24. Boneka cantik

45 12 1
                                    

Orion menutup pintu mobilnya dan mengikuti Kyra yang sekarang sedang membuka pintu rumah Mamanya. Dia menarik napas dalam-dalam karena gugup. Setelah semalam berdebat akhirnya Kyra menyerah dan membawa dirinya menemui mamanya. Jujur dia ingin bertemu dengan calon mer— maksudnya mamanya Kyra karena sangat penasaran ada apa dengan wanita itu.

Hawa aneh langsung menyambutnya ketika memasuki rumah tersebut. Seorang lelaki datang menghampirinya dan menyalami dirinya. Orion tersenyum kikuk karena baru pertama bertemu dengan kakak Kyra yang semalam Kyra ceritakan.

"Wah tumben sekali anak itu membawa temannya ke rumah," ucap Raka dengan ramah seraya mempersilakan Orion untuk duduk.

"Hai Kak, saya Orion." Orion menggaruk tengkuknya dan Raka tertawa melihat tingkah canggung kawan adiknya itu.

"Tidak perlu formal panggil Raka saja tidak apa-apa. Santai saja. Apa kau yakin kau hanya berteman dengan Kyra? Aku merasa kalian bukan sekadar teman." Lelaki bercelana pendek itu melirik Kyra yang sekarang membawa nampan berisi camilan dan minuman dengan cemberut.

"Apa sih kakak!" seru Kyra sebal seraya meletakkan camilan dan minuman itu. "Diminum ya, Rion."

"Iya santai saja Rion anggap saja ini rumahku," ucap Raka dengan nada bercanda yang membuat Orion tertawa dan tidak begitu canggung lagi.

"Lho kakak tidak kerja? Mama ke mana?" tanya Kyra sesaat setelah mendudukkan dirinya di samping Orion.

"Tidak, kan libur. Aku meliburkan diri sih. Kalau Mama sepertinya tadi bilang mau ke supermarket membeli bahan makanan." Raka menyeruput secangkir kopi yang dibuat adiknya untuk dirinya.

"Tumben sekali kau ingat pulang." Lelaki itu melirik adiknya yang asik bermain ponsel itu. "Ngomong-ngomong kau masih kuliah ya?"

"Ah, iya Kak." Orion tersenyum agak canggung namun setelahnya Raka mengajaknya ngobrol berbagai macam hal hingga mereka keasyikan dan melupakan kehadiran Kyra.

Orion selama berbincang dengan Raka, oh tidak, selama memasuki rumah ini dia merasa ada yang mengganjal. Lebih tepatnya ia mendengar suara bocah menangis akan tetapi suara itu sangat lirih. Beberapa kali dia menggelengkan kepalanya mencoba mengusir suara itu namun malah terdengar semakin jelas.

"Raka, tolong bawakan belanjaan Mama, Nak." Wanita dengan kaos merah muda dan rok selutut itu menenteng banyak belanjaan di tangannya saat memasuki rumah.

Saat itu juga Raka langsung menghampiri mamanya dan membantu wanita itu karena terlihat kesusahan. Sementara itu Orion melirik belanjaan yang terletak di sebelah kaki wanita itu lantas berdiri dan ikut membantu. Dia sempat melihat raut bingung dari Mama Kyra itu, mungkin karena dia orang asing dan tiba-tiba membantu belanjaannya.

"Wah, kau temannya Raka?" tanya Diandra dengan antusias sambil menyalami Orion yang baru kembali dari dapur setelah membantu angkut belanjaan.

"Eh, saya teman Kyra, Bu." Orion tersenyum sembari menyalami wanita itu.

"Oh bocah itu punya teman ternyata. Kenapa kau mau berteman dengan perempuan seperti dia? Ah! Bukankah kau sudah tidak mau ke sini lagi?" Wanita bersanggul itu menatap tajam putrinya yang sekarang berhenti bermain ponsel dan menatapnya dingin.

Orion mengernyit melihat ada hal mengganjal di wanita paruh baya itu. Dia melihat bola mata wanita itu yang beberapa kali berubah. Pertama, normal kemudian berubah lebih besar layaknya bola mata boneka-boneka Barbie. Dia berkedip lagi, sekarang lelaki itu melihat sosok lain di tubuh wanita itu. Astaga! Sosok itu sangat cantik, matanya membengkak seperti habis menangis dan sekarang menatap balik Orion.

Lelaki itu mundur beberapa langkah dan langsung menghampiri Kyra. "Kurasa selama ini ada yang aneh di Ibumu. Dia sekarang kerasukan."

Kyra yang mendengarnya langsung melotot. "Apa? Kau jangan coba-coba menakutiku ya!"

"Aku melihat sosok lain di tubuh ibumu. Kau mau aku mengeluarkan sosok itu atau tidak?" tanya Orion dengan sorot mata yang tajam.

"Ya harus lah bodoh!"

"Wah ada apa ini kalian terlihat serius sekali." Raka kembali membawa beberapa buah di piring dan langsung diletakkan di meja sembari mempersilahkan Orion si Tamu.

"Kak Raka kau boleh percaya atau tidak dengan yang kukatakan. Aku bisa melihat hantu. Dan sekarang mama kalian sedang kerasukan." Lelaki itu melirik mama Kyra yang sedang berdiri anteng di depan pintu seraya menatap mereka, lebih tepatnya hantu itu yang menatap mereka.

"Kau ini kalau bercanda jangan serius dong!" Raka terkekeh pelan.

"Aku serius, lihatlah mata mama kalian berubah."

Raka dan Kyra membelalakkan matanya melihat mata mama mereka yang berubah. Astaga sebenarnya ada apa ini? Mengapa tiba-tiba mama mereka kerasukan. Raka langsung menatap Orion mencari penjelasan.

"Aku akan mencoba mengeluarkannya." Orion lantas menghampiri mama Kyra, mengajak hantu itu ngobrol dan beberapa kali menggoda hantu itu. Namun tak berhasil. Dia lantas mencoba menggunakan gelangnya untuk mengusir hantu itu akan tetapi tetap tidak bisa. Ini benar-benar aneh.

"Apakah Mama kalian punya benda yang sangat dia sayang?" tanya Orion kepada dua bersaudara itu.

Kyra menggeleng pelan karena memang tidak tahu. "Coba kita ke kamar mama!" Seru perempuan itu sambil menarik tangan Orion.

Diandra langsung berlari dan mencekik Kyra, hal itu membuat Orion menoleh dan mendorong wanita itu hingga cekikannya di leher Kyra terlepas. "Kak tolong kau tahan mama kalian dulu, aku dan Kyra yang akan mencari barang sialan itu."

Mereka tiba di kamar Diandra yang untungnya tidak dikunci. Di sana terdapat banyak sekali boneka. Kyra bahkan agak kaget karena setahu dirinya mamanya tidak suka boneka. Ada satu boneka besar menyerupai manusia, tingginya seperti tinggi Kyra dan amat cantik boneka itu. Rambutnya hitam sepunggung, matanya besar dan indah. Pokoknya kalau jadi manusia Kyra bakal menjamin kalau boneka itu akan terkenal dan dikejar-kejar para lelaki.

"Boneka itu!" Orion menghampiri boneka tersebut.

Namun tiba-tiba pintu kamar itu terbuka menampakkan Diandra dengan wajah murka dan memerah. "Jangan menyentuh boneka itu!" jeritnya histeris.

Orion lantas menyentuh boneka itu dan menjambak rambut boneka tersebut. Diandra terlihat kesakitan dan memegangi kepalanya. Dia lantas menghampiri Kyra dan mencekik perempuan itu kembali. Hal itu membuat rahang Orion mengeras, ia mematahkan tangan boneka itu dengan mudah kemudian memisahkan kepala boneka itu dari badannya.

Mendadak wanita itu pingsan di tempat.

Sementara itu, hantu yang merasuki Diandra keluar dan menatap marah Orion yang telah merusak rumahnya. "Kau harus kuberi pelajaran, anak muda!"

Orion menatap remeh hantu itu. Dia lantas berlari keluar dari kamar tersebut, tentunya dia dikejar oleh hantu cantik itu. Setelah tiba di halaman rumah Kyra, ia mengeluarkan korek api. Tadi dia sempat mampir di dapur dan untungnya ada minyak tanah di sana, aneh sekali padahal dia lihat tidak ada kompor dengan bahan bakar minyak tanah di sana.

Ah masa bodoh, dia langsung menuang minyak itu di boneka tersebut lalu membakarnya. Hantu yang baru saja tiba melihat itu tampak sangat marah. Wajah hantu itu mendadak menjadi seperti terbakar, lama-lama tubuhnya ikut terbakar. Kemudian saat seluruh tubuh boneka itu terbakar, hantu itu lenyap dari sana tanpa jejak.

Orion menghembuskan napas lega lantas memadamkan api. Dia pun memasuki rumah itu kembali untuk melihat keadaan Kyra dan wanita itu. Di ruang tamu dia melihat Raka sudah babak belur dan sedang berusaha mengobati dirinya sendiri.

"Kau baik baik saja?" tanya Orion pada Kyra yang sedang menunduk sambil memegangi kakinya, nampak ketakutan.

"A-aku melihatnya! Ini semua gara gara kau!" bentak Kyra dengan suara bergetar.

•••

Kyra liat apa tuh bundd, btw maaf ya baru update aku sibuk bangett😭✌️

Penghuni Unit 63Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang