Bae&Kim | Dear, Diary [Series 02]

1K 155 12
                                    

NOTE; Before u read this, please click the button star and comment anything u want.

Love ya,
JUNGMPHI

°°°

Kak Taehyung, First Love

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Taehyung,
First Love.

Me, Hehe.
Jangan salah fokus sama Seulgi ya. Dia emang gitu orangnya.

[Dear, Diary]


Terhitung sudah satu minggu, aku dan Taehyung dekat. Iya, gara-gara idea tak terduganya Yoongi, Taehyung jadi kenal sama aku. Bahkan waktu itu, ibunya pernah ngajak makan siang bareng di rumahnya.

Nggak cuma itu, setiap kali mau berangkat sekolah. Ibu Taehyung 'kan suka nyiram bunga, nggak sengaja ketemu tuh. Eh, beliau nyuruh Taehyung buat berangkat bareng sama aku. Katanya irit bensin Yoongi, lagipula aku sama Taehyung satu sekolah. Dan nggak ada alasan Taehyung buat nolak.

Sejujurnya aku nggak tau harus merasa beruntung atau malah merasa sial. Well, niat awal 'kan mau buang semua rasa suka aku sama Taehyung. Tapi, kalau begini jalan ceritanya.. kayaknya sulit, deh. Selain sering ketemu, Taehyung juga suka ngasih perhatian kecil, seperti waktu itu, masih dihari yang sama saat Taehyung memberikan titipan Yoongi.

Alexandria School,
09.45Am

“Coba cari pelan-pelan, siapa tau keselip.” Seulgi, teman sekelas Joohyun mencoba menenangkan. Bohong jika Seulgi juga tidak ikut panik, pasalnya kenapa kejadian ketinggalan baju olahraga si Joohyun tepat pas pelajarannya mau mulai?

Tsk, Iya. Joohyun tuh masih muda tapi hobinya pelupa. Awal-awal, Seulgi anggap kebiasaan Joohyun ini hal yang wajar. Tapi, makin lama—kebiasannya makin menjadi-jadi, masa tiap pelajaran olahrga, tuh anak lupa bawa baju?

“Ih, nggak ada Seul! Duh, gimana dong? Tadi tuh seinget gue, gue udah masukin semuanya ke tas. Masa ilang gitu aja?!”

“Yaampun, Joo. Jaman sekarang maling tuh ngambilnya uang, bukan baju  olahraga lo yang bau.”

“Seul, plis. Gue serius!”

“Ya, lo pikir gue lagi bercanda?!” Seulgi memutar bolamatanya jengah. Lama-lama kesel juga ngeliat Joohyun udah berantakin isi tasnya tapi tak ketemu apa-apa. Gadis itu pun berdiri tegak, sedikit menjauh dari dinding kelas. “Sekarang gini, deh. Daripada lo dihukum lagi untuk kesekian kali. Lebih baik sekarang lo pinjem ke kelas lain.”

“Pinjem?” Joohyun mengerutkan kening, bingung. “Pinjem ke siapa?”

“Ke kelas yang hari ini ada jam olahraganya.”

Joohyun terdiam. Neuron sarafnya tengah berpikir dan mencoba mengingat, apakah tadi Ia melihat ada murid lain memakai baju olahraga? Jika lihat, murid kelas berapa ya?

“Aduh, Joo! Kelamaan mikir deh lo. Kalau lo cuma diem aja disini, nggak bakalan selesai masalah lo. Udah tau punya otak pas-pasan make disuruh mikir—Aw! Sakit bodoh.”

Seulgi mengelus kepalanya yang sehabis di pukul pakai buku.
“Rasain, kualat lo sama yang lebih tua.” Joohyun langsung melenggang pergi, tanpa perduli teriakan Seulgi.

Joohyun dan Seulgi lagi mengelilingi sekolahan. Sesekali matanya memicing ke arah tengah lapangan. Biasanya dijam istirahat begini ada murid lelaki yang main bola masih pakai olahraga.

Dan bener aja, cuy! Seulgi langsung nepuk punggung Joohyun dan ngasih unjuk ke arah lapangan. “Liat! Ada tuh kakak kelas. Sana gih minjem.”

Joohyun tampak ragu-ragu buat nanggepin ucapan Seulgi. “Seul.. lo yakin nyuruh gue minjem sama.. kakak kelas?” bisik Joohyun.

“Ya, emang kenapa Joo? Daripada lo disuruh lari tujuh puteran siang-siang bolong kayak gini.” Kata Seulgi, tanpa diduga gadis itu mendekatkan mulutnya pada telinga Joohyun. “Siapa tau ada yang kepincut.” Seulgi terkekeh mendengar ucapannya sendiri, apalagi pas ngeliat wajah Joohyun sudah merah padam.

“Seul, jangan bercanda deh, ah.” Joohyun hendak memukul Seulgi, namun gadis itu pintar menghindar. “Nggak apa-apa lah gue dihukum lagi. Daripada gue harus nanggung malu minjem baju sama mereka.”

Joohyun sudah siap berjalan dan pergi dari pinggir lapangan. Namun, kejadian tak terduga kembali menimpanya.

DUG!

Entah ini memang hari sial  Joohyun atau bukan selain tak membawa baju olahraga, Joohyun juga harus terkena sebuah bola basket tepat mengenai kepalanya.

Ash, aw..” Joohyun meringis tatkala rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya. Susah payah Joohyun memegang kepala, mencoba menahan rasa sakitnya. “S—seul,”

“Astaga, Joohyun!” Seulgi baru bereaksi ketika bola basket tersebut sudah menggelinding entah kemana. “Joohyun, lo nggak apa-apa?” Seulgi membantu memopong bahu Joohyun yang mungkin sebentar lagi akan jatuh.

Sungguh, Joohyun tidak bisa berkata-kata lagi. Gadis itu baru tau jika terkena bola akan sesakit ini, padahal ketika masih SMP Joohyun mengharapkan kejadian ini terjadi, terus ditolong sama lelaki tampan. Bodoh memang.

“Joohyun, gue mohon jangan pingsan dulu, okey? Gue takut nggak bisa gendong lo, sumpah.”

Joohyun terkekeh pelan mendengar ucapan Seulgi. Emang ya, dia punya temen nggak pernah bener otaknya.

“YATUHAN! JOOHYUN HIDUNG LO BERDARAH.”

Fix! Telinga Joohyun hampir tuli mendengar ucapan Seulgi. Ya, kalau hidung Joohyun berdarah terus kenapa? Kenapa dia malah berteriak, bukannya—tunggu apa katanya tadi.. darah?

Hidung gue berdarah?

Joohyun mencoba memeriksa dengan menempelkan dua jarinya pada lubang hidung. Dan benar.

“D—darah?” Joohyun melebarkan matanya, terkejut. “Seul, da—darah, seul—”

Kekhawatiran Seulgi terjadi, Joohyun benar-benar pingsan.

Sepuluh menit, sudah berlalu.

Dan tidak terasa sudah hampir lima belas menit.

“Joo, kalau lo belum sadar juga, gue siram pake air panas.” Ucapan Seulgi memang terdengar kejam, namun siapa sangka jika raut wajahnya begitu menyiratkan rasa khawatir. Gadis itu hampir gila, menunggu Joohyun siuman. “Joo, plis. Jangan bikin gue ngerasa bersalah gini dong. Maafin gue ya, seharusnya kita nggak ke lapangan tadi.”

Seulgi mengerucutkan bibirnya lucu. “Tau gitu, gue biarin lo dihukum aja sama pak guru.” Gadis itu mengambil posisi duduk disisi ranjang. “Tapi, tetep aja, pasti lo bakalan pingsan juga lari tujuh keliling di lapangan.”
Diluar sana jam olahraga sudah dimulai. Dan Seulgi nekad absen demi menemani tuan putri ini.

“Joo—Eh, sorry,” seseorang tiba-tiba masuk ke ruang UKS dengan gerakan tak selow. Seulgi yang kebetulan lagi bengong, hampir aja jatuh dari ranjang. Apalagi—pas sadar yang dateng siapa. Wajah Seulgi langsung blank. “Gimana keadaan Joohyun? Udah sadar?”

“Be—belum kak,” Seulgi menggeser tubuhnya, membiarkan lelaki itu dengan leluasa menghampiri Joohyun. Dalam hati Seulgi menuduh Joohyun, gue yakin si Joohyun pura-pura pingsan.

Lelaki itu tampak gelisah sekaligus gusar. Raut wajahnya terlihat begitu tak tenang sembari menatap gadis lemah dihadapannya. Ragu-ragu, tangannya menggenggam tangan Joohyun yang berada disisi kiri. “Joo, bangun ya. Maafin aku.”

What the—wah gila, Joo! Plis joo kalau emang lo temen sejati gue, lo pasti bakal denger telepati gue. Denger joo, jangan bangun sekarang. Lanjutin pingsannya, gue yakin lo nggak bakal nyesel pingsan terus.

Diam-diam Seulgi mengambil ponsel di saku baju. Kemudian merekam adegan tersebut tanpa sepengetahuan lelaki itu.

“Seulgi!”

DEG!

Buru-buru ponselnya Ia masukan ke dalam kantong lagi.

“Pak—”

“Ngapain kamu disitu? Ayo olahraga sekarang!”

Seulgi menyengir. “Maaf, pak. Saya mau temenin Joohyun sampai sadar. Kasian 'kan nanti dia sendirian, terus kalau—”

“Ada gue, dek. Lo olahraga aja.”

“E—eh, kak Taehyung serius? Nanti kalau ngerepotin gimana?”

Taehyung tersenyum manis. “Nggak kok, Joohyun biar jadi tanggung jawab gue. Lagian 'kan ini salah gue.”

Seulgi menggigit bibir bawahnya. Ini Joohyun yang diperhatiin kenapa jadi Seulgi yang deg-degan.

“Seulgi, ayo! Jangan cari alasan ya atau nilai kamu saya kurangin.”

“I—iya, pak. Tunggu bentar.” Seulgi berteriak cukup kencang. “Kalau gitu saya nitip Joohyun ya, kak. Nanti semisal dia nyariin bilang aja Seulginya lagi olahrga. Okey? Makasih kak!” Seulgi segera berlari dari UKS.

Taehyung tersenyum tipis melihat punggung Seulgi semakin lama semakin menjauh, Ia pun kembali fokus pada Joohyun.

Helaan napas pasrah keluar dari hidung Taehyung. Sejemang, pemuda tersebut membenarkan posisinya agar lebih nyaman. Tepat setelah itu, mata Joohyun perlahan terbuka.

Reflek, Taehyung bangkit kemudian berdiri mendekat disamping Joohyun. “Joo? Are u okay?” Taehyung udah was-was duluan, takut hal lebih mengerikan terjadi. “Apa masih sakit? Hidung kamu atau—kepala?”

Tuh, gara-gara kena bola, kenapa Joohyun jadi halu gini? Buktinya dia bisa denger suara Taehyung disini, padahal itu impossible banget. Berharap ini nyata, Joohyun pun menjawab. “Hati aku yang sakit, kak.” Katanya dengan mata masih setengah terbuka.

Eh?” Taehyung menaikan kedua alisnya, sedikit minta pengulangan karena tak dengar. “Kamu bilang apa?”

Sontak Joohyun membuka mata sepenuhnya. Mulut gadis itu menganga tak percaya. “Kak Taehyung? Kenapa ada disini?” dengan cepat Joohyun mengubah posisi menjadi duduk. Namun, belum sempat terlaksana. Taehyung menahan gadis itu.

Eits, jangan bangun. Tiduran aja ya? Nanti hidung kamu berdarah lagi.”

Mendengar kata darah, Joohyun langsung berbaring kembali. Itu adalah salah satu kelemahannya.

Taehyung tersenyum tulus, “Maafin aku ya, Joo. Gara-gara aku kamu jadi begini.”

“Jadi, kak Taehyuung yang—”

“Iya, maaf ya.. aku nggak sengaja, aku pikir pinggir lapangan emang lagi sepi. Kebetulan juga aku lagi kesel, alhasil aku langsung asal lempar aja bola sembarangan.”

Joohyun menggeleng. “It’s okey. Aku nggak apa-apa, kok. Cuma pusing aja.”

“Tapi masih sakit?”

“Nggak, tuh. ‘kan udah ada kak Taehyung.” Joohyun tertawa malu, menimbulkan semburat merah pada wajahnya. “Eh, apa nih?” gadis itu baru sadar bahwa tangannya dari tadi digenggam.

“Oh, sorry, aku—”

“Ey, jangan dilepas.” Joohyun segera menarik kembali tangan Taehyung. “Nanti aku sakit lagi.”

Taehyung yang memang kurang mengerti situasi, cuma menurut aja. “Oh yaudah, minum obat ya?”

Joohyun menggeleng sembari tersenyum manis. “Aku nggak perlu minum obat, kak. Cukup ada kak Taehyung disamping aku, pasti langsung sembuh.”

[Continue of diary]

Wah, sumpah. Aku nggak nyangka bakalan berani gombalin kak Taehyung. Ada rasa lega sekaligus khawatir. Lega karena mungkin dia tau perasaan aku dan khawatir karena dia malah ilfeel sama aku.

Sebenarnya itu kejadian sudah lama. Setelah hari itu, aku beneran dekat. Aku sih anggapnya sebagai seseorang wanita dan pria yang memang sedang jatuh hati. Tapi, nggak tau Taehyung. Takutnya dia anggap aku cuma adik aja, mending sih, lebih sakit kalau dia anggap semua apa yang aku ucapin cuma angin lalu.

Itu yang lagi aku pikirkan sekarang. Semenjak dari toko buku, Taehyung sedikit menjauh. Aku nggak tau ini perasaanku aja atau bukan. Kami jadi agak berjarak. Hft, menyebalkan.

Tapi, disisi lain aku senang karena sahabatku yang dulu datang lagi. Sahabat yang sangat aku percayai, susah seneng kita lewatin bersama. Nggak nyangka bakal ketemu, akhirnya aku cuma bisa ceritain semuanya ke dia, iyalah nggak mungkin ke Yoongi 'kan?

Aku terlalu fokus sama rasa sakit hati aku sehingga aku lupa diri buat berhenti bercerita sama sahabatku. Sampai aku nggak nyangka, jika kesempatan adanya jarak aku dan Taehyung...

...diambil alih oleh dia.

Aku yang terlalu bodoh atau memang sudah takdir ya? :)

- Ttd, Diary Joohyun.

°°°

Lanjut?

The Life Of: Bae & Kim™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang