Lelaki itu berjalan dengan langkah perlahan dan sebisa mungkin tak menimbulkan suara. Ruangan tempatnya berdiri saat ini pencahayaan begitu minim karena hanya cahaya dari televisi yang membuatnya tak begitu gelap. Dia beberapa kali mengelus tengkuknya karena merasakan adanya sosok lain di sini selain dirinya.
Orion akhirnya memencet saklar lampu hingga ruangan menjadi terang. Dia bisa melihat beberapa hantu yang menatapnya heran di pojok ruangan, kanan televisi. Sofa cokelat di sana juga ditempati sesosok hantu lelaki tua yang juga menatapnya heran.
Dia akhirnya tiba di depan pintu berwarna cokelat. Tangannya mengikuti perintah otaknya untuk membuka pintu itu. Ruangan itu sepertinya, ah bukan sepertinya lagi namun pasti merupakan kamar gadis aneh itu. Orion berjalan mengendap-endap mengelilingi ruangan itu. Kamar ini didominasi perabotan berwarna cokelat dan tak ada satu pun foto di sana.
Banyak barang-barang di meja yang tak ia ketahui namanya. Barangkali make up? Ia tak peduli, Orion sekarang menatap sebuah lukisan berukuran A1 yang dipajang di atas pintu masuk.
Sebuah lukisan lelaki berambut hitam yang mengenakan kaos hitam polos. Lelaki di lukisan itu nampak melambaikan tangan dan tersenyum. Orion hanya mengernyit heran kemudian mengabadikan lukisan itu di ponselnya. Jika saja ada sesuatu di lukisan itu.
"Narendra kenapa kau menyalakan lampu?" Suara perempuan membuat Orion membelalak dan bergegas keluar dari kamar itu.
Tentu saja dengan mengendap. Ia akhirnya bersembunyi di celah antara mesin cuci dan lemari piring. Sebisa mungkin tak menimbulkan suara.
Suara langkah kaki mendekat makin membuat jantung Orion berdetak cepat. "Katanya tidak suka menonton kartun. Kenapa menontonnya, dasar Narendra aneh."
Di otak Orion sekarang terisi sebuah nama yang terdengar begitu baru. Sepertinya tadi saat ia masuk tak ada orang lain selain dirinya. Hanya ada beberapa hantu yang menatapnya heran.
Sebuah benda tiba-tiba mendarat tepat di hidung Orion. Sebuah kaos kaki berwarna putih yang kotor. Baunya membuat Orion hampir muntah dan berdiri seraya menutup hidung. Ia sudah melempar kaos kaki itu agar tak berada di sekitarnya.
Perempuan berkuncir kuda itu menatap Orion yang tiba-tiba muncul dari celah antara mesin cuci dan lemari piring. "Kau siapa? Kenapa bisa di sini? Mau mencuri?" tanyanya.
Kyra mengambil sepatu Converse yang berada di dekatnya kemudian mengarahkannya ke Orion namun Orion sudah menghindar. Lelaki itu masih menutup hidung karena melihat kaos kaki lain di dekatnya.
"Aku salah masuk apartemen." Orion berbicara berhati-hati dan berusaha agar tidak mual karena bau kaos kaki. Ia sudah tak menutup hidungnya lagi karena tatapan tajam perempuan itu.
"Bagaimana bisa? Hanya orang tolol yang tak mengenali apartemennya. Lagipula bagaimana kau bisa memasuki apartemenku. Aku curiga kau seorang penguntit." Gadis itu mengambil sepatunya lagi dan melemparkannya tepat ke kepala Orion.
Lelaki itu memegangi kepalanya yang terkena sepatu berwarna merah. Bagaimanapun juga perempuan itu tak bisa dibodohi hanya dengan ia bilang salah masuk. Dia pasti curiga, ah sepertinya dia harus menggunakan cara cerdiknya yang sudah lama tak ia lakukan.
Orion menjatuhkan dirinya kemudian memegangi lehernya sendiri. Ia kejang-kejang sementara kakinya ia gerakkan asal.
Kyra yang melihat kejadian itu langsung panik. Belum lagi teriakan kesakitan lelaki di depannya itu membuat sisi pedulinya keluar. Ia jongkok dan berusaha menenangkan lelaki tak dikenal itu namun nihil. Tak bisa.
Lelaki itu malah menjambak dirinya sendiri kemudian tertawa terbahak-bahak. Akhirnya pingsan setelah mengucapkan kata-kata yang Kyra tak mengerti.
"Apa aku perlu membawanya ke rumah sakit?" tanya Kyra ke sesosok lelaki yang ada di sampingnya.
Kyra mengangguk sendiri lantas berusaha menyeret Orion dengan sekuat tenaga. Mengapa lelaki ini begitu berat dan menyusahkannya. Jika tidak ada pikiran lelaki itu akan mati dan dia yang disalahkan, Kyra tak akan mengurus lelaki asing itu.
"Berat sekali!" seru Kyra setelah berhasil membuat Orion berbaring di sofa dengan bantal di kepala lelaki itu.
Orion yang mendengar itu hanya tersenyum sangat tipis dan sebisa mungkin menahan matanya agar tetap tertutup. Mungkin beberapa jam lagi ia akan membukanya dan sok lupa akan apa yang terjadi.
"Narendra, janji ya besok kau ikut aku pulang. Aku malas bertemu Mama."
Lelaki itu membuka matanya sedikit dan terlihat Kyra sedang berbicara sendiri. Ia mendudukkan dirinya sendiri kemudian mengucek matanya dan berlagak seperti orang kebingungan. Memang dia bingung sih dengan siapa gadis aneh itu berbicara.
"Kau bisa keluar dari apartemenku? Sesungguhnya aku malas sekali memiliki masalah dengan orang lain." Kyra menatap Orion dengan santai seraya menyandarkan kepalanya di punggung sofa.
Gadis itu menatap ke samping kemudian berujar, "Kau mau membukakan pintu untuk lelaki itu, Narendra?"
Orion mengernyit bingung. "Apa ada orang lain di sini selain kita?"
Kyra mengangguk antusias. "Iya dia Narendra, sahabatku sejak kecil. Mamaku bilang aku gila karena berteman dengannya. Akhirnya ada orang lain selain aku yang menerima dirinya!" serunya senang dan matanya nampak berbinar.
"Siapa Narendra?"
[]
AGAGAGAAA MAMPOS LU PADA PENASARAN KAN SIAPA NARENDRA
Iya dia selingkuhan aku//plak
Maaf ya aku ga update lamaaaa banget:(( doain aja aku insap dan update rutin lagi:((
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Unit 63
De TodoCOMPLETED Semenjak kuliah, Orion jadi tinggal di apartemen yang dekat dengan kampusnya. Karena tinggal di sana, Orion dibuat penasaran dengan penghuni unit 63 yang bersebelahan dengan apartemennya. Bagaimana tidak? Dia beberapa kali memergoki perem...