"Bisalah kau menjelaskan detailnya?" tanya Orion pada hantu bocah tersebut.
Hantu itu termenung menatap lukisan tersebut. "Dia tadi ditarik tangan panjang warna merah."
Orion mengernyitkan keningnya heran. Bagaimana bisa lukisan itu berhantu padahal selama ini dia tidak pernah melihat tanda-tanda ada hantu yang memasuki lukisan itu. Shit, jika ada betapa bodohnya dirinya sampai tidak tahu. Lelaki itu menghela napas panjang lantas berpikir bagaimana cara dia menemukan Kyra.
Damian. Dia merasa harus menemui lelaki bernama belakang Rajendra itu. Ia kemudian bergegas keluar dari Unit 63 itu dan mengetuk pintu apartemen milik kawannya. Tidak ada sahutan setelah dia mengetuknya.
Rion lantas kembali ke apartemen dan mengambil ponselnya kemudian mengetikkan nama kawannya tersebut untuk dihubungi. Dua kali dia menelepon namun belum juga ada jawaban dari temannya tersebut. Dia mengacak-acak rambutnya kasar memakai jaket denim dan mengambil dompetnya, kemudian memilih untuk keluar dan menjadikan kafe tempat tujuannya mencari Damian.
"Hai Kak Dera. Apakah Damian ada di sini?" tanya Orion pada perempuan yang tengah mengelap meja itu.
Perempuan itu menoleh dan membulatkan matanya begitu melihat Orion yang menanyakan itu. "Ah iya sebentar kupanggilkan dulu."
Lelaki itu mengangguk. "Sekalian pesan cokelat panas satu ya kak."
Dera mengacungkan jempol lantas meninggalkan Orion untuk memanggil Damian sekaligus membuatkan pesanan. Hari ini kafe mereka tidak begitu ramai seperti biasanya. Dia menepuk bahu lelaki bercelemek dengan rambut gondrong yang membelakangi dirinya.
"Damian dicari Orion."
"Kunyuk itu di sini?" Dia menaikkan kedua alisnya heran.
Dera mengangguk lantas Damian menghampiri meja 09 yang merupakan tempat duduk Orion. Penampilan temannya itu sungguh berantakan saat ini. Rambutnya acak-acakan dan mukanya terlihat kusut. Lelaki itu terlihat sedang memukuli kepalanya sendiri dengan tangannya.
"Kau berantakan sekali Bung. Putus cinta?" Goda Damian seraya duduk di bangku kosong di depan Orion.
"Tidak. To the point saja. Kau adalah Rajendra si pelukis perempuan yang berdiri di dekat rumah terbakar itu kan?" tanya Orion dengan saksama, berharap lelaki di depannya mengiyakan perkataanya sehingga semuanya lebih mudah.
Damian menyisir rambutnya ke belakang kemudian menyandarkan punggungnya di kursi. "Tentu. Memangnya kenapa apakah kau pemilik lukisanku itu?"
Lelaki itu menggeleng pelan kemudian matanya menatap kosong ke Damian lantas berujar, "Kyra memilikinya dan dia sekarang lenyap ditelan lukisan itu. Bisakah kau menjelaskan kenapa itu bisa terjadi?"
"Bagaimana bisa?" Damian tak kalah terkejut mendengar hal tidak masuk akal itu. Dia sekarang menatap wajah keputusasaan temannya itu.
"Lalu bagaimana bisa lukisan itu berhantu. Apa yang telah kau lakukan pada lukisan itu?" Orion kini menatap tajam kawannya itu seolah meminta pertanggungjawaban atas hilangnya Kyra.
"Berhantu? Aku bahkan tidak melakukan hal mistis untuk lukisan itu."
Tatapan Orion sekarang semakin tajam, membuat Damian bergidik ngeri karena biasanya Orion bertingkah ceria dan jahil. "Oh, kau melukis lukisan itu di rumah bekas kebakaran itu kan? Kurasa hantu yang ada di sana terganggu kemudian merasuki lukisan itu. Argh sialan Kyra jadi korbannya," desis Orion.
"Sungguh aku hanya melukis saja di sana tidak mengganggu atau berbuat keributan." Dia mencoba mengingat-ingat apa yang dia lakukan waktu melukis di rumah tua bekas kebakaran itu.
Seingatnya dia hanya duduk melukis di bawah pohon yang teduh di sana. Ah, dia sempat memasuki rumah itu dan memegang beberapa benda yang sepertinya merupakan hiasan di sana yang warnanya menghitam karena gosong. Ia meringis ketika mengingat ia juga tak sengaja memecahkan guci antik yang tidak ikut terbakar.
"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Orion dengan tajam. Pikirannya sekarang dipenuhi di mana Kyra berada. Dia sungguh tidak tega jika perempuan itu terseret ke dunia mistis. Pasti Kyra akan ketakutan setengah mati.
"Aku tidak sengaja memecahkan guci antik di sana saat riset memasuki rumah itu."
Orion hendak melayangkan pukulan ke temannya itu namun Dera datang dengan membawa pesanannya sehingga dia tak jadi memukul Damian. Sungguh ceroboh sekali teman sialannya itu. Dia akan memastikan setelah menemukan Kyra ia akan memukul Damian agar kapok.
"Bagaimana kalau kita ke sana sekarang juga? Hanya setengah jam perjalanan dengan motor. Orang-orang di sekitar sana sering berkata kalau rumah itu adalah pintu masuk ke dunia uhm, kau tau maksudku kan." Damian sekarang menyeruput cokelat panas milik Orion hingga pemiliknya memutar bola matanya malas.
"Aku akan membayar pesananku dulu. Kau pamit ke bos dulu." Dia lantas menghampiri Dera yang sedang bercakap seru dengan beberapa kawannya.
"Kak ini ya, kembalinya buat kakak saja. Dadah!" ucap Orion seraya tersenyum dan melambaikan tangannya keluar dari kafe itu.
"Ini pas Orion!" seru Dera dengan kesal sementara si pelaku terkekeh jahil dan duduk menunggu Damian di bangku panjang yang terdapat di depan kafe itu.
Beberapa saat kemudian Damian keluar dengan jaket dan helm di kepalanya. Dia menyerahkan sebuah helm ke Orion yang Orion yakin dia pinjam ke Dito si karyawan baru yang menggantikan Orion. Ya, dia kenal Dito dan cukup akrab dengan lelaki cungkring dengan helm khas itu.
Merekapun menaiki motor milik Damian. Damian fokus mengendarai motornya menuju tujuannya sementara Orion beberapa kali menggerutu kesal karena Damian menabrak hantu. Dia menatap jam di pergelangan tangan kirinya, menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Ah sangat menarik sekali mengunjungi rumah berhantu pada jam ini.
Akhirnya mereka tiba di pekarangan sebuah rumah tak terurus. Rumah itu besar dan nampak sekali kalau bekas kebakaran. Terlihat dari pintunya yang sudah hilang, jendela gosong dan cat yang gosong. Dia sungguh tak habis pikir dengan pemiliknya kenapa tidak merenovasi saja kan jadi lebih berguna rumahnya daripada dibiarkan menjadi sarang hantu.
"Bisa kau nyalakan senter di ponselmu? Ayo masuk untuk mencari petunjuk." Orion berjalan duluan memasuki rumah yang terlihat angker itu, sementara Damian sekarang merinding dan buru-buru mengikuti Orion.
Cukup banyak hantu yang ada di sini. Beberapa hantu menatap mereka berdua dengan heran. Orion hanya tersenyum kecil dan menunjukkan gelang jimatnya untuk menakuti mereka dan benar saja hantu yang melihat gelang itu langsung mengalihkan pandangan. Ayolah mereka tak mau lenyap gara-gara gelang terkenal itu.
Damian beberapa kali mengusap tengkuknya karena mencium aroma bunga-bungaan. Sementara Orion berjalan dengan santai, toh dia sudah biasa dengan suasana ramai hantu seperti ini. Bedanya ia tak lagi menggoda hantu perempuan.
Akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan yang Orion tebak adalah ruang keluarga. Ada pecahan guci di sana. Lelaki itu menyipitkan matanya saat menangkap adanya lubang gelap di dekat meja tempat pecahan guci itu terletak.
"Ah, pantas saja kau diikuti hantu perempuan itu. Kurasa kau merusakkan kunci masuk ke dunia mereka," gumam Orion yang membuat Damian mengernyit heran.
Apalagi ketika Orion memasukkan tangannya sendiri ke lubang itu dan sedetik kemudian lelaki itu menghilang dari hadapan temannya.
Hilang bersama lubang hitam yang tadi sempat Damian lihat.
•••
Yeay akhirnya ada ide terus update deh. Huhu jarang banget aku buka wattpad gegara keseringan ngegambar:((
Btw selamat hari raya idul Fitri yakk
Ada yang kangen Ruya engga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Unit 63
RandomCOMPLETED Semenjak kuliah, Orion jadi tinggal di apartemen yang dekat dengan kampusnya. Karena tinggal di sana, Orion dibuat penasaran dengan penghuni unit 63 yang bersebelahan dengan apartemennya. Bagaimana tidak? Dia beberapa kali memergoki perem...