part | 21

243 27 2
                                    

*Aku seorang Mualaf*

"_______________________________"

IkhyaLilHusna

~_______________________~

________❇Happy reading❇_______

🍀

Hari telah menjelang pagi, dengan malas Rachel menyantap sarapan paginya.

"Makan'nya yang bener dong dek." ucap Davin yang tengah mengambil piring untuk menyantap sarapan pagi juga.

"Kak, Rachel gak mau sekolah." rajuk Rachel dengan nada manja.

Rachel memang dari dulu selalu bersikap manja dengan kakaknya. Di luar mungkin Rachel terlihat seperti perempuan yang jutek, kasar, tomboy, tapi dibalik sikapnya itu tersimpan sikap majanya, namun hanya dia tunjukkan kepada kakaknya saja.

Karena hanya dengan kakaknya lah dia bisa merajuk manja.

Ayahnya? Atau ibunya?

Dari dulu, dia sangat impikan bisa bermanja, berpelukan dengan kedua orang tuanya.
Dan pada saat Claudia memeluk Rachel di rumah sakit kemarin adalah hal yang paling bahagia yang pernah Rachel dapat.

"Gak! Kamu harus sekolah." jawab Davin dengan tatapan tajamnya.

"Gak mauu..."

"Harus!"

"Gak mau!"

"Harus!"

"Gak mauuu..."

"Ya ampun... Ini kok pagi-pagi ribut sih, ada apa?" tanya Claudia yang baru saja datang dari dapur sambil membawa segelas susu ditangannya.

Sedangkan Fatimah dari tadi dia sedang mencuci piring, awalnya Claudia menawarkan agar dia saja yang melakukan tetapi Fatimah menolak.
Claudia hanya takut jika menantunya terlalu capek akan mengganggu kandungannya.

"Tuhh, mah... Kak Davin yang mulai duluan!" adu Rachel pada Claudia.

"Apaan sih! Rachel tuh mah, masa dia gak mau berangkat sekolah." jawab Davin yang tak mau kalah.

"Loh... Kok Rachel gak mau berangkat sekolah? Kenapa?" tanya Claudia yang duduk di sebelah Rachel.

"Rachel takut." ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

"Takut kenapa?"

"Rachel takut kalau ayah tiba-tiba datang kesekolah Rachel dan bawa paksa Rachel." entah kenapa beberapa hari ini Rachel lebih banyak bersedih dan menagis. Jauh dari Rachel yang orang lain kenal.

"Kamu jangan takut, mamah akan ngomong sama ayah hari ini." sontak Rachel mendongakan kepalanya menghadap Claudia-Ibunya.

"Jangan mah!" halang Rachel.

"Gak apa-apa sayang mamah udah tau betul sifat ayah kamu seperti apa. Mamah gak akan membiarkan satu orang pun menyakiti anak perempuan mamah, termasuk ayah." ujar Claudia sambil tersenyum manis kearah Rachel.
Mata Rachel tak kuasa membendung.

Apakah dia tak salah dengar?

Apakah tadi ibunya memanggilnya dengan sebutan sayang?

Aku seorang MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang