Kyra telah mengupload video terbarunya tentang make-up tutorial tentunya. Dia sekarang hanya duduk di sofa ruang tamu sembari menonton film di televisi ditemani dengan camilan-camilan. Perempuan berkaos orange itu memutar bola matanya malas ketika melihat ada tokoh antagonis yang muncul. Dia beberapa kali mengumpat dan menyumpahi tokoh utama yang baiknya kelewatan.
"Bisa-bisanya dia masih mau berteman dengan penghianat. Cih tolol sekali. Kalau aku jadi dia aku bakal menenggelamkan penghianat itu di segitiga bermuda," gerutunya sembari mencomot camilan rasa gurih itu.
Saat adegan si antagonis hendak mencelaki si tokoh utama, Kyra mendesis sebal lagi. "Kapan sih tokoh utamanya sadar dari ketololan. Baik sih boleh tapi jangan terlalu baik nanti orang jadi seenaknya."
"Si mbak-mbak antagonisnya juga tidak sadar diri. Sudah ditolak masih saja terobsesi dengan lelaki orang. Astaga apakah hidupnya hanya untuk mengejar seorang laki-laki?"
Karena capek menggerutu, perempuan itu mengganti channel televisi menjadi berita. Ini lebih baik walaupun dia sebenarnya lebih fokus bermain ponsel daripada melihat berita terbaru hari ini.
Tiba-tiba dia merasa tengkuknya dingin seperti ada yang meniup. Gadis itu mengelus tengkuknya kemudian menoleh ke belakang dan tidak ada apa apa. Ia hanya mengendurkan bahu tak peduli dan lanjut membalasi pesan para penggemarnya.
Namun aroma bunga mawar yang menyengat membuat Kyra mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Dia mengendus aroma itu lagi dan mengernyit ketika aromanya berganti menjadi aroma bunga melati. Padahal kan dia tidak pernah memiliki parfum ataupun pengharum ruangan dengan aroma bunga bungaan. Dia lebih suka aroma fresh buah.
Perempuan itu dikejutkan dengan aroma yang sekarang berganti menjadi aroma jeruk dibarengi dengan aroma anyir darah. Ia masih memegang ponselnya lantas menatap sekeliling ruang tamunya. Tidak ada hal aneh di sana, dia sekarang merasa merinding.
Lampu di ruangan itu berkedip-kedip beberapa kali dan channel televisi berganti sendiri. Kyra padahal sama sekali tidak memegang remot. Kemudian perempuan itu melihat sekelebat bayangan yang melewati dirinya. Dia menggenggam erat ponselnya, jantungnya berdegup kencang dan kakinya gemetaran ketika tengkuknya dingin seperti ditiup.
Dia berjalan dengan tergesa lantas membuka pintu apartemennya yang agak susah. Bau amis makin menyengat, gadis itu ingin menangis saat ini karena pintunya tak kunjung bisa dibuka. Akhirnya setelah berhasil terbuka dia keluar dan menutupnya lagi. Ia berjongkok di depan pintu apartemennya, bingung hendak ke mana. Lorong ini juga sangat sepi dan membuat ketakutannya bertambah.
Orion.
Hanya nama itu yang nyangkut di kepala cantiknya. Perempuan yang tidak mengenakan alas kaki itu kemudian mengetuk apartemen dengan nomor 64 yang merupakan tetangganya itu. Dia merasa tangannya lemas sekali dan kakinya gemetaran. Pintu tak kunjung dibukakan oleh si pemilik tempat tinggal itu.
"Halo," sapa seorang lelaki dengan rambut acak-acakan dan suara serak.
"Orion, aku takut." Kyra masuk ke apartemen lelaki itu walaupun belum ada ijin dari si pemilik.
Orion mengernyit melihat Kyra yang pucat dan nampak gemetaran seperti ini. Dia hendak mengambil kacamatanya agar bisa melihat dengan jelas namun terlalu malas. Akhirnya lelaki itu menutup pintu apartemennya dan menuju dapur, membuatkan minuman hangat untuk perempuan bercelana pendek itu. Ia juga mengambil celana training panjang miliknya yang kekecilan dan melemparkannya ke Kyra setelah meletakkan cokelat panas yang dia buat.
"Pakai. Celanamu terlalu pendek. Kau tidak ingin kan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?" Lelaki itu menunjuk arah kamar mandi dan perempuan itu hanya menurut saja.
Celana itu agak kepanjangan di Kyra sehingga harus ditekuk. Dia berjalan mendekati Orion dan duduk dengan kalem di sebelah lelaki itu tanpa bicara. Dia masih enggan bicara, perempuan itu masih menetralkan detak jantungnya gara-gara kejadian di apartemennya tadi.
"Ada apa? Sebaiknya kau minum dulu cokelat panasnya agar lebih tenang. Atau mau camilan? Tapi adanya hanya yang pedas." Cengir lelaki itu karena tahu si perempuan di sebelahnya tak suka dengan makanan terlalu pedas.
Perempuan itu diam dan menuruti perkataan Orion. Ia mengambil cangkir berwarna putih itu dan menyeruput minuman manis tersebut. Rasanya agak tenang dan tubuhnya menjadi hangat. Kakinya tidak segemetar tadi dan detak jantungnya lebih normal.
"Aku takut." Dia meletakkan cangkir itu dan mengingat yang tadi terjadi di apartemennya.
"Iya sebenarnya ada apa?" tanya lelaki itu dengan nada halus. Sepertinya gadis di sampingnya ini benar-benar ketakutan dan dia tak mungkin menjahili orang yang tengah ketakutan.
"Tadi di apartemenku ada bayangan yang bergerak cepat. Lampu ruang tamu berkedip-kedip sendiri dan channel televisi berganti sendiri. Lalu ada aroma yang berganti-ganti." Perempuan itu menaikkan kakinya di sofa lantas memeluk dirinya sendiri.
Orion mengangguk dan merangkul perempuan itu agar lebih tenang dan aman. "Aroma seperti apa?" tanyanya lagi, dia hanya ingin memastikan.
"Aroma mawar lalu berganti aroma melati kemudian berganti menjadi bau anyir darah. Dan terakhir ada aroma jeruk. Padahal pengharum ruangan di apartemenku aromanya strawberry," jelas perempuan itu panjang lebar dengan suara yang agak bergetar.
Mata Orion melebar mendengar penuturan gadis itu. Bagaimana bisa aroma khas itu berganti-ganti. "Sst, tenanglah kau sudah di sini. Tidak apa-apa nanti aku akan mengeceknya."
Kyra mendongak menatap Orion. "Bolehkah aku menginap di sini malam ini?"
Lelaki di sampingnya itu melotot namun kemudian mengangguk. Astaga dia tidak bisa membiarkan perempuan ini ketakutan. "Kau bisa tidur di kamar tamu. Atau kau mau tidur denganku?" Nada jahil itu membuat Kyra melotot dan memukul lengan Orion.
"Tidak mau!" serunya dengan kesal dan menjauhkan dirinya dari rangkulan Orion.
Orion tertawa terbahak-bahak lantas berdiri dari duduknya hendak mengambil makanan. Tangannya ditarik oleh perempuan itu lantas ia menoleh.
"Orion mau ke mana?"
"Mengambil makanan."
"Di sini saja. Jangan pergi, aku masih takut," ujar Kyra kemudian menundukkan kepalanya.
"Sebentar ya. Kurasa kau belum makan. Tadi aku membeli roti." Dia berjalan menuju dapur dan mengambil roti yang tadi dibelinya saat membeli bahan makanan.
"Terima kasih." Kyra menerima roti itu dengan senang dan memakannya.
Orion hanya tersenyum seraya mengacak rambut perempuan itu tanpa sadar. Tanpa sadar.
•••
Halooo, siapa yang kangen sama Orion nihh. Ini masuk konflik ya temen-temen. Yaampun pengen cepet kelar deh cerita ini biar bisa nulis cerita lain
Kyra gemesin banget ihh yaampun gakuat sama mereka berdua
Dahlah aku mau ngereceh lagi ajaa😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Unit 63
DiversosCOMPLETED Semenjak kuliah, Orion jadi tinggal di apartemen yang dekat dengan kampusnya. Karena tinggal di sana, Orion dibuat penasaran dengan penghuni unit 63 yang bersebelahan dengan apartemennya. Bagaimana tidak? Dia beberapa kali memergoki perem...