umatnya.
Dan bisa dikatakan, Rachel berhasil melewati ujian tersebut.
Alhamdulillah bisa Up cepet🙌
Hayooo kasih komentar nya dong🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku seorang Mualaf
Teen Fiction[BELUM DI REVISI. TYPO MASIH BERTEBARAN.] Tak seharusnya aku tambatkan hati padanya. Tak seharusnya ku luluh kan hati ku pada seseorang yang langkah kakinya tak satu arah dengan ku. Tak seharusnya aku selalu berada di setiap harinya. Karena pada das...