9. Camilan Pedas Sialan!

103 14 3
                                    

Suara tangisan yang lirih itu membuat Orion mengernyit heran. Sudah sepuluh menit dia duduk di ayunan namun suara itu tak kunjung hilang. Bahkan lelaki itu sudah menghabiskan satu botol air mineral yang dibelinya di minimarket tadi.

Baiklah, jiwa penasaran seorang Orion kembali lagi. Ia lantas beranjak dari ayunan dan menajamkan telinganya mencari dari arah mana sumber suara itu berasal.

Ia akhirnya mendapati seorang perempuan yang memeluk lutut di bangku taman itu. Orion lantas berjalan dengan langkah perlahan kemudian berjongkok tak jauh dari sana. Memperhatikan perempuan itu dalam diam.

Ah, bukankah itu tetangganya? Si penghuni Unit 63.

"Kyra?" Akhirnya Orion memberanikan diri untuk bersuara. Well, dia sempat ragu jika itu Kyra.

Gadis itu mendongak dan nampaklah air mata yang berlinang dan make up yang telah luntur ke mana-mana. Mata gadis itu sembab dan dia menyeka air matanya. "Hm?"

"Kenapa kau menunduk dan menangis? Lah itu make up yang kau kenakan juga luntur ke mana-mana." Celetukan Orion itu membuat Kyra menghela napas kesal lantas menyeka kembali air matanya kemudian menatap Orion kesal.

"Berisik," desis gadis itu dengan raut wajah datarnya. Ia kemudian menutup telinganya dan memukuli kepalanya sendiri.

Sebenarnya ada apa dengan gadis di depannya ini?

"Kau ini kenapa?"

Lagi-lagi Kyra mendongak. Wajahnya nampak gelisah dan telinganya sudah tidak dia tutupi lagi dengan telapak tangan akan tetapi gadis itu menoleh ke kanan-kiri seolah khawatir ada orang yang membuntuti dirinya.

"Aku habis putus dengan pacarku. Si keparat itu selingkuh. Bangsat!" Geraman marah gadis itu membuat Orion memutar bola matanya kemudian berdiri dan duduk di sebelah gadis itu.

Lelaki itu kemudian mengambil camilan dari kantong plastik putih yang dia bawa dan membuka camilan itu. Ia mengulurkan makanan ringan itu ke Kyra dan berujar, "Sudahlah dia memang terlalu bangsat untukmu. Lebih baik kau makan saja agar pikiranmu tenang."

Perempuan berambut panjang itu memicingkan matanya namun kemudian mengangguk dan mengambil camilan pedas itu. "Terima kasih. Namamu Orion kan?"

"Iya. Panggil saja Rion. Oh kalau mau memanggilku dengan panggilan sayang juga boleh."

Kyra tersedak setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut lelaki di sebelahnya. Sialnya lagi kerongkongannya menjadi pedih karena camilan yang Orion berikan rasanya sangat pedas. Gadis itu terbatuk lagi dan memukul kepala Orion dengan kesal.

'Demit sialan,' batin Kyra

"Ini ini minum dulu." Lelaki itu memberikan air mineral yang barusan dibuka olehnya sembari terbahak-bahak melihat ekspresi kesal Kyra.

Kyra menenggak air mineral itu dengan tergesa. Sialan sekali rasa pedas itu masih tersisa justru bertambah pedas. Mana pikirannya juga sedang buyar lagi dan kondisi hatinya sedang panas.

"Orion sialan." Kyra mengatakan itu sambil meletakkan botol air mineral itu di pangkuan Orion. Botolnya kosong. Dan dia masih kepedasan.

Rion menyodorkan susu kotak rasa strawberry kepada Kyra. "Ini minum agar pedasnya hilang."

Gadis itu menerimanya dan meminum susu itu. Ah, rasanya lebih baik. Rasa pedasnya sudah agak hilang. "Aku menyesal menerima Camilan pedas itu."

"Hey bukankah lezat? Aku sangat menyukai camilan itu. Bahkan menurutku tidak begitu pedas." Orion nyengir kuda menampakkan deretan rapi giginya.

"Mata kau pedas sebelah!" seru Kyra kesal melihat ekspresi santai lelaki di sampingnya ini.

"Tidak kok mataku tidak pedas. Tapi memang camilan itu tidak baik untuk mata."

Penghuni Unit 63Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang