Bae&Kim | Mianhae [Series 05]

909 160 50
                                    

Hi, Im back with this story. Welcome ya, thankyouuuu atas apresiasinya dan antusias nya berkat kaliam aku jadi semangat buat lanjut cerita ini.

Meskipun begitu, tetep vote dan comment for this story. Jangan pernah puas! Niatnya aku mau buat sampai mereka bener-bener menikah. Itu juga kalau kalian mau... So, comment and vote! Ga pake lama, GRATIS pula, GILS..

...

“Kau antar Taerin ke rumah naik taksi, ya? Aku ada urusan yang tidak bisa ku tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau antar Taerin ke rumah naik taksi, ya? Aku ada urusan yang tidak bisa ku tinggal.” Taehyung tersenyum tak enak pada Chaeyeon yang kini tengah menemani Taerin tidur di sofa ruang kerja miliknya.

“U... urusan apa?” tanya Chaeyeon dengan wajah penasaran. Wanita itu berharap jika Taehyung ingin menjelaskan semua yang kini sedang terjadi. Jujur saja, Chaeyeon bingung melihat wanita asing itu. Ya, meskipun tadi Chaeyeon sempat menenangkannya. Namun dalam hati Chaeyeon memiliki banyak pertanyaan.

“Kerjaan,” Taehyung membasahi bibirnya demi menghilangkan kegugupannya. “Ya, biasa. Meeting mendadak dari klien.”

“Ah, baiklah. Aku mengerti, tapi—apa wanita itu masih disini? Bagaimana keadaannya?”

“Dia sudah membaik dan akan pergi sebentar lagi. Kalau begitu aku pesankan taksi ya?”

Kurang lebih seperti itu percakapan Taehyung dengan Chaeyeon. Hingga lelaki itu berakhir disini, di dalam mobil bersama Joohyun untuk mengantarkan wanita itu pulang. Setelah pelukan itu berakhir, Joohyun teringat akan seseorang yang Ia tinggal.

Namanya Park Haneul, “Di—dia anak dari... suamiku.”

Sungguh fakta yang Joohyun katakan hari ini, mampu membuat jantung Taehyung berhenti berdetak selama beberapa saat. Bukannya apa, tapi kenyataan yang Taehyung dengar sama sekali berbeda dengan pikirannya.

Pertama, Taehyung mengira jika Joohyun lah yang sengaja meninggalkan Taehyung. Dan kedua, Taehyung pikir—Joohyun masih sendiri tapi ternyata... dia sudah menikah.

Keadaan pun menjadi canggung, Joohyun yang berada di kursi kemudi— samping Taehyung hanya mampu menatap pemandangan luar.

Entah mengapa, Joohyun masih memikirkan hubungannya dengan Taehyung. Salah tidak sih Joohyun berharap setelah Ia menjelaskan semuanya hubungan mereka akan membaik? Mereka akan seperti dulu dan tidak canggung seperti ini? Astaga. Joohyun ingin memaki diri rasanya. Sungguh, batinnya benar-benar tersiksa.

“Setelah ini belok kiri atau kanan?”

Joohyun tersentak dan langsung menoleh pada Taehyung. “Kiri, setelah itu lurus saja sampai aku bilang berhenti.”

Hm,” Taehyung kembali fokus pada jalanan.

Joohyun pikir masih lama, tapi ternyata mobil Taehyung sudah berhenti tepat setelah Joohyun mengatakan rumah putih sebelah kanan miliknya. Ralat, rumah sewaannya.

Wanita itu segera turun dari mobil disusul Taehyung.

“Terimakasih sudah mengantarku dan juga...” Joohyun membuang napas pelan. “...memaafkanku.”

Taehyung mengangguk. “Sama-sama,”

“Tolong jaga Taerin dengan baik,”  Joohyun tersenyum tulus dan tanpa wanita itu sadari senyuman itu membuat Taehyung mematung ditempatnya. “Aku percaya padamu, Tae.”

Baru saja Joohyun ingin pamit, suara dubrakan dari pintu rumahnya membuat mereka menoleh.

“Ayo, cepat. Ikut aku!”

“Tidak, ayah. Aku tidak mau! Aku ingin menunggu Ibu... Aku ingin bersama Ibu!” Anak lelaki itu berteriak histeris, tangannya ditarik oleh lelaki bertubuh besar. Susah payah Haneul menahan dirinya pada pintu agar ayahnya tak mampu membawanya pergi.

Kejadian itu pun membuat Taehyung dan Joohyun terkejut bukan main.

Tanpa pikir panjang, Joohyun segera berlari menghampiri keduanya. “Stop, Hyunjoo!” Joohyun menarik tangan suaminya cukup kencang. “Apa yang kau lakukan?! Berani sekali kau menyeret anakku?!”

Aksi Hyunjoo terhenti begitu melihat istrinya sudah pulang. Wajah garang lelaki itu berubah, terganti dengan senyuman maut. “Akhirnya kau pulang juga, sayang. Bagaimana kencannya? Apakah menyenangkan?” Joohyun menatap ngeri Hyunjoo, kedua mata lelaki itu melotot seolah ingin menerkam dirinya. “APAKAH MENYENANGKAN PARK JOOHYUN?!”

ARGH—LE... LEPAS, SAKIT HYUNJOO!” Joohyun berteriak kencang saat tiba-tiba rambutnya ditarik oleh suaminya. Berulang kali wanita itu memukul lengan Hyunjoo, namun bagaikan besi, lelaki itu malah semakin gentar menarik rambutnya.

Taehyung tak tinggal diam, Ia berlari kemudian menarik kera baju Hyunjoo lalu meninjunya hingga mundur beberapa langkah.

“Seorang lelaki sejati tidak akan pernah bertindak kasar pada wanita!” kata Taehyung dengan wajah merah padam. Siapa yang tidak marah melihat wanita-nya diperlakukan seperti itu oleh lelaki brengsek? Bagaimana pun juga Taehyung masih memiliki rasa yang terpendam dan akan sangat menyakitkan jika melihat Joohyun terluka.

Hyunjoo tertawa mengejek. “Oh, benarkah? Hahahaha! Lelaki sejati katamu? Berduaan dengan istri orang lain—kau sebut lelaki sejati?!”

BUG! Tanpa diduga Hyunjoo membalas pukulannya pada Taehyung. Lelaki itu terjatuh, belum sempat Taehyung membalas, Hyunjoo sudah menarik kera kemeja Taehyung lalu meninjunya beberapa kali.

“YAK! HYUNJOO, ASTAGA. BERHENTI, BERHENTI HYUNJOO. APA KAU GILA?!” Joohyun berusaha mendorong lelaki itu namun tak bisa, yang terjadi malah Joohyun terdorong karena sikut Hyunjoo. “HYUNJOO KU MOHON BERHENTI, APA MAU MU?! KATAKAN PADAKU APA MAUMU? KAU INGIN BERCERAI PADAKU, BAIKLAH AKU AKAN BERCERAI PADAMU TAPI KU MOHON BERHENTILAH. BERHENTI MEMUKULNYA HYUNJOO!”

Seakan mendapat sihir, Hyunjoo berhenti. Lelaki itu langsung menghentikan aksinya.

Buru-buru Joohyun mendekati Taehyung, menepuk pelan pipinya. “Taehyung-ie, bangunlah. Apa kau mendengarku?” Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Ia tak sanggup melihat Taehyung seperti ini, rasa sesak pada dadanya membuat Joohyun hampir mati. Akibat tepukan pelan pada pipi Taehyung, lelaki itu membuka mata. Sejenak Ia terbatuk karena pukulan telak pada perutnya, meskipun tak keluar darah dan hanya terluka pada wajah, tetap saja rasa sakit tak bisa dihindarkan.

“Ayolah, itu tidak ada apa-apanya, sialan. Pengecut!” kata Hyunjoo. “Sekarang tanda tangani ini.”

Joohyun diam, Ia masih menangis melihat keadaan Taehyung.

“Joohyun kau tuli? cepat tanda tangani surat ini atau aku—” Joohyun menarik surat itu kemudian mendatanganinya. “Puas kau, hah?! Sekarang pergi. Pergi dari hadapanku, brengsek!”

Hyunjoo tertawa senang. “Jika saja kau seperti itu daritadi, sudah pasti aku tidak akan membuatnya babak belur begitu. Dan ah ya, tolong ingat ini baik-baik, rahasiakan semuanya dari nenek dan kakekku. Jika kau berani mengatakannya, tidak hanya lelaki itu yang ku buat mati, tapi juga Haneul...”

“Ayah...” rengek Haneul, anak kecil itu mengumpat dibalik pintu, menatap takut sang ayah.

“Berhenti memanggilku ayah! Mulai sekarang aku bukan ayahmu.” Kata Hyunjoo penuh penekanan.

“Ay—ayah, jangan pergi... Ayah...” tangisan anak kecil itu semakin kencang saat Hyunjoo sudah menghilang dari hadapannya. “Ibu... Ayah, bu... Ayah pergi...” Haneul membaur memeluk tubuh Joohyun.

“Biarkan saja, kau tidak pantas mempunyai ayah seperti itu. Sudah jangan menangis, ya. Ada Ibu disini.” Joohyun mengecup kepala Haneul, berusaha menenangkan anak tersebut.

Argh,”

“Taehyung... Apa kau bisa berdiri? Biar ku bantu ya. Lebih baik kita masuk ke dalam... Haneul bantu Ibu, ya?”

...

Tidak terasa hari sudah malam. Setelah mereka masuk ke dalam rumah, Joohyun lebih memilih menenangkan Haneul terlebih dahulu hingga anak kecil itu sudah tidur di kamarnya sendiri.

Urusan dengan Haneul selesai, kini Ia langsung menghampiri Taehyung yang sedang terduduk di ruang tengah. Lelaki itu tampak terlelap, seakan luka yang dirasakan—tidak ada rasanya.

“Ini semua salahku, benar kata Ibu... aku hanya anak pembawa sial.” Kekeh Joohyun merasa tak berguna, Ia sedih dengan dirinya sendiri. Sangat.

Joohyun segera ke dapur mencari P3K dan baskom berisi air dingin. Kemudian menghampiri lelaki itu secara diam-diam. Dari samping, Joohyun bisa melihat bagaimana wajah lelaki itu. Jika dulu, pipi Taehyung masih sedikit tembam, kini sudah berubah menjadi lebih tegas. Sebuah bintik kecil berwarna hitam juga masih setia berada dibawah hidungnya. Gemas, ingin sekali mengecup lelaki itu lagi.

Oh astaga. Tidak, tidak. “Apa yang kau pikirkan, Joo?” Wanita itu mengambil peralatan obat yang akan digunakan. Pertama Ia harus membersihkan luka-lukanya lebih dulu sebelum terkena infeksi. Setelah itu baru Joohyun mengompres lebam tersebut menggunakan air dingin.

Saat Joohyun menaruh kain basah itu, Taehyung langsung berjengit sakit. Kedua matanya terbuka bersamaan dengan alisnya yang mengerut.

“Ma... maaf,” cicit Joohyun merasa tak enak.

Bukannya marah atau memaki, Taehyung malah terkekeh sembari menahan lengan Joohyun agar tetap mengompres wajahnya. “Tidak apa-apa, aku hanya kaget. Pelan-pelan ya.”

Entah bagaimana wajah Joohyun sekarang, tapi Ia merasa wajahnya memanas.

“Dimana Haneul?”

“Sudah tidur dikamarnya.” Taehyung mengangguk paham, keadaan pun menjadi hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sampai suara Taehyung memanggil Joohyun dengan sebutan yang tak pernah Joohyun pikirkan, “Bae...”

“Y-ya?”

Kau... kau benar akan bercerai dengan suamimu?” Taehyung hanya ingin memastikan jika apa yang Ia dengar tadi tidak salah.

Hm,” Joohyun menarik tangannya dari pipi Taehyung, berniat ingin mendinginkan kembali kain yang sudah hampir kering.

“Kau sedih?”

“Apa?” Joohyun menoleh. “Untuk apa aku sedih? Justru aku bahagia. Aku bahagia tidak terikat lagi dengannya. Sudah darilama aku ingin berpisah, tapi... aku masih memikirkan Haneul, jika dia tinggal bersamaku... apa bisa dia menjadi anak yang sukses? Apa bisa aku membuatnya bahagia? Dengan anakku sendiri saja, aku tidak becus. Apalagi mengurus yang bukan darah dagingku. Aku takut dia akan sengsara seperti ku, aku takut dia akan sial seperti ku, aku—”

Hey,” Taehyung menginterupsi. Hatinya tak setuju Joohyun merendahkan diri seperti itu. Perlahan, Taehyung menyentuh wajah cantik wanitanya, mengusap penuh kasih sayang. “Aku tidak suka kau berbicara seperti itu, mana Joohyun-ku yang selalu berpositif thinking pada dirinya sendiri? Kemana Joohyun yang kuat?”

Joohyun tersenyum pahit, kemudian menatap Taehyung dalam. “Orang yang membuatku kuat sudah pergi, Tae...”

Tubuh Taehyung menegang.

Tidak kah, Ia sadar jika Joohyun berubah karena tidak ada lagi kehadiran lelaki itu. Sejak dulu hidupnya hanya tergantung pada Taehyung, hanya lelaki itu yang mampu membuat Joohyun merasa berguna di dunia. Bukan orangtuanya.

“...dia sudah bersama orang lain,” mungkin sekarang waktu yang tepat bagi Joohyun mengungkapkan segala rasa yang terpendam sejak beberapa jam yang lalu. “Wanitannya saja sedang hamil, aku yakin mereka akan menjadi keluarga yang bahagia. Bayangkan betapa lucunya anak kecil itu ketika lahir,” kekehan pilu terdengar. “Aku yakin—mphh...”

Tiba-tiba serangan tak terduga menghantam bibir Joohyun, lelaki itu—Taehyung... Apa ini? Apa Joohyun sedang bermimpi? Taehyung menciumnya... bagaimana bisa? Tidak, tidak. Bangun, Jo!

Tapi, Joohyun yakin ini bukanlah mimpi. Ia merasakannya, Ia jelas merasakan kelembutan dari bibir Taehyung. Lelaki itu meyesap pelan, hingga Joohyun tak mampu menahan lenguhannya.

“Tae—hh,”

Keinginan Joohyun tercapai.

Joohyun tak tinggal diam, Wanita itu membalas hingga mereka tak sadar apa yang sudah terjadi malam itu.

...

SENENG GA NIH UDAH NYOSOR BEGITU, EH BUSET.

Tp rasanya aneh kalau Taehyung tiba-tiba nyium tanpa alasan yang jelas. SO TUNGGU penjelasan sisi Taehyung di next chapter. Dan kemungkinan bakal ada bom.

COMMENT BUAT YG MAU LANJUT GAIS.

I L Y S M.


The Life Of: Bae & Kim™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang