* Aku seorang Mualaf *
"_______________________________"
@IkhyaLilHusna
~_______________________~________❇Happy reading❇_______
🍀"Mau coklat?"
Rachel menatap batangan coklat silverQwin mengarah padanya.
Rachel menuntut pandangannya ke arah seseorang yang memberinya coklat."Ka davin?!" mata Rachel berbinar, dia langsung memeluk davin dan menangis sedu di dalam dekapan davin, dan davin pun langsung membalalas pelukan Adiknya dengan penuh sayang membelai rambutnya.
"Nangis aja sepuasnya, kalo emang nangis yang membuat kamu tenang" davin pun masih terus membelai rambut rachel.
"Mamah... Kak.." ucap rachel dengan sesegukan.
"Mamah pasti baik-baik aja kok" davin berusaha menenangka adiknya itu.
Davin selama ini memang tak ada di Indonesia, dia tinggal di negara Turki bersama dengan istrinya.
Karena sangat jauh jarak dari Indonesia-Turki davin jarang bahkan tidak pernah pulang ke rumah.
Hanya saja paling davin sering memberi kabar lewat telefon atau Vidio call, itu pun hanya ingin mengetahui keadaan Adik kesayangannya itu.Semenjak davin pindah ke Turki,
Banyak kejadian-kejadian yang dia tidak tau tentang keluarganya.
Davin pernah mengetahui satu kabar, bahwa rachel, adiknya itu jarang pulang ke rumah, dengan alasan rachel malas mendengar Orang tuanya selalu berdebat.Kabar itu pun tidak davin dapatkan langsung dari keluarganya, melainkan pembantu di rumah nya.
Berdebat?
Sudah tidak asing lagi bagi davin,
Sebelum dia pindah pun orang tuanya sering bertengkar, berdebat dan sebagainya."Kamu udah makan? Muka kamu pucat loh?" tanya davin pada rachel yang sudah berhenti menangis dan mulai memakan coklat yang di beri davin
"Kak davin kapan pulang? Kok gak ngasih tau rachel?" ucap rachel yang malah kembali bertanya.
"Pertanyaan kakak ajah belum kamu jawab, kamu malah nanya?"
"Belom, Rachel belom makan" ucapnya kesal membuat davin gemas dan mengacak rambutnya.
"Ya udah kita makan dulu yuk, kebetulan kakak juga belom makan siang" ajak davin.
"Terus mamah?" rachel menatap wajah ibunya sebentar.
"Tadi kakak udah ngomong sama bi ijah sebelum kakak ke sini, suruh jaga mamah dulu" jawab davin.
"Emang bi ijah kemana?" tanya rachel sambil diajak davin keluar.
"Di musholah" rachel hanya mengangguk.
****
Satu fakta dari davin adalah,
dia seorang Mualaf.
Awal dia menjadi mualaf, berawal dari saat dia melanjutkan kuliahnya di negara Turki, lalu bertemu dengan perempuan yang bernama 'Siti Fatimah' dia beragama islam dan anak seorang Kiyai besar di turki.
Davin dan fatma memang satu tempat kuliah, namun beda jurusan.
Awal davin mengenal fatimah karena davin sering mendengar bacaan Al-Qur'an nya, lalu davin penasaran.Lalu davin bisa dikatakan menjadi Penguntit,
Dia ingin lebih tau tentang fatimah.Singkat cerita, davin pun melamar fatma dengan mahar berupa dia menjadi seorang Mualaf.
Semejak menikah dengan fatimah, davin sangat giat dalam ilmu Agamanya.****
"Ka fatimah gak ikut pulang sama kakak?" tanya rachel yang menyuapkan makanan nya kedalam mulutnya.
"Ikut kok, cuma kakak gak izinin dia buat ke sini." jawab davin yang selesai memakan makanan nya.
"Kenapa gak kakak izinin?"
Bukannya dijawab, davin malah tersenyum ke arah rachel, membuat rachel mengerutkan keningnya.
"Kak fatimah sedang hamil, takut kalo dia terlalu capek entar ke ganggu sama kandungannya." rachel terkejut.
"Apa..!? Kak fatimah hamil kak? Baru berapa bulan kak? Wahh... Punya ponakan juga akhirnya, cewek apa cowok kak? Duhh... Gak sabar deh pengen gendong ponakan rachel" rachel heboh sendiri, mendengar kabar bahwa kakak iparnya sedang mengandung anak dari kakaknya itu.
"Ini kakak mau jawab pertanyaan yang mana dulu nih?" ucap davin sambil tersenyum, sedangkan rachel hanya cengengesan.
"Ngapain kamu balik ke Indonesia lagi!?"
ucap laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapan rachel dan davin, membuat mereka berdua menatap ke arah laki-laki tersebut.
Rahang davin, tiba-tiba mengeras dan menunjukkan wajah yang menahan amarah setelah melihat siapa laki-laki itu.
📌Cirebon
📝Selasa, 17 September 2019
👑IkhyaLilHusna👑
VotMen😉🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku seorang Mualaf
Teen Fiction[BELUM DI REVISI. TYPO MASIH BERTEBARAN.] Tak seharusnya aku tambatkan hati padanya. Tak seharusnya ku luluh kan hati ku pada seseorang yang langkah kakinya tak satu arah dengan ku. Tak seharusnya aku selalu berada di setiap harinya. Karena pada das...