8. J a n c o q u e

89 13 10
                                    

Kyra melemparkan tas selempang yang tadi dia bawa dengan sembarangan. Saat ini yang ada di pikirannya adalah kata-kata tajam nan menusuk yang tadi dilontarkan oleh Mama. Seperti beberapa saat yang lalu ketika ia kembali ke rumah, mamanya juga mengatakan bahwa dia gila dan tak mau lagi menganggap Kyra sebagai anaknya.

Kakaknya, Raka hanya mengelus pundak Kyra dan menenangkan adiknya itu serta menyuruh Kyra untuk kembali tinggal bersama ia dan mamanya. Ah, sebenarnya Kyra sangat ingin tinggal bersama mama dan kakaknya namun karena mamanya seperti itu dia jadi malas sendiri. Bukan malas pada mamanya. Namun, malas dengan 'mereka'.

"Narendra, apa aku selama ini memiliki salah dengan mamaku?" tanya Kyra seraya menatap sosok lelaki berambut hitam rapi yang mengenakan kaus putih panjang dan celana panjang berwarna hitam.

"Tidak. Mamamu saja yang aneh. Bukankah kau tidak pernah membuat dia murka. Oh iya, mungkin karena kau tak menuruti perkataan mamamu."

Perempuan itu mengernyit heran dan berusaha sekeras mungkin untuk mengingat kesalahan dia kepada Mamanya. "Kurasa karena aku tidak mengikuti jejaknya menjadi penari balet. Tapi mana mungkin hanya karena itu. Kau tau tentang mamaku kan, Ren?"

Lelaki di depan Kyra itu mengangguk dan berujar, "Barangkali karena aku."

Kyra menggeleng kuat kemudian menatap wajah Narendra yang berubah murung. "Tidak mungkin. Bukankah kau baru kemarin bertemu mamaku?"

"Iya." Jawaban singkat itu membuat Kyra mendadak kesal. Apalagi Narendra sekarang pergi dari hadapannya.

Perempuan itu menghela napas lantas mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang yang biasanya akan menghibur dirinya jika dia sedang tidak akur dengan Narendra. Gandhi, lelaki itu dari kemarin ternyata menelponnya namun tidak Kyra angkat. Hal ini membuat gadis itu agak menyesal pasalnya, si Gandhi itu paling bisa membuat moodnya yang turun menjadi naik.

Memang sih banyak orang yang mengatakan pada Kyra bahwa Gandhi itu tidak baik untuk dirinya namun toh juga Gandhi tak pernah sekali pun membuat dia kesal. Sepertinya sudah dua kali dia mengunggah video vlog bersama Gandhi di channel Youtubenya yang sudah 1,2 juta subscribers. 

Komentar mereka cukup pedas karena banyak yang menghujat sikap Gandhi yang menurut Kyra tidak ada yang salah dengan lelaki itu.

"Halo Kyra. Kau merindukanku ya?" Suara lelaki itu membuat Kyra tertawa kecil.

"Iya," jawab gadis itu lantas berjalan menuju kamarnya dan merebahkan diri di kasur.

"Kau ingin aku ke sana? Atau bagaimana jika aku menjemputmu dan kita jalan jalan agar pikiranmu fresh?" Pertanyaan itu begitu membuai Kyra hingga gadis itu mengangguk dan mengiyakan.

"Aku akan bersiap-siap. Satu jam lagi kau ke sini ya."

"Siap, Babe."

Kemudian sambungan telepon itu diputuskan oleh Kyra. Gadis itu segera mengambil sabun cuci muka dan handuk. Ia melakukan ritual mandi dengan kilat. Biasanya ia mandi tiga puluh menit, kini ia hanya mandi selama 15 menit. Sungguh rekor bagi Kyra.

Dia kemudian mengenakan kaos berwarna merah maroon dan memadukannya dengan celana jeans warna hitam. Perempuan itu lantas menuju meja riasnya. Melakukan step skincare rutin dia lantas mengenakan riasan tipis. Terakhir, ia memoleskan lip cream warna peach dan menyemprotkan parfum.

Selanjutnya, Kyra meraih jaket denim yang tergantung di dekat almari. Ia mengenakan jaket denim tersebut lantas mengenakan topi baseball hitam. Tak lupa mengenakan sneakers warna merah favoritnya yang sering dia pakai.

•••

"Jadi kita mau ke mana sore ini?" Lelaki bernama Gandhi itu menanyai ke Kyra setelah gadis itu memasuki mobilnya.

"Terserah kau saja."

"Baiklah bagaimana kalau kita ke rumah makan favoritmu? Kurasa kau sudah lama tidak ke sana karena saking seringnya membuat video untuk channelmu."

Kyra tersenyum senang dan mengangguk saja. "Iya ke sana saja. Aku rindu makan sate di sana!"

Seruan girang gadis itu membuat Gandhi tersenyum kemudian melajukan mobilnya menuju rumah makan yang biasa mereka kunjungi. Hubungan mereka sudah berjalan kurang lebih tiga bulan. Bahkan Gandhi sudah berkali-kali mengajak Kyra main ke rumahnya dan bertemu keluarganya.

Kurang lebih delapan belas menit mereka sampai di rumah makan besar itu yang cukup ramai pelanggan. Gandhi lantas menggandeng Kyra memasuki rumah makan bernuansa modern itu dan menuju bangku di dekat jendela yang kosong. Lelaki itu lantas memanggil pelayan dan menyebutkan beberapa pesanan untuk mereka. Tentu saja dia sudah hafal dengan kesukaan gadisnya ketika mengunjungi rumah makan ini.

Pesanan mereka datang lima menit kemudian. Kyra langsung antusias memakan sate ayam yang dipesankan untuknya.

"Pelan-pelan makannya. Nanti kau tersedak," ujar Gandhi dengan halus yang membuat Kyra cemberut.

"Sudah seminggu kita tidak bertemu. Huah hidupku seperti sepi saja," kata Kyra di sela-sela mengunyah makanannya.

Lelaki berambut hitam itu tersenyum mengamati Kyra yang memakan makanan itu dengan lahap. "Aku tahu."

Suara sebuah barang dibanting membuat Kyra mendongak dan mendapati seorang perempuan yang bertubuh seksi menatap kekasihnya dengan tatapan murka. Loh ada apa dengan tante aneh ini sih. Ia melanjutkan acara makannya kemudian meminum jus advokatnya.

"Gandhi! Bisa-bisanya kau berpacaran dengan perempuan lain sementara aku tengah mengandung anakmu!" Seruan wanita yang menurut Kyra seperti tante-tante itu membuat mata Kyra membulat.

Gandhi yang ada di sana juga menatap wanita itu dengan raut terkejut. Ia kemudian berdiri dan berujar, "Apa maksudmu? Kau mau menipuku?"

"Bagaimana mungkin aku menipumu! Jelas jelas ini anakmu. Aku hanya melakukannya denganmu." Wanita itu kemudian menatap Kyra tajam.

Suara pertengkaran kekasihnya dan wanita asing itu membuat kepala Kyra seakan meledak. Beberapa suara familiar mulai berbisik kepadanya.

'Kyra, mati kau'

'Sudah akhiri saja hubungan kalian. Kau tidak cocok dengan bangsat itu."

'Sudah kubilang kan. Dasar gadis tolol'

'Kubilang apa. Kau tak pantas untuk siapa pun.'

Suara-suara di kepalanya itu membuat Kyra memukul kepalanya sendiri dengan tangan. Untung dia sudah mengelap tangannya tadi dengan tissue basah jadi rambutnya tidak kotor karena bubu sate.

Gadis itu kemudian tertawa terbahak-bahak selama satu menit yang membuat Gandhi dan wanita itu menatapnya heran. "Gandhi, kau terlalu bajingan untukku. Selamat tinggal."

Ia mengambil topi dan ponselnya lantas keluar dari rumah makan itu. Bajingan. Ia sungguh tidak mengira Gandhi adalah orang yang sangat brengsek. Selama ini lelaki itu memperlakukan dirinya dengan lembut dan mengatakan banyak hal-hal manis.

Gadis itu menyeka air mata yang mengalir ke pipinya. Ah pasti eyelinernya luntur karena ia tak memakai eyeliner waterproof. Ia tak menyangka bahwa Gandhi melakukan hal bejat di belakangnya. Sialan, ia tak akan memaafkan lelaki itu.

"OALAH JANCOK!" umpat Kyra setelah keluar dari rumah makan itu.





•••

Wakakak mari kita mengumpat dengan aesthetic kawan-kawan.

J a n c o q u e

Duh siapa yang kangen sama Orion hayooo. Maap ya baru update huhuhu aku sibuk banget. Ini juga masih UAS dan aku sempet sempetnya nulis. Ya karena gabut sih gaada kerjaaan. Mau belajar juga mager banget kek pengen rebahan terus:(

Bodo amat ya aku males
ngeditnya:((

Penghuni Unit 63Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang