Love is a lot of like a backache
It doesn't show up on X-RAY
But you know it's there
•George Burn•
______________________________________Jakarta 16 Januari
21.30.00 p.mKedatangan Amanda sore itu membuat kami semakin akrab. Setelah tercyduck melihat Jayden menciumku dan memintanya pinky promise untuk tidak menceritakan pada duo jahilun, kami ngobrol panjang lebar tanpa rasa canggung seperti yang kemarin - kemaren saat kami bertemu. Sekarang kami jadi lebih mengenal satu sama lain.
Amanda menceritakan tentang awal pertemuannya dengan daddy. Saat itu ada sebuah proyek pembangunan hotel di Texas, kebetulan Amanda adalah arsitektur baru yang menangani proyeknya. Dari saling seringnya komunikasi mereka saling nyaman satu sama lain, lalu mulai saling menyayangi, menerima kekurangan dan kelebihan masing - masing dan jadilah seperti sekarang.
Malam harinya kami makan malam di rumah, membicarakan perihal pesta pernikahan daddy dan Amanda yang rencananya akan di gelar lima bulan kedepan. Setelah makan malam selesai aku berusaha belajar, karena tidak konsen belum menyiapkan kado untuk Jayden besok lusa, aku masuk kamar kakak, rencananya sih ingin diskusi mengenai hal itu.
"Hai kak Bel," sapaku berguling di sebelah kak Brian yang sedang video call dengan pacarnya sambil tiduran.
"Hai Mel, gimana kakimu?" Balas kak Bella.
"Uda lumayan bisa jalan normal."
"Minggir lo ganggu aja." Tukas kak Brian sambil menendang pelan kakiku agar menyingkir.
"Ih apa sih, biasanya lo juga ganggu gue!" Aku balas menendangnya.
Beberapa saat kami malah tendang - tendangan dengan tatapan khas musuh bebuyutan, menghiraukan suara tawa kak Bella di layar ponsel, sampai tidak sadar ponselnya terlempar ke latai yang di lapisi karpet lalu video callnya teputus.
Kami seperti pemain gulat. Aku yang hanya bisa menendang dengan satu kaki karena kaki satunya masih sedikit sakit tentu saja kalah dengan kak Brian yang badannya lebih besar,tidak sebanding dengan badanku yang kecil. Ya walau pun badan kak Brian tidak se... ehm Jayden, jika kau tahu maksudku.
Aku berhenti melawan ketika kak Brian memitingku, lalu membuka lengan dan menjepitku di ketiaknya yang bau.
"Brian sinting!!!! Hooeeekkk uhuk uhuk lepasin gue!!! Bau banget ketek lo!!!" Teriakku dengan menutup hidung terbatuk - batuk ingin muntah.
"Rasain lo hahaha!!!" Tawanya bahagia. Kakakku ini selalu bahagia, puas karena menjahiliku.
"Brian nyebelin lahir batin!!!!" Ujarku masih berusaha menepis kakinya yang masih memiting badanku. "Daaaaaaadddddddd." Rengekku, tapi percuma daddy pasti sedang mengantar Amanda pulang. "Jaaaydeeenn."
Baru ia melepaskan pitingan kaki dan jepitan ketiaknya. Aku menghirup oksigen banyak - bayak, sambil mengibaskan tangan mengusir bau.
"Besok lusa Jayden ulang tahun lho dek, uda tau belom lo?" Tanyanya seperti teringat sesuatu.
"Makanya gue kesini!!" Kataku jengkel.
Lalu kami mulai diskusi tentang bagaimana cara membuat kejutan untung Jayden.
"Gue pengen sesekali ngerjain si Jay. Mumpung belom pindah kuliah." Ucap kakak dengan wajah licik. Aku terdiam.
Seingatku kakak pernah menceritakan hal ini saat perjalanan ke apartement Jayden untuk menuntaskan masalah waktu dulu. Akhirnya aku lupa tanya karena kami baru saja baikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy in the Mask
RomanceSUDAH DITERBITKAN OLEH ONE PEACH MEDIA [Je Me SERIES 1] [SEBAGIAN CHAPTER BELUM DIREVISI] WARNING 18+ YOUNG ADULT ROMANCE TERDAPAT KATA-KATA KASAR, ADEGAN KEKERASAN DAN LAIN-LAIN Berlian Melody, remaja umur enam belas tahun yang baru masuk SMA-tidak...