"Memilih untuk tidak memilih adalah sebuah pilihan."
▪️▪️▪️Semuanya telah habis. Tzuyu sudah menyerah sekarang, benar-benar menyerah. Memasrahkan hidupnya pada sebuah harapan hampa yang tak pernah berhasil ia raih. Kini, isak tangis itu menjadi saksi, bagaimana semalaman penuh gadis belia yang malang tersebut merundung nasibnya yang terlampau menyedihkan.
Kini, ia sudah tak punya alasan untuk tetap tinggal atau pun bertahan. Sudah cukup semalam airmata membawa larut semua dukanya sebelum ia meninggalkan Seoul. Tzuyu kembali menatap sekeliling kamarnya. Dan netranya terpaku pada tempat terakhir dimana ia dan sang ibu masih sempat bicara dan tertawa bersama.
"Ibu, aku merindukanmu,"
Suara ketuka pintu membuat Tzuyu menghapus airmata dengan cepat dan segera keluar.
"Ya, Bibi?"
"Ada yang ingin menemuimu,"
Tzuyu terdiam, sempat berpikir dan mencari siapa gerangan yang datang untuk menemuinya? Hatinya ingin berkata itu Jungkook, tapi ia lelah karena harapannya terus saja salah. Tzuyu akhirnya mengangguk.
"Aku akan turun ke bawah secepatnya,"
Sepeninggal bibinya, Tzuyu kembali menatap kamarnya sekilas dan menarik napas panjang, merapikan kaus putih yang ia kenakan dan memeriksa matanya yang sembab.
Tak apa, siapa yang peduli?
Tzuyu turun dengan malas, sejak tadi ia hanya menundukkan kepalanya tak berniat sedikit pun untuk menemui siapapun kini.
"Tzuya,"
Deg!
Tzuyu terpaku di tempatnya kini, sekali lagi, hanya dua orang saja yang memanggilnya seperti itu. Mirae sang ibu, dan juga Jungkook. Jelas kini Mirae sudah takkan lagi terdengar memanggil dengan sebutan tersebut, membuat hati Tzuyu mencelos dua kali kini.
Ia merindukan ibunya yang memanggil demikian, dan kenyataan bahwa pria Jeon itu kini ada di sini. Di tempat dan waktu yang tidak ia harapkan.
"Tzuya," panggil Jungkook lagi membuat Tzuyu tersadar dan kini mendongak, mendapati Jungkook dan Yerim yang tengah berdiri menatapnya.
Tzuyu menarik napasnya, ia kembali teringat kenyataan hidup yang baru saja ia ketahui.
Baiklah, kau harus kuat seperti Ibu, Tzuyu.
Tzuyu kembali melanjutkan langkahnya dan menghampiri kedua remaja tersebut. Mereka bertatapan cukup lama sebelum Tzuyu mempersilahkan lagi mereka untuk duduk.
"Tzuya," lirih Jungkook setelah menatap lekat wajah Tzuyu yang terlihat lesu. Tzuyu mencoba tersenyum walau dengan jelas itu adalah senyum keterpaksaan.
"Akhh!" Jungkook merebahkan dirinya di ranjang setelah dini hari baru sampai ke rumahnya, ia tersenyum sambil memejamkan mata.
Lelah, namun menyenangkan.
"Tuan," suara ketukan pintu dan panggilan dari arah luar membuatnya mendengus dan berjalan gontai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless [COMPLETED]
Fiksi Penggemar|Sebagian part telah dihapus| Ini hanya sebuah kisah sederhana, kisah yang juga menjadi milik bersama. Lelaki dan wanita bersahabat, tak mungkin jika tidak ada cinta diantaranya, mungkin tidak pada keduanya, tapi pasti ada pada salah satunya. Memang...