Chapter 36

4.3K 257 252
                                    

Masih heavy Metal punyanya Avenged Sevenfold

Kartun sih, tapi jangan di tonton kalo g'kuat

A little piece of Heaven

Happy reading

Hope you like it

Warning 18+

Jika kejang - kejang, itu urusan yang baca yaa 😁v

______________________________________

In every billion person and times, without a reason, I choose you
Isma Olivia
______________________________________

Jakarta, 26 Januari
14. 03 p.m

Dalam mobil hummer, aku masih setia bersedekap tangan, membuang muka tidak ingin melihat pemilik mobil yang lumayan sinting ini.

Jika ia bukan pacarku, sudah kubekap mulutnya dengan sepatu Valentino Garvaraniku yang berduri itu lalu kulemparkan ke kolam koi milik daddy sejak dulu.

Aku juga ingin menjitak kepalanya, mungkin saja saraf yang terputus bisa langsung konek kembali.

"Kita cari makanan lain. Aku kelaperan." Ujarku tegas.

"Seratus kali, apa susahnya?" Bujuknya.

Kau dengar sendiri bukan apa katanya? Memangnya orang bodoh mana yang dengan senang hati menciumnya seratus kali hanya demi semangkuk mie ayam pak Man? Memangnya tidak ada makanan lain?

"Ok, aku turun." Ucapku sudah sangat kesal karena kelaparan, bersiap turun dari mobil, berencana masuk Mall lagi untuk makan. Tapi dengan sigap ia menangkap tanganku.

"Ck, ayo aku anter ke pak Man." Kata Jayden akhirnya menyerah. Aku baru bernapas lega. Semoga ia ikhlas melakukannya. Semoga ia melakukan itu tanpa pamrih.

Jayden segera melajukan mobil garangnya menuju daerah sekitar kampus dan berhenti tepat di sebelah gerobak biru pak Man. Aku yang sudah kelaparan tidak menunggu Jayden, langsung turun menyapa sang penjual dan memesan dua mangkuk mie ayam seperti biasa.

"Hai pak Man," sapaku riang.

"Eh mbak Melody, sudah lama ndak kesini," Balas pak Man dengan logat khas medoknya.

Oh ya sejak saat kami makan di sini ramai - ramai dengan kakakku dan kak Bella, aku jadi sering langganan makan mie ayam pak Man ini, jadi jangan heran jika beliau sudah tahu namaku.

Setelah makan dengan kenyang, aku minta Jayden mengantarku pulang karena hari sudah semakin sore, besok masuk sekolah dan aku belum belajar. Kami ke apartementnya terlebih dahulu untuk mengambil makalah akuntansi yang sudah kujilid rapi tadi malam.

Tapi rencana tinggal rencananya. Setelah mobil garangnya terparkir rapi di basement apartement, ia malah mengunci pintunya.

"Kok malah di kunci?" Tanyaku bingung.

Ia mendekat hendak mengecup bibirku tapi segera kututup dengan tangan, jadi ia hanya mencium tangaku.

Jayden berdecak, "Kangen," katanya singkat tapi mampu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari sebelum - sebelumnya.

Bad Boy in the MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang