50# One More Time

2.4K 329 111
                                    

"Namun nyatanya waktu hanya memberiku kesempatan untuk lebih merindukanmu, bukan melupakanmu."





Sedikit menggelikan mengingat banyak sekali orang yang mengaku alergi terhadap bau-bauan khas rumah sakit, sedangkan di sisi yang lain tak sedikit pula orang yang malah menginginkan dirinya menghabiskan waktu di setiap hari di tempat ini. Memangnya kenapa? Apa yang salah dengan semerbaknya bau obat dan alkohol di sini?

Tentu itu sebuah lelucon, mereka hanya tak tahu saja bahwa dua bau itu jauh lebih baik dan menguntungkan dibandingkan bau aneh dari mayat yang harus menjalani autopsi. Ah, bahkan hal itu bagaikan minyak kesturi yang selalu saja dinikmati hampir setiap hari.

Sebuah jas putih tersampir begitu saja menutup sebagian tubuh seorang manusia yang membiarkan kepalanya benar-benar terbenam di balik itu. Sebuah dengkuran halus dan tarikan napas yang teratur menjadi bukti mati bahwa tempat ini penuh dengan hal indah lain.

Tentu, tak banyak yang mereka tahu tentang rumah sakit yang dianggap keramat itu. Mereka belum tahu saja bahwa tempat ini adalah tempat kedua dikabulkannya doa paling banyak didengar setelah rumah ibadah. Tak percaya? Baiklah, adakah tempat paling banyak dipanjatkannya doa setelah rumah ibadah?

Rumah sakit bukan hanya tempat tentang semua duka pilu karena rasa tak terima dan kehilangan. Namun juga tempat dimana tak sedikit orang percaya tentang sebuah keajaiban. Bukan hanya tentang bagaimana caranya ikhlas melepas kepergian, tapi juga bagaimana cara bersyukur setelah mendapat kebahagiaan.

Dan mungkin keajaiban itu akan segera datang, tentu pada orang yang percaya.

"Astaga!" pekikan membahana itu sama sekali tak mengusik makhluk di balik jas tersebut. Ia masih setia dengan sejuta mimpi indahnya di seberang sana. Dengan cepat tangan mungil itu menarik jas yang menutupi wajah tampan pria bergigi kelinci tersebut.

"Jeon Jungkook!" teriaknya lagi membuat sang empu hanya mendesis dan membalikkan tubuh ke samping.

"Kookie semua orang mencarimu," ucap Yerim lagi sambil menarik kasar tangan Jungkook.

"Yerim, bukan karena Tzuya tak ada sekarang kemarahannya beralih padamu," gumam Jungkook masih dengan mata terpejam.

"Kookie, astaga!"

"10 menit lagi aku janji,"

"Sudah hampir satu jam kau menunda acara dan membuat semua orang kelimpungan mencarimu,"

"Lalu kenapa mereka harus repot? Aku tak menyuruhnya,"

"Ayahmu yang menyuruhnya,"

Mata Jungkook terbuka seketika, ia segera beranjak duduk dan menatap Yerim dengan mata membulat.

"A--"

"Doakan aku masih bisa selamat setelah ini, Yerim," ujar Jungkook sebelum memilih pergi dan berlari. Yerim mendesah menciptakan pula senyuman di bibirnya. Ia menatap arah pria itu menghilang tadi.

"Apa dengan berubah seperti ini caramu untuk terlepas dari luka, Kookie?"

*
*
*

Suara tepuk tangan menjadi akhir dan awal bagi cerita baru si pria bergigi kelinci tersebut. Ia tersenyum manis menerima sambutan-sambutan hangat para dewan direksi padanya.

Breathless [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang