5. Dia Temanku

112 16 0
                                    

"Narendra. Dia temanku! Kau bisa melihatnya?" tanya Kyra pada Orion dengan raut wajah senang.

Orion mengernyit karena tempat di sebelah Kyra yang katanya tempat Narendra duduk kosong. Benar-benar kosong, tak ada hantu ataupun manusia di sana. Ia mencoba mencerna lagi apa yang baru saja diucapkan oleh Kyra namun tetap saja tak bisa melihat sosok Narendra yang sebenarnya. Akhirnya otaknya memberikan sebuah ide.

"Kau punya foto Narendra?" tanya Orion hati-hati.

Kyra menggeleng lemah kemudian menjentikkan jarinya dan berujar dengan semangat. "Aku punya lukisannya. Sebentar aku akan mengambilkannya."

Perempuan berbaju merah muda itu berjalan dengan langkah riang ke kamarnya kemudian selang beberapa menit dia kembali dengan sebuah benda persegi di tangannya. Gadis itu terlihat agak keberatan dengan adanya benda itu sehingga Orion membantunya.

Lelaki itu mengamati gambar di lukisan tersebut. Ternyata merupakan lukisan yang tergantung di kamar yang tadi ia masuki. Dia melihat sebuah tulisan di pojok kiri bawah lukisan itu. Tertulis sebuah kalimat.

'Dari Kyra untuk Narendra'

"Kau tidak bisa melihat Narendra ya?" tanya Kyra kepada Orion dengan lesu lagi.

Mengapa semua orang tak bisa melihat Narendra? Kenapa mereka selalu mengatakan bahwa Narendra tidak ada?

"Ah, ngomong-ngomong aku Orion. Kau Kyra kan?"

"Iya, kau seriusan tidak bisa melihat Narendra? Kau mau mengatakan aku gila?" Gadis itu menggigit kuku jari telunjuknya sambil mengernyitkan dahi menunggu jawaban dari Orion.

Mendengar ucapan Kyra barusan, Orion menggaruk kepalanya karena bingung mau menjawab apa. Jika dia mengatakan bahwa bisa melihat Narendra, mengapa dia harus menanyakan gambar sesosok Narendra?

"Tidak. Tapi aku percaya dia ada di sini." Orion nyengir sembari menatap Kyra yang duduk di dekatnya.

Kyra yang tadinya tengah menggigiti kuku sekarang mendongak menatap Orion. "Kau tidak mengataiku gila? Tapi mengapa kau tidak bisa melihat Narendra?"

"Entahlah. Mungkin kau orang istimewa?" Lelaki itu sebisa mungkin meminimalisir kata-kata yang bisa membuat perempuan itu kesal.

Serius, di ruangan itu hanya ada dirinya, Kyra dan beberapa hantu di sana. Jika Kyra membicarakan tentang hantu pasti dia tahu dan dapat melihat. Masalahnya sekarang ia tak bisa melihat sosok yang Kyra ceritakan itu. Yang terlintas di kepalanya hanya sebuah kalimat.

'Gadis itu pasti gila'

Tapi sepertinya terlalu jahat jika ia mengatakan itu tepat di depan muka perempuan itu. Toh juga ia pasti tak bisa memenuhi rasa penasarannya jika dia mengatakan kalimat itu. Pasti gadis itu akan mengusirnya.

"Yah, Narendra, kau manusia kan?" tanya Kyra seraya menoleh ke sebelah kirinya yang menurut Orion kosong.

Orion hanya mengernyit dan berpikir apa yang sebenarnya dilihat gadis itu dan bagaimana bisa ia tak melihat sosok Narendra itu? Ia kemudian menghela napas dan berdiri dari tempat duduknya semula.

"Ah, aku harus pulang. Maaf sebelumya karena salah masuk," ujar Orion. Ia sebisa mungkin tidak melirik ke kirinya yang terdapat sosok wanita penunggu lift tengah.

"Iya. Salam kenal ya Orion!" Kyra tersenyum senang ketika melihat punggung lelaki itu yang menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangannya.

Kyra merinding, suhu di sekitarnya mendadak menjadi dingin. Namun pada akhirnya ia menggelengkan kepalanya mengusir segala pikiran negatif. "Narendra, mau nonton horror tidak?"

Gadis itu mengangguk semangat kemudian berjalan ke dapur dan kembali dengan beberapa camilan. "Kau tidak boleh menghabiskan camilannya ya."

Ia menonton film di laptop ditemani camilan dan sosok 'Narendra'.

•••

"Hei sialan. Menurutmu, adakah hantu yang memiliki kemampuan menyembunyikan diri?"

"Tidak ada, kakakku yang tolol."

Orion mendengus sebal kemudian mengumpat sebentar karena dijuluki tolol. "Cih sialan," desis lelaki itu yang dibalas tawa oleh orang di telepon.

"Memangnya kenapa? Apa ini tentang si manusia yang membuatmu penasaran itu?" tanya sebuah suara dari telepon itu dengan nada penuh penasaran.

"Kurasa perempuan itu gila. Dia mengenalkan padaku sosok temannya. Jika hantu pasti aku bisa melihat sosok itu. Kau tau? Aku tak bisa melihat temannya itu." Orion berdecak sembari membaringkan tubuhnya di kasur.

"Kau masih penasaran dengan kehidupan manusia yang membuatmu penasaran itu?" tanya orang yang Orion telepon itu.

Lelaki berambut hitam itu hanya menatap langit-langit kamar kemudian membayangkan tentang beberapa kemungkinan mengenai seorang manusia aneh bernama Kyra. "Tentu saja aku masih penasaran."

Dia mendengar suara decakan dari orang yang ia telepon lantas orang itu mendengus geli dan berujar,"Jangan terlalu masuk ke kehidupan orang itu. Kurasa kau tak perlu tahu lebih. Lagipula itu juga tidak penting bagi kehidupanmu."

Orion menepis tangan sesosok hantu yang menganggunya dan matanya menatap tajam hantu itu lantas menanggapi ucapan Ruya. "Aku harus memuaskan rasa penasaranku."

Terdengar hembusan napas kesal. "Terserah kau saja. Aku sedang malas karena akhir-akhir ini ada seseorang yang mengikutiku."

"Hati-hati adikku tercinta, semoga bukan hantu gay."

"Sialan. Jika bertemu denganmu aku pastikan wajahmu babak belur." Setelah mendengar kalimat mengesalkan itu, telepon diputus sepihak oleh Orion. Dia masih memikirkan kata-kata adiknya, pokoknya dia harus tahu tentang temannya Kyra itu.


***

woee akhirnya setelah sebulan ganulis aku mulai nulis lagi heheheee. Btw siapa aja nih yang nunggu update an cerita ini? Maaf ya aku ngaret banget soalnya tiap hari ada praktik jadi ga sempet nulis hiks:( semoga kalian suka cerita ini ya

Ada kah yang nunggu ceritanya si Ruya aku update?

Penghuni Unit 63Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang