Bae&Kim | Mianhae [Series 04]

713 148 71
                                    

Gila ga sih, ini sampai series 4? The first story sampai lebih series 3, eits. Kayaknya tanggung ya kalo cuma sampe series 4? Gimana kalo lebih?
Nah, makannya Vote dan comment dulu gengs. Gratis kok, ga bayar, SUMPAH!

...

“Hai, sayang.” Seorang wanita memberikan senyuman manis pada gadis kecil berumur lima tahun. Pancaran kebahagiaan tercetak jelas pada wajah sang wanita. Tentu saja Ia bahagia, siapa yang tidak senang bisa berinteraksi dengan anaknya sendiri? Dengan penuh kasih sayang, wanita itu mengusap kepala gadis kecilnya. “Rindu Ibu tidak?”

Sang anak terdiam. Bibirnya terkatup rapat, sama sekali tak niat membalas senyuman wanita dihadapannya. Bagaimana ingin membalas, Ia saja tidak tau siapa wanita ini. Dan jika anak kecil itu tak salah dengar, Ia mendengar wanita itu mengaku sebagai Ibu.

“Kenapa diam? Terkejut ya melihat Ibu disini?” Tangan yang semula berada dikepala, turun ke wajah. Dimana gen dirinya benar-benar menurun pada gadis kecil itu. Bersyukur Joohyun terlahir cantik, jadi anaknya juga cantik. “Oh, tunggu sebentar. Ibu—”

“Kau bukan Ibuku.” Gadis kecil itu menggeleng. “Berhenti menyebut dirimu Ibuku!”

Deg.

Senyuman manis itu sirna dalam sekejap, tatapannya berubah, kecewa.

“Ibuku hanya bunda. Bukan kau!”

“Aku Bunda sekaligus Ibumu, sayang. Aku yang melahirkanmu, aku yang berjuang untukmu selama sembilan bulan, jika kau tidak percaya, tanyakan pada Ayahmu.”

“Tidak! Kau berbohong. Jika kau memang benar Ibuku, kenapa bunda yang ada disampingku? Kemana Ibu?” Pertanyaan yang sukses membuat Joohyun terpaku pada tempatnya. Lidahnya seakan kelu untuk menjawab, sekalipun Joohyun mengatakan yang sejujurnya, apakah anaknya akan percaya? “Apa Ibu pergi meninggalkanku? Jawab aku, Ibu!”

“JAWAB AKU!”

Kedua mata Joohyun terbuka bersamaan dengan tubuhnya yang terbangun dari posisi tidur. Keringat dingin mulai berjatuhan pada pelipisnya, entah sudah berapa kali Joohyun merasa jantungnya berdegub tak karuan, masih untung Ia tak memiliki riwayat penyakit jantung. Nafasnya memburu, “Argh!” Joohyun meremat kencang rambutnya. Selain itu, dadanya begitu nyeri tatkala mimpi itu datang. Hatinya hancur bersamaan dengan airmata yang terus mengalir tanpa henti, Joohyun takut.

Joohyun takut jika mimpi itu benar-benar terjadi. Oh yatuhan, sungguh, Joohyun tidak ingin anaknya pergi dan membencinya. Joohyun ingin sekali hidup bersama gadis kecil itu,. Kali ini aja, makhluk sial seperti Joohyun meminta agar keinginannya terkabul.

Clek!

Pintu terbuka menampakkan sosok wanita. “Oh, kau sudah sadar?” Wanita itu tampak terkejut melihat kondiis Joohyun, buru-buru Ia berjalan cepat sembari membawa nampan.

“Minum dulu,” kata Wanita itu mengambilkan segelas air dari atas nampan. Joohyun menerima gelasnya, kemudian meneguk sampai habis. “Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?” Wanita itu terlihat khawatir. Joohyun tak mampu menjawab, Ia terlalu terpanah akan kebaikan wanita dihadapannya ini, pantaskah Joohyun membencinya?

“Hey, apa—apa kau baru saja menangis?” Joohyun terkejut ketika tangan wanita berperut buncit tersebut menghapus jejak airmatanya. “Apa sesakit itu sampai kau jadi begini?”

Iya, sakit sekali. Sakit sekali ketika kau tidak dianggap oleh seseorang yang kau cintai.

“Yaampun,” Wanita itu segera memeluk Joohyun ketika merasakan bahunya bergetar. Katakan Joohyun lemah, katakan Joohyun sangat cengeng. Tapi, ini murni perasaan Joohyun. Ibu mana yang tidak sakit hati saat dirinya tak dianggap oleh anak sendiri?

Ya, Taehyung benar. Mungkin ini salahnya, ini semua salahnya karena dulu pernah meninggalkan mereka. Tapi, Joohyun punya alasan untuk itu dan Joohyun ingin Taehyung mendengarkan penjelasannya. Ia mau berbicara dengan lelaki itu barang lima menit.

“Tidak apa-apa, nona. Menangislah jika itu membuatmu lebih baik...” Elusan lembut pada bahu Joohyun cukup membuat wanita itu sedikit tenang. “Aku memang tidak tau apa masalahmu, tapi percayalah semua masalah pasti akan ada jalan keluarnya. Jadi kau harus tenang, ya?” Wanita itu melonggarkan pelukannya, sejenak Ia menatap lamat wajah Joohyun dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tak lama pintu kembali terbuka, keduanya langsung menoleh melihat sosok lelaki, Kim Taehyung.

“Chaeyeon, bisa kau temani Taerin sebentar?” kata Taehyung di ambang pintu.

Ah, okey.” Wanita itu mengangguk menurut. “Istirahat ya, aku sudah membuatkanmu bubur. Jangan lupa dimakan.” Setelah Joohyun mengangguk pelan, wanita itu pergi. Menyisahkan Taehyung dan Joohyun didalam ruangan.

Pintu tertutup disusul suara langkah dari sepatu hitam milik Taehyung. Tak lama Lelaki itu berdiri disamping ranjang,  kedua tangannya masuk ke dalam saku celana sambil memberikan tatapan intens pada Joohyun.

“Sebelum aku mengatakan semuanya, ada yang ingin kau katakan?” Nadanya terdengar dingin, bahkan Joohyun saja tidak berani menatap Taehyung. Wanita itu hanya bisa menunduk takut. “Baiklah, jika tidak ada—”

“Ma...maaf,” Joohyun menggigit bibirnya dalam-dalam, menahan isakan yang tak tertahan. Sampai rasanya Ia tak kuat lagi, bahu wanita itu bergetar merasakan kesedihan yang amat mendalam. “Maafkan aku, Taehyung. Aku menyesal... hiks... aku menyesal meninggalkan kalian...”

Joohyun memberanikan diri mengangkat kepalanya. “Tapi, aku bersumpah itu bukan keinginanku... Ini semua karena orangtuaku. Mereka yang memaksaku untuk pergi, mereka tidak percaya padamu, Tae. Hikss...

“... mereka mengatakan jika kau tidak akan mampu membiayai kehidupanku karena kau belum mendapatkan pekerjaan apapun.... hiks... mereka juga bilang; hidupku masih terlalu muda untuk memiliki anak... Ya, aku tau ini kesalahan kita karena sudah hamil sebelum menikah,  jujur aku sama sekali tidak keberatan soal itu. Hikss...

“...aku sudah mengatakan pada mereka bahwa aku bahagia bersamamu, apapun keadaanmu aku akan menerimanya. Tapi, mereka mengatakan aku tidak akan bahagia kalau seperti ini. Mereka memaksaku pergi, bahkan mereka tidak mengizinkanku melihat anakku... hiks...” Lagi-lagi ingatan Joohyun kembali ke masa kelam beberapa tahun yang lalu, dimana orangtuanya mengangkut dirinya bagaikan barang tak berguna. Hatinya sakit sekali, Ia seperti anak yang sama sekali tak diinginkan oleh orangtuanya.

Bohong jika Taehyung tidak merasa sedih saat mengetahui fakta sebenarnya. Bagaimana bisa orang yang selama ini Taehyung percayai, mengkhianatinya? Sama seperti yang pernah Taehyung katakan, Ia meminta bantuan pada orangtua Joohyun saat wanita itu menghilang. Ya, mereka membantunya. Mereka ikut membantu mencari, namun hanya sehari. Selebihnya ketika Taehyung meminta bantuan lagi, mereka menyerah. Taehyung ingat sekali—Ibu Joohyun menangis hebat begitu mengetahui jika anaknya tak dapat ditemukan.

Jadi, selama ini... Mereka membohongi Taehyung? Selama ini mereka berpura-pura dihadapan Taehyung? Cih, brengsek.

“Sekarang dimana orangtuamu?” kata Taehyung tak tahan mengetahui kabar orang jahat itu.

“Pe—penjara, mereka di penjara karena... terlilit hutang, Tae...”

Astaga. Betapa terkejutnya Taehyung, lelaki itu menatap nanar wanita dihadapannya. Lalu, bagaimana kehidupan Joohyun selama ini? Apa wanita itu hidup bahagia? Apa wanita itu memiliki tempat tinggal yang layak? Apa—Joohyun merasa kesepian? Taehyung memiliki beribu pertanyaan yang mengkhawatirkan sang wanita.

Jadi... selama ini Taehyung sudah membuang waktu berusaha membenci Joohyun?
  
Lelaki itu mengambil posisi di pinggir ranjang, berusaha menahan diri untuk tidak merengkuh tubuh wanita itu. Namun, logikanya tak menolak menuruti kata hati. Pelan-pelan, Taehyung mendekat, menarik tangan Joohyun kemudian mendekapnya erat.

Pertahanan yang sudah Ia buat, perlahan retak, mengembalikan perasaannya yang dulu sempat hilang. Hanya dalam beberapa detik, perasaan itu datang kembali menghiasi seluruh hatinya.

“Aku tau... Aku salah, maafkan aku. Maaf karena tidak bisa melakukan apapun...”

“Ini bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri.”

Bukannya menjawab, Joohyun malah semakin mengeratkan pelukannya pada Taehyung. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Taehyung. Untuk kali ini, hanya untuk kali ini Joohyun ingin melepaskan segala rindunya pada lelaki yang masih setia mengisi hatinya. Lelaki yang senantiasa menjadi doa tiap kali Joohyun meminta pada Tuhan, lelaki yang selalu hadir dalam mimpi Joohyun.

Joohyun mencintai Taehyung, cinta sekali. Bolehkan Joohyun egois? Bolehkan Joohyun tetap berharap agar mereka kembali, lalu mengurus anaknya bersama? Yatuhan, Joohyun tersenyum. Betapa indahnya membayangkan jika itu terjadi.

Tapi...

Rasanya tidak mungkin. Itu tidak mungkin terjadi saat ada sosok wanita yang sedang hamil berada disisi Taehyung, akan sangat menyakitkan bagi wanita itu ketika Joohyun merebut Taehyung.

Senyuman bahagia itu terganti menjadi senyuman luka. Tanpa sadar, setetes airmata Joohyun kembali jatuh, berhenti berharap, Joo.

...

Hayo, puas? Duh, sebenarnya aku kurang PD dengan alur ini. Tapi, apapun itu, tolong hargai ya sheyeng. Oiya kan pada mau happy ending nih,

Emg kenapa kalo ga happy ending? Pada alergi ya?

Nah, aku bakal lanjut cerita nya dan kasih kejutan, asal bisa jwab pertanyaan ini:

Kira-kira wanita yang lg hamil itu, siapanya Taehyung sih?

1. Istri sah
2. Pacar Taehyung
3. Saudara
4. Adik
5. Friendzone

The Life Of: Bae & Kim™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang