22. Aku ingin menikahinya

82 13 4
                                    

"Orion!" Kyra sontak memeluk lelaki di depannya itu.

Lelaki tersebut tersenyum senang dan mengacak rambut Kyra. "Bagaimana bisa aku menemukanmu sebelum mencarimu."

"Sudahlah nanti aku akan menceritakan semuanya. Kita harus pergi dari sini!" seru Kyra seraya menggandeng tangan Orion untuk berlari menjauh dari kerajaan itu.

Mereka terus berlari hingga mencapai pintu gerbang kerajaan itu. "Sialan! Kenapa ditutup sih!" gerutu Kyra kesal, ia lantas menoleh dan mendapati banyak penjaga yang menuju ke arahnya.

"Ayo lari ke arah lain saja." Rion menggenggam tangan Kyra dan mengajak perempuan itu berlari ke arah lain agar membuat penjaga pusing.

Mereka berlari hingga beberapa kali menabrak para rakyat yang memasuki kerajaan dengan maksud memberikan persembahan. Kyra menjerit, kakinya terkena panah hingga berdarah. Hal itu membuat rahang Orion mengeras, lelaki itu kemudian menggendong Kyra dan berlari dari sana. Ia menatap lengan Kyra yang diperban, sialan. Baru sebentar gadis ini diculik namun sudah ada dua luka di tubuhnya.

Orion terus berlari hingga bahunya terpanah. Tentu saja itu mempengaruhi kecepatan larinya. Dia mulai melemah namun masih berjuang agar dia dan Kyra bisa keluar dari kerajaan aneh itu. Akan tetapi rencananya tidak mulus. Dia dihadang lima pria berpakaian tradisional dengan pedang di tangan mereka. Beberapa saat kemudian seseorang membekap Orion dari belakang hingga lelaki itu pingsan dan menjatuhkan Kyra yang sudah pingsan karena melihat banyak darah dari kakinya dan bahu Orion.

Dua anak muda itu dibawa ke tabib dan dilakukan penyembuhan. Mereka ditempatkan di kamar yang berbeda karena khawatir akan kabur lagi. Ratu Aretha sempat murka karena tawanannya kabur. Namun ia kembali senang karena mereka membawa lelaki tampan bersama dengan perempuan yang dia anggap gila.

Ratu Aretha membelai pipi Orion dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Dia baru melihat lelaki tampan seperti Orion hingga merasa sangat ingin memiliki lelaki muda itu walau dia tak tau asalnya. Beberapa penjaga yang melihat ratu mereka tersenyum saling memandang satu sama lain. Sudah lama ratu mereka tak tersenyum senang seperti ini.

"Bukankah dia lelaki yang sangat tampan?" tanya Ratu Aretha kepada pelayan perempuan yang sedang membersihkan darah yang ada di lantai.

"Tentu saja, Yang Mulia," jawab mereka dengan jujur.

"Aku ingin menikahinya." Tatapan memuja itu masih belum lepas dari wajah lelaki asing di hadapannya tersebut.

"Anda serius, Yang Mulia?" tanya seorang perempuan dengan wajah setengah gosong karena terbakar.

"Ya, tentu saja. Kau harus menyiapkan segalanya secepatnya!" perintah Ratu Aretha dengan serius yang berarti ratu mereka ini tidak sedang bercanda.

"Baik, yang mulia," balas perempuan yang merupakan tangan kanan Ratu Aretha tersebut seraya membungkuk dan meninggalkan kamar tersebut.

•••

Kyra mengernyitkan keningnya heran. Matanya menyipit berusaha menyesuaikan dengan cahaya di ruangan ini. Ternyata tidak hanya dia seorang di ruangan itu. Ada seorang perempuan berpakaian putih dengan rambut panjang yang terlihat sedang meracik sesuatu. Kyra hanya menatap perempuan tua itu dengan diam tanpa ada niat untuk menjerit lagi seperti yang dia lakukan sebelum kabur.

"Sudah bangun?" tanya perempuan tua tersebut dengan senyum lembut dan tatapan keibuan.

"Apakah Anda tidak bisa melihat jika mata saya sudah terbuka?" tanya Kyra dengan sarkas yang membuat perempuan tua itu terkekeh pelan.

"Baiklah sebaiknya Anda meminum ramuan ini agar luka lekas sembuh. Anda harus menghabiskannya agar Anda lekas pulih." Dia menyerahkan ramuan berwarna hijau pekat di sebuah cangkir berwarna putih gading.

Penghuni Unit 63Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang