Bae&Kim | Tentang Reyhan [Series 02]

607 71 5
                                    

Rayna sibuk masak untuk makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayna sibuk masak untuk makan malam. Terpaksa ia harus menghabiskan persediaan setengah bahannya untuk sang tamu. Reyhan bilang dia sangat lapar dan butuh asupan makanan yang lebih.

Tepat, Rayna selesai masak, lelaki yang tiga tahun lebih muda dari Rayna datang menggunakan kaos sekaligus celana sekolah. Handuk tersampir di bahu untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

"Shampoonya wangi, pantes aja rambut cikgu badai."

Rayna mendengus pelan. Apakah itu penting untuk dibicarakan?

"Makan duluan aja, saya mau ngabarin kakak kamu dulu."

"EH! JANGAN DONG!" Buru-buru, Reyhan berteriak sembari menarik lengan Rayna kemudian berdiri di hadapan Rayna.

"Eh, nggak usah megang-megang!" Rayna segera menghempaskan tangan Reyhan.

"Sorry, kelepasan." Reyhan menyengir. "Abis cikgu ngagetin saya sih, plis ya cikgu... jangan lapor ke siapapun kalau saya ada disini."

"Kenapa emangnya? Kamu mau pulang 'kan? Biar Mayang jemput."

"Nggak kok, saya nggak mau pulang. Saya betah di sini apalagi sama cikgu, saya—"

"Berhenti ngomong yang macam-macam ya, Reyhan!"

Senyuman Reyhan luntur sekejap. "Bercanda, elah baper amat." Reyhan berdecak. "Lagian percuma cikgu telepon keluarga saya, mereka nggak bakal izinin saya masuk. Saya 'kan udah di usir dari rumah."

"Heh! Orang tua kamu kayak gitu cuma mau geretak. Mereka mau kamu sadar dan berubah."

"Emang saya power ranger apa bisa berubah." dumel Reyhan dengan wajah malas.

Rayna melotot, kesal akan ucapan Reyhan yang tak pernah serius.

"Pokoknya saya harus tetap hubungin keluarga kamu."

"Jangan, plis. Plis banget guruku yang paling cantik, paling baik, paling ramah... plis jangan... saya nggak mau lihat muka Rivaldo dulu, nanti saya tambah sakit hati ngeliat dia."

Tanpa di duga, Rayna menampar mulut Reyhan.

"Kamu tuh kalau ngomong bisa nggak si disaring dulu? Om Rivaldo itu ayah kamu, Reyhan!" bentak Rayna.

"Iya, iya maksud saya, saya nggak mau ngeliat ayah dulu. Hati saya masih sakit sama kayak pas cikgu nolak saya."

Rayna menghembuskan napasnya perlahan. Dia bingung. Tapi, tindakannya tidak benar jika harus menyembunyikan Reyhan di sini.

"Saya janji deh, kalau cikgu nggak ngelapor keluarga saya... saya bakal pergi dari sini."

"Pergi kemana?!" Alis Rayna bertautan.

"Ya, kemana aja. Asal nggak pergi dari hati cikgu!"

...

Reyhan menepati janjinya.

Sekarang, Rayna sedang memperhatikan lelaki muda yang kini menaiki motor besarnya. Ia masih mengenakan pakaian sekolah karena Rayna sama sekali tidak memiliki pakaian lelaki di lemarinya.

Jujur saja, Rayna khawatir dan merasa tidak tega bila harus melihat Reyhan pergi. Bukan karena dia memiliki perasaan. Bukan. Rasa khawatirnya ini seperti seorang kakak dengan adik. Dia takut terjadi sesuatu di jalan, memang sih dia sudah besar dan lelaki juga—tetapi, kejadian buruk tidak memandang siapa mereka.

Lalu, apa yang harus Rayna lakukan? Tidak mungkin dia mengizinkan Reyhan menginap disini. Apa kata tetangga?

"Cikgu nggak usah resah gitu. Besok saya balik lagi kesini kok, tunggu aja." Reyhan menyengir menampilkan senyuman kotak.

Ragu-ragu, Rayna mendekati lelaki tersebut. Dia sudah menyalakan motornya, kemudian memakai helm, siap untuk pergi. Sebelum itu terjadi, Rayna meletakkan tangannya pada kemudi motor Reyhan.

"Tunggu... saya nggak akan izinin kamu pergi, sebelum kamu kasih tahu tujuannya." Sahut Rayna tegas.

Tetap saja, setegas apapun Rayna. Reyhan tidak pernah takut.

"Dibilang... saya bakal pergi kemana aja. Asal nggak pergi dari hati cikgu."

"Reyhan, saya serius!"

"Jangan serius, serius ah. Nanti aja, saya belum kerja. Kalau saya udah dapet penghasilan sendiri baru kita serius. Oke?"

"Reyhan!" Tanpa sadar, Rayna menaikkan suaranya. Dia sangat-sangat kesal. "Jangan main-main sama saya."

Baiklah, Reyhan tahu gadis di hadapannya sedang dalam mode panas. Jadi, dia harus stay calm.

"Paling ke rumah teman," sahut Reyhan. "Cikgu nggak perlu khawatir. Saya bakal jaga diri kok, saya 'kan lelaki kayak lagunya Virzha."

Rayna menarik tangannya dari motor Reyhan. Dibandingkan menghadapi Reyhan yang menyebalkan, lebih baik Rayna beradu argumen dengan Mayang. Dia sudah pusing dengan tugasnya sebagai guru di tambah pusing sama kelakuan murid yang tidak tahu diri.

Sialnya, Rayna kenal betul dengan keluarga Reyhan. Dia sudah menganggap Reyhan seperti adiknya sendiri sejak masa SMA. Dulu, Rayna sering mengajarkan Reyhan dan mendidiknya seperti murid sungguhan. Nah, sikap tersebut terbawa sampai sekarang.

Apalagi Rayna sudah menjadi guru sungguhan. Dia akan merasa bersalah bila murid didikannya bersikap tidak benar. Rayna juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga muridnya baik-baik saja. Tidak peduli mau di Sekolah atau di luar.

"Udah 'kan cikgu? Nggak ada yang mau di omongin lagi? Kalau begitu saya berangkat ya. Oiya, omong-omong masakannya tadi enak. Nggak salah saya milih cikgu buat jadi istri di masa depan." Reyhan terkekeh. Mesin motornya sudah menyala. "Dadah cikgu, mimpiin saya ya—eh, maksudnya mimpi indah ya."

Belum sempat membalas, Reyhan sudah pergi menyisakan kesunyian.

...

The Life Of: Bae & Kim™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang