"Jika kau memilih untuk pernah memiliki, maka kau juga harus siap untuk kehilangan. Karena, dua hal yang saling bertolak belakang itu sudah ditakdirkan untuk saling berhubungan."
▪️▪️▪️Ternyata tak semua doa akan dikabulkan dalam waktu yang cepat. Ya, seperti yang kini diyakini pemuda bergigi kelinci itu.
3 tahun ia menunggu kembalinya gadis manis dengan dimple di pipinya sambil terus mencari. Tapi, rasanya Tuhan belum mau mendengarkan itu. Jungkook kembali mendesah, di hadapannya buku-buku tebal dengan semua ejaan dalam bahasa asing seakan memperberat saja beban di hidupnya.
Sudah 2 jam Jungkook terdiam di bangku taman dengan terus membalikkan halaman buku tersebut, agaknya semua kata di dalam benda itu tak ingin masuk ke dalam logika pria itu.
"Ya ampun,"
Jungkook menoleh sekilas dan kembali mencebikkan bibirnya ketika mendapat pendengaran tentang suara tersebut, inginnya kedua mata Jungkook terjaga untuk tidak menangkap sosok yang kini malah memandang Jungkook dengan tatapan tak percaya.
"Kau membolos?" tanyanya lagi sambil mendaratkan bokong tepat di samping pria Jeon itu.
Jungkook kembali dengan rasa abai tentang manusia di sampingnya ini, ia kembali mengalihkan pandangan pada deretan kata yang tercetak jelas dengan tinta hitamnya.
"Yak! Jeon Jungkook! Aku tetaplah seniormu, kau tau?"
"Hm, aku tau," jawab Jungkook enggan membuat orang di sampingnya kembali tertawa hambar.
"Baiklah, karena kau baru merasakan apa yang namanya bolos, mari kuajak kau pada penyambutan paling menyenangkan dalam dunia kami," ujarnya lagi dengan bangga, Jungkook mendecih dan menutup bukunya dengan kasar sebelum mengalihkan netra dengan ketajaman yang luar biasa.
"Siapa kau yang membuatku ingin aku masuk dalam duniamu--"
Plak!
"Park Jimin--"
"Aish! Bocah satu ini tak berubah,"
Ya, Park Jimin.
Pemuda periang yang mampu memabukkan para wanita dengan senyumannya. Ia adalah senior Jungkook yang terpaut usia 2 tahun, dan sama-sama menjadi jajaran pria incaran di Seoul University kampus ternama di negeri ginseng tersebut.
"Pergilah," ujar Jungkook yang kembali membuka bukunya, Jimin hanya menatap dari ekor matanya saja dan menggeliatkan badan.
"Hyung," protes Jungkook membuat Jimin kembali berdecak.
"Aku tau kau ingin sendiri, tapi kau juga tak punya hak melarang manusia lainnya untuk--Jungkook!" panggil Jimin melihat pemuda itu kini beranjak dan beralih pergi.
"Dasar bocah,"
*
*
*Jungkook kembali menatap kalender di depannya. Matanya nanar melihat satu lagi tanggal yang ia silang dengan spidol merah. Jungkook mendesah, berharap sedikit saja rasa di dadanya ikut keluar dan membuat hatinya merasa lebih ringan.
Pandangannya teralih pada boneka Yoda yang masih tersimpan rapi di atas nakas samping tempat tidurnya.
"Kau keterlaluan, Tzuya," gumam Jungkook melempar spidol tersebut asal. Pria itu berjalan membuka balkon kamarnya dan menatap pemandangan sore langit kota dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless [COMPLETED]
Fanfiction|Sebagian part telah dihapus| Ini hanya sebuah kisah sederhana, kisah yang juga menjadi milik bersama. Lelaki dan wanita bersahabat, tak mungkin jika tidak ada cinta diantaranya, mungkin tidak pada keduanya, tapi pasti ada pada salah satunya. Memang...