Semenjak dia datang bersama Orion ke rumah Bibi Marry, dia menjadi lebih bisa mengontrol emosinya. Suara-suara yang biasanya muncul di kepalanya sudah tidak ada lagi. Itu bagus sih, namun yang membuatnya gelisah sekarang adalah karena seminggu ini Narendra tidak datang ke padanya. Di manakah lelaki itu?
Perempuan itu sekarang hanya menghela napas kemudian merias wajahnya karena ada janji dengan teman-temannya untuk berjalan-jalan keluar.
Sebuah telepon masuk dan gadis berkemeja merah muda itu mengangkatnya. Ternyata dari Catrin.
"Halo Ca. Aku sudah siap. Kau dan Rea di mana?" tanya Kyra setelah Catrin berucap halo kepadanya.
"Eum, maaf Ky. Aku tidak bisa pergi jalan-jalan hari ini. Rea juga sedang menemani mamanya ke rumah neneknya." Nada suaranya terdengar tak biasa di telinga Kyra hingga gadis itu menghela napas.
"Ya sudah. Tidak apa apa," ujarnya akhirnya. Agak kesal sih mengingat dia sudah siap dan tinggal berangkat eh mereka malah membatalkannya. Namun karena hanya mereka teman Kyra, gadis itu memilih agar tidak berdebat.
"Dadah. Aku tutup ya."
Setelah mengiyakan, Kyra lantas duduk di sofa sembari mengambil camilan di meja. Ia mengganti channel TV yang tadinya berita menjadi sinetron. Masa bodoh, dia sungguh tidak ada kerjaan sekarang. Akhirnya dia meraih laptopnya untuk memantau channel YouTube miliknya. Tangannya agak gemetar ketika melihat banyak komen yang menghujat dirinya.
Entah mengatakan kalau dia gila, tidak waras, tolol, dan berbagai hujatan lainnya. Kyra menghela napas, toh ini juga risikonya. Mata perempuan itu tertuju pada sebuah komentar teratas dengan like yang sangat banyak.
Kuda beranak • 1 hari lalu
Dia itu tidak gila. Jangan asal menghujat, kalian cuma tau dia di sosial media. Kalian tidak tahu dia di kehidupan nyata bagaimana. Untuk Kak Kyra, semangat yaaa. Masih banyak kok yang suka sama kakak. Btw Narendra itu teman khayalan kakak ya? Minta love nya dong kak, eh hatinya juga boleh.
Hati perempuan itu menghangat. Apalagi ketika melihat balasan di komentar itu lebih dari 300 balasan dan semuanya menyemangati dirinya. Dia mendadak melupakan semua hujatan itu karena komentar yang berisi penyemangat tersebut. Ah, moodnya kembali.
Dia kemudian mematikan laptopnya dan mulai memainkan ponselnya. televisi dia biarkan menyala untuk menemani dirinya, daripada hening.
Suara benda jatuh membuat Kyra mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Dia berjalan menuju kamarnya, sepertinya suara benda jatuh dari sana. Perempuan itu mengernyit ketika melihat lukisan Narendra jatuh. Dia lantas mengendikkan bahunya dan memasangkan lukisan itu kembali ke tempatnya.
Apakah hanya perasaan dia saja kalau tadi lukisan itu berkedip?
Perempuan itu menghela napasnya kemudian mengambil dompet lantas keluar dari apartemennya dikarenakan mau melihat lelang lukisan. Dia sangat suka dengan lukisan, lukisan Narendra itu dia buat sendiri ketika dulu masih suka melukis. Sekarang sih dia malas sekali dan mungkin tangannya sudah kaku karena sudah terbiasa melukis di muka.
Kyra sendirian ke sana karena temannya memang sedikit, hanya Rea dan Catrin yang akrab. Lainnya sih hanya sebatas kenal namun tidak memiliki. Eh maksudnya hanya sebatas tahu nama saja.
Dia mendapatkan informasi tersebut dari teman sosial medianya. Semoga saja ada lukisan yang bagus dan menarik sehingga dia bisa membeli dan memajang lukisan itu di ruang tamunya. Hell, ruang tamunya begitu hambar karena tidak ada pajangan berupa lukisan ataupun foto.
"Wah Kyra yang di YouTube itu yaa? Boleh foto bareng?" tanya seorang gadis berseragam SMP. Gadis berkucir kuda itu tersenyum senang ketika Kyra mengangguk.
Sehabis foto bersama, Kyra lantas tersenyum dan pamit mau menyaksikan acara lelang yang sudah dimulai dari tadi. Yah dia telat, tapi tidak apa-apa yang penting bisa melihat karena ini seru sekali.
•••
Lelaki berkemeja putih itu mengacak-acak rambutnya karena kesal. Bagaimana tidak, dia sedari tadi diikuti oleh hantu perempuan yang sempat digodanya saat di lift apartemen. Astaga dia benar-benar tidak mau menggoda hantu lagi sekarang. Hantu itu mengikutinya dari masuk kuliah sampai dia pulang. Benar-benar sialan.
"Ada perlu apa kau mengikutiku?" tanya Orion pada hantu itu. Nada suaranya sangat halus karena tidak mau membuat hantu itu tersinggung.
"Aku menyukaimu," ujar hantu perempuan dengan rambut panjang dan mata bolong itu. Hantu itu nampak tersipu malu.
Orion meringis, dia benar-benar akan pensiun menggoda para hantu. Jika dulu hal seperti ini terasa mengasyikkan sekarang malah ia merasa terganggu. Ayolah dia lebih suka menggoda tetangga apartemennya yang cantik itu.
"Bisakah kau tidak mengikutiku? Aku risih. Tapi jika kau mau berteman sih tidak apa apa. Hanya saja jangan mengikutiku lagi." Orion berjalan dengan tenang menuju kafe tempatnya dulu bekerja dan dipecat karena dua hantu sialan itu.
"Benarkah kita bisa berteman?" Hantu itu bertanya dengan nada antusias. "Namaku Stella!"
"Orion. Bisakah kau pergi? Aku mau menemui pacarku." Orion tersenyum dan memasuki kafe tersebut tanpa diikuti Stella.
Menemui pacar apa, dekat dengan perempuan saja tidak. Dia ke kafe hanya untuk menyegarkan pikirannya sekaligus menyapa temannya waktu kerja di sana. Damian menghampiri Orion dan menepuk bahu lelaki itu.
"Lama tak jumpa, Kawan," ujar Damian terkekeh.
Orion menaikkan alisnya dan tersenyum. "Iya. Ngomong-ngomong kau sering merasa dingin tidak tengkukmu?"
Damian mengelus tengkuknya. Memang akhir-akhir ini dia merasa seperti ada yang meniupi tengkuknya. "Yah akhir-akhir ini aku merasa ada yang meniup tengkukku."
"Kau diikuti hantu, tolol." Orion tertawa terbahak-bahak hingga membuat pengunjung kafe melirik ke tempatnya duduk. Dia berdehem pelan lantas menyebutkan apa yang mau dia pesan.
Damian mendengus kesal dan pergi dari hadapan kawannya itu setelah menyiapkan pesanan. Kemudian beberapa menit dia kembali dengan pesanan di nampan. Ia meletakkan pesanan itu di meja Orion kemudian ikut duduk di sana.
"Hantu apa lagi yang mengikutiku dan bagaimana agar dia pergi?" Lelaki itu memutar bola matanya malas, masalahnya sudah berkali-kali dia diikuti oleh hantu. Dia tak tahu dosa apa yang telah ia lakukan hingga hantu mengikutinya.
"Perempuan dengan mata merah dan rambut acak-acakan. Dia meniup tengkukmu kemudian tertawa. Kulitnya pucat, bibirnya pucat kering dan-"
"Cukup! Beritahu aku bagaimana agar dia hilang," desak Damian hingga membuat Orion tertawa melihat sorot ketakutan kawannya itu.
"Halo Nona, bisakah kau tidak mengganggu Damian? Kasian dia."
Hantu itu menatap tajam ke Orion kemudian menggeleng. "Tidak mau! Dia mengusik tempatku!"
Orion berdecak dan meminum kopi yang dia pesan. "Apa kau mengunjungi tempat angker belakangan ini?"
Lelaki bercelemek itu nampak berpikir sejenak. "Aku hanya mengunjungi rumah kosong di dekat rumahku. Hanya iseng sih mencari ide untuk dilukis."
"Bodoh. Lihat saja hantu itu akan menempel terus." Orion mengejek Damian yang wajahnya memucat saat ini.
•••
Orion gaboleh gitu ya sama temennya. Gimana pendapat kalian tentang part ini? Yaampun libur gini bosen banget yaudah nulis wattpad aja. Jaga kesehatan juga ya teman-teman.
Keknya aku bakal rajin update dehh😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Unit 63
AléatoireCOMPLETED Semenjak kuliah, Orion jadi tinggal di apartemen yang dekat dengan kampusnya. Karena tinggal di sana, Orion dibuat penasaran dengan penghuni unit 63 yang bersebelahan dengan apartemennya. Bagaimana tidak? Dia beberapa kali memergoki perem...