*Aku Seorang Mualaf*
"_______________________________"
IkhyaLilHusna
~_______________________~________❇Happy reading❇_______
🍀
"Fani, apa gak seharusnya kita ikut jagain Rachel juga di rumah sakit? Gue khawatir kalo yang jaga bokapnya." ujar Karin.
"Lahh..., Kenapa harus khawatir? Justru kalo Rachel dijaga sama bokapnya kan malah aman dong." balas Fani dengan melanjutkan memakan keripiknya.
Setelah Rama-Ayahnya Rachel datang kerumah sakit tadi, Karin dan Fani memutuskan untuk pulang, tetapi Fani malas untuk langsung pulang kerumah nya jadi dia ikut pulang kerumah Karin.
"Lo inget gak sih Fan, waktu kita dateng kerumah Rachel hari itu. Bokapnya kan lagi ngamuk-ngamuk gitu, mukanya nyeremin lagi. Gue takut kalo bokapnya bakal ngamuk lagi di rumah sakit." jelas Karin membuat gerakan memakan keripiknya behenti.
"Iihh... Fani kok ngomong gitu, masa nyumpahin bokap sahabatnya sendiri gila sih."
Sabarin kalian tau kan kalo si Fani ini terlalu polosnya kelewatan.
Karin menepuk jidatnya, dia harus ekstra sabar jika berbicara dengan Fani.
"Siapa yang nyumpahin sih? Kan gue ngomong kalo--""Sama aja karin..." cegat Fani. "Dosa loh nyumpahin orang tua, bisa kualat nanti, entar masuk neraka. Fani mah gak mau ikutan kalo karin masuk neraka." ucap Fani dengan santainya melanjutkan makanannya.
Karin menggelengkan kepalanya.
Entah kenapa dia bisa ketemu sama orang macam Fani gini, dan bersahabat dengan orang yang mempunyai otak yang dibawah batas normal atau diatas batas normal?
kalo orang lain yang bicara sama Fani bisa-bisa gila kali tuh orang yang bicara sama Fani.
Untung, Karin paham dan mempunyai kesabaran kalo Karin orangnya emosional, bisa gila juga Karin.Tak ingin berbicara terlalu banyak dengan sahabatnya itu, Karin langsung mengambil jaket dan kunci motornya dan berlalu keluar kamarnya.
"Karin mau kemana?" teriak Fani membuat Karin menoleh.
"Mau beli kucing." jawabnya ketus lalu melanjutkan langkahnya.
"Buat apa?" Fani bangkit dari duduknya menyusul Karin.
"Buat jadi temen ngomong gue." ucapanya saat sudah menaiki motornya.
"Karin kan takut sama kucing?"
"BODO... Mending gue ngomong sama kucing dibanding ngomong sama anak TK." karin menekankan kata 'anak TK' lalu melajukan motornya meninggalkan Fani yang masih bingung dengan ucapan Karin.
"Perasaan dari tadi Karin kan ngomong sama Fani doang, gak ada anak TK di dalem." Fani menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Dasar Karin aneh." ucapnya lalu kembali masuk kedalam rumah Karin.
🍀
Siang hari ini matahari yang cahayanya terang dan tak begitu terik kebanyakan orang sedang menikmati aktifitasnya masing-masing, andai mereka tau bahwa Sholat Dhuha dua rakaat lebih penting dibanding apa yang sedang mereka kerjakan.
Yang seperti lelaki satu ini, dia tak pernah meninggalkan Sholat Dhuha biarpun pekerjaannya saat ini yang menjadi Dokter dan memungkinkan sulit mengatur waktu untuk Sholat sunnah ini, dia selalu menyempatkan ibadah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku seorang Mualaf
Подростковая литература[BELUM DI REVISI. TYPO MASIH BERTEBARAN.] Tak seharusnya aku tambatkan hati padanya. Tak seharusnya ku luluh kan hati ku pada seseorang yang langkah kakinya tak satu arah dengan ku. Tak seharusnya aku selalu berada di setiap harinya. Karena pada das...