Chapter 12

5.1K 327 238
                                    

Selamat datang di chapter 12

Buat diri teman temin senyaman mungkin saat membacanya

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (maklum kadang suka gentayangan)

Thanks

Happy reading

Hope you like it

❤❤❤

____________________________________________

Daddy told me, when I'm falling in love with someone, I will never be the same person anymore

••Olivia•

____________________________________________

____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 7 Januari
14.25 p.m.

“Kakak balapan?”

“Booossss,” teriakan Tito mengagetkan kami.

Jayden yang berdiri di sebelah kursi samping kemudi dengan pintu terbuka pun menoleh padanya. Mengacungkan semua telapak tangan sebagai tanda isyarat agar menunggu sebentar. Sementara aku masih memperhatikan raut wajah datar Jayden.

“Kunci pintunya, jangan kemana - mana sampe gue balik,” perintah Jayden. Ia baru hendak beranjak pergi tapi kutarik jaket kulitnya dan bertanya, “boleh ikut?”

“Nggak.”

Aku ternganga dan bingung. “Kenapa?”

Bukannya menjawab, Jayden malah kembali bertanya, “emang lo takut gue tinggal di sini?”

Tempat ini lebih baik dari pada luar gedung yang di penuhi orang - orang dengan dandanan berandalan. Jadi aku sudah tidak takut, karena percaya tidak ada yang berani melawan Jayden. Itu terbukti dari salah satu selentingan yang tadi aku dengar. Tapi tetap saja, bersama Jayden jauh lebih baik dari pada di sini sendirian. Jadi aku menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Jayden namun tetap menuntutnya dengan bertanya, “kenapa nggak boleh ikut?”

“Boooosssss.” Tito lagi. Boleh tidak Tito ini kulembutkan dengan mortir seperti puyer? Nggak sabaran banget sih orang lagi nanya juga, batinku. Namun bertolak belakang dengan Jayden yang nampaknya memang sudah ingin pergi.

Bad Boy in the MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang