Orion menyeka keringat yang turun ke pelipisnya. Ia baru saja berolahraga dikejar anjing. Lebih tepatnya anjing itu kesurupan hantu yang pernah ia ganggu. Sekarang dia menyesal karena sering kali menjahili hantu-hantu. Ternyata mereka pendendam dan ini sangat menyusahkannya.
"Anjing sialan!" umpat Orion dengan napas tak teratur dan keringat yang masih bercucuran. Rambutnya juga sudah basah karena keringatnya. Dia sepertinya akan membenci anjing.
Lelaki itu membetulkan kacamatanya sehingga penglihatannya membaik lagi. Ia juga membenarkan posisi tasnya yang sejak tadi melorot. Dia menyipitkan matanya ketika melihat perempuan berambut hitam yang sedang memegangi kamera seraya berbicara sendiri. Lagi-lagi wajah gadis aneh itu terlihat sungguh bahagia.
Tidak, dia tidak boleh penasaran terlalu jauh dengan kehidupan gadis itu.
Orion menghela napas, ia menuruti otaknya untuk tak penasaran lagi dengan gadis itu. Dia lantas memasuki kafe tempatnya bekerja paruh waktu dan menyapa beberapa teman kerjanya. Ketika matanya menangkap lelaki seumuran dengannya dengan rambut gondrong. Orion melambaikan tangan kemudian menghampiri lelaki itu.
"Sudah pulang dari menjenguk ibumu?" tanya Orion seraya menepuk bahu kawannya itu.
Damian mengangguk dan tersenyum tipis. Ia masih sibuk mengenakan apron hitamnya. "Dia sudah lebih baik daripada Minggu kemarin. Kurasa Minggu depan sudah bisa pulang."
"Syukurlah. Ngomong-ngomong, kau tahu tentang penghuni Unit 63? Kurasa karena kau sudah agak lama di sini mungkin kau tahu. Lagipula kau juga bertetangga dengan dia." Orion menatap Damian yang mengangguk, mata lelaki berkacamata itu mendadak antusias.
Memang Damian merupakan tetangga Orion alias penghuni Unit 64, selain itu dia juga sudah beberapa tahun tinggal di apartemen itu. Jadi tidak salah kan menanyakan hal itu pada Damian? Astaga dia bahkan lupa jika tadi bertekad memendam rasa penasarannya.
"Namanya Kyra. Dia ramah, walau agak tertutup. Kurasa dia juga seorang Youtuber." Damian meletakkan tas hitamnya di loker, begitu juga dengan Orion.
"Wah—"
"Ayo cepatlah banyak pelanggan ini!" Seruan Dera, atasan mereka, membuat Orion langsung bungkam dan memutar bola matanya malas.
Lelaki itu langsung menjauh dari sana dan menuju ke meja pengunjung untuk melayani mereka. Alasan Orion bekerja paruh waktu bukan karena ia tidak punya uang. Dia hanya bosan saja dan merasa harus melakukan hal yang tak pernah ia lakukan. Lagipula sementara orangtuanya di Jepang, dia bebas melakukan apa pun karena mereka tak terlalu memantaunya. Hanya lebih memantau adiknya.
"Rion!" Sesosok hantu wanita menghampirinya. Siapa lagi jika bukan Miranda. Astaga bahkan Orion baru ingat kalau kemarin ia menjanjikan jalan-jalan bersama hantu itu.
"Nanti, Miranda. Aku sedang kerja ini," bisiknya ketika ia menyerahkan lembaran pesanan kepada Dera.
Dera yang melihat Orion berbicara sendiri hanya bergidik ngeri. Fakta bahwa lelaki itu bisa melihat hantu memang sudah diketahui oleh pegawai kafe itu. Jadi jika mereka mendapati Orion berbicara atau tertawa sendiri, itu adalah hal wajar. Toh Orion-lah yang memberitahukan pada mereka jika dia memiliki kemampuan istimewa itu.
Miranda cemberut, Orion tidak asik seperti dulu lagi. "Tapi kau sudah berjanji padaku kemarin!"
Orion memijat keningnya ketika dia melihat hantu wanita dengan rambut warna merah dari kejauhan. Hantu yang ia dekati beberapa bulan lalu. Sekarang hantu berambut merah itu melambaikan tangan kepadanya. Matilah dia karena jika Miranda dan Sonya, hantu berambut merah itu, bertemu mereka pasti akan ribut.
"Besok saja bagaimana? Aku akan membelikanmu bunga mawar. Aku janji." Mata Orion sesekali melirik Sonya yang makin mendekat. Ia berharap Miranda mengiyakan dengan cepat agar Sonya tak perlu memarahinya.
Oh tidak! Sekarang Sonya sudah berada di samping Miranda dengan raut herannya.
"Orion, aku kembali!" Sonya berseru girang setelah mengendikkan bahunya karena keberadaan Miranda.
Miranda melirik tajam Sonya. "Dia siapa?" tanyanya dengan nada dingin pada Orion.
Merasa ada yang menatapnya dengan tatapan tak suka, Sonya kemudian mendengus kesal dan memelototi Miranda. "Apa? Aku kekasih Orion!"
Orion menepuk jidat. "Mati aku!" ujarnya lirih.
Dera hanya menggelengkan kepalanya dan menepuk bahu Orion. Sudah dua meja ia layani dan Orion masih berdiri di sana sambil berbicara sendiri. "Orion, kau baik-baik saja?"
Lelaki itu menoleh dan mengangguk mantap. "Aku baik-baik saja. Tadi hanya ada hantu yang menggangguku." Ia tersenyum, bahkan Dera yang lima tahun lebih tua darinya sekarang merasa senang karena senyuman itu.
"Jadi aku hanya pengganggu?" tanya Sonya dengan suara nyaring dan manja.
"Bukan seperti itu," bantah Orion ketika melihat wajah marah hantu itu.
"Kau menyebalkan!" Seruan Miranda membuat Orion memijat pangkal hidungnya. Belum lagi beberapa detik kemudian Sonya memecahkan beberapa piring di sana.
Miranda tak mau kalah. Hantu itu merasuki tubuh seorang pelanggan pria yang tengah melamun. Ia berteriak-teriak marah dan menunjuk-nunjuk Orion. Beberapa kali pria dengan setelan jas itu menampar Orion dengan gemulai.
"Pria brengsek!" Seruan itu membuat pelanggan kafe itu menatap mereka. Dera dan Damian juga datang untuk melerai pria berjas itu yang mendadak suaranya jadi melengking.
"Keluar, Miranda." Orion menatap tajam pria yang dirasuki oleh Miranda itu. Ia tahu, jika dirinya sudah menatap tajam seperti ini pasti nyali Miranda akan menghilang.
Benar saja, Miranda keluar dari tubuh pria itu dan langsung lenyap dari sana. Pria bersetelan jas itu menatap heran kepada pegawai kafe yang berada di sekelilingnya.
"Ada apa ini?" tanyanya heran.
Dera langsung memerintahkan Orion agar menuju sumber suara piring pecah itu. Orion mengangguk dan menuju tempat cuci piring. Di sana, Sonya menangis dengan sesenggukan seraya melempar piring kotor asal-asalan.
"Aku membencimu! Kau hanya menganggap aku pengganggu?" Pertanyaan lirih itu membuat Orion menghela napas. Ia memijit pangkal hidungnya lagi kemudian menghampiri Sonya.
"Maafkan aku. Kita akhiri saja," ujar lelaki itu dengan halus.
Sonya melotot kemudian menangis dengan kencang. "Aku benar-benar membencimu!"
Hantu berpakaian cokelat itu kemudian pergi dari sana. Meninggalkan pecahan piring dan sendok yang berserakan di lantai. Belum juga kotoran bekas makanan yang berceceran karena hantu itu menendang tong sampah sebelum pergi.
Dera kembali dengan wajah marah. "Aku yakin ini disebabkan hantu!" serunya kesal.
"Maaf, Kak. Aku akan mengganti rugi semuanya. Kumohon jangan pecat aku." Lelaki itu mengeluarkan wajah memelasnya.
"Sudah berkali-kali kau seperti ini. Aku tidak bisa mempekerjakan orang yang selalu berbuat masalah." Walau Dera menyukai Orion, tentu ia tak bisa mempertahankan Orion untuk bekerja di sini hanya karena ia menyukai lelaki itu.
"Baiklah, Kak. Maaf ya, besok aku akan menggantinya. Tidak apa-apa jika kau memecatku. Lagipula nanti bakal lebih banyak masalah jika aku di sini."
Memang sudah beberapa kali hantu yang ia kenal mengunjungi tempatnya bekerja dan berakhir mengacaukan semuanya.
Sepertinya Orion harus mengurangi hobinya menggoda hantu perempuan. Ternyata mereka sangat ganas.
•••
Makanya jangan mainin cewek eh maksud aku hantu cewek dong!! Udah tau mereka sensian😂
Dasar Orion goblog 😂
Btw gimana part ini menurut kalian?
Oh iya maaf ya aku lama updatenya soalnya banyak tugas ini. Aku juga udah kelas 12 huehue harus rajin 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Unit 63
NezařaditelnéCOMPLETED Semenjak kuliah, Orion jadi tinggal di apartemen yang dekat dengan kampusnya. Karena tinggal di sana, Orion dibuat penasaran dengan penghuni unit 63 yang bersebelahan dengan apartemennya. Bagaimana tidak? Dia beberapa kali memergoki perem...