Kyra berjalan dengan santai memasuki rumahnya. Dia menghampiri kucing putih yang tengah berada di sofa. Ah dia sangat merindukan rumah ini. Tadi setelah dia kembali ke apartemen untuk menaruh lukisan yang berhasil dia dapatkan dia langsung ditelpon oleh kakaknya agar pulang.
"Kukira kau tidak akan pulang," ujar Raka seraya terkekeh dan menghampiri Kyra yang tengah duduk di sofa berwarna maroon itu.
"Kenapa menyuruhku pulang?" tanya Kyra yang masih sibuk mengelus kucingnya dengan penuh sayang.
"Entahlah Mama bilang padaku untuk menyuruhmu pulang. Ngomong-ngomong bagaimana kuliah di jurusan Seni Tari?" Lelaki yang mengenakan kaos biru itu duduk di samping Kyra dan meraih laptop yang sempat dia tinggalkan untuk mengambil minum.
Kyra berhenti mengelus bulu kucing yang lembut itu. "Biasa saja," ujar gadis itu acuh kemudian berdiri dan berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Ck, dasar adik durhaka," ujar Raka kesal karena mendengar jawaban adiknya itu. Ayolah dia sangat penasaran dengan kegiatan adiknya selama ini.
Kyra akhirnya membuka pintu kamar berwarna merah muda itu. Ia meneguk ludahnya ketika memasuki kamar itu. Sekelebat bayangan hadir kembali di otaknya, semuanya yang ingin dia hilangkan dari otaknya kini kembali lagi. Akhirnya perempuan itu menghela napas dan merebahkan tubuhnya di kasur yang sepertinya rutin dibersihkan walaupun dia tidak lagi menempati kamar itu.
Dia meringis ketika melihat piagam-piagam penghargaan yang menghiasi dinding kamarnya. Ada juga fotonya ketika memenangkan kejuaraan lomba menari. Dia menghela napas menepuk-nepuk dadanya yang sesak ketika melihat jajaran piagam itu.
Dirinya yang dulu.
Mendadak dia merasa butuh air minum untuk menyegarkan kerongkongannya yang kering. Ia akhirnya turun menuju dapur, dapur rumahnya toh tidak akan berubah. Dia yang hendak menginjak tangga terakhir dikejutkan dengan suara mamanya yang memanggil namanya dengan lembut. Apakah ini mimpi?
"Kyra."
Gadis itu menatap lurus mamanya yang tersenyum kepada dia. Di sana, di ruang tamu ada beberapa teman mamanya yang juga menatap ke arahnya. Kyra lantas tersenyum kepada mereka, walau sebenarnya tidak kenal tapi dia juga tahu sopan santun.
"Ada apa Mama memanggilku ke mari?" tanya gadis itu sambil menuruni tangga dan menuju ruang tamu untuk menyalami lima tamu mamanya. Ibu-ibu dengan gaya sosialita yang sepertinya memakai barang-barang branded.
"Wah ini anakmu, Di?" tanya seorang wanita yang mengenakan baju warna merah maroon dengan celana berwarna hitam dan kacamata yang dia letakkan di kepalanya.
"Cantik sekali. Aku sering menonton videomu lho! Dia berbakat sekali dalam bermake-up. Bisa dong ajari Bibi make up," ujar wanita berambut merah dengan uban yang duduk di sebelah si wanita berbaju maroon itu.
"Dia si penerus bakatmu menari itu?" Seorang wanita dengan dress cokelat menyalami Kyra dengan senyum lebar. "Astaga dia sungguh cantik seperti boneka Barbie."
"Terima kasih." Kyra tersenyum, agak bingung harus membalas apa karena dia tidak mengenal mereka dan mendadak otaknya menguap entah ke mana.
"Iya dia anakku. Sangat berbakat." Diandra-mamanya-menimpali dengan senyum.
Ah senyum kebanggan itu terakhir kali Kyra lihat ketika dia memenangkan lomba menari bertahun-tahun yang lalu. Perempuan itu akhirnya pamit dan kembali ke tujuan utamanya yaitu mengambil minuman. Perempuan itu mengambil air mineral yang ada di kulkas dan meneguknya hingga habis. Dia sungguh haus hanya karena bersalaman dengan teman mama. Terutama melihat senyum mamanya tadi, mendadak hatinya menghangat.
Ia lantas kembali ke kamarnya dan melakukan hal penting seperti menyanyi lagu kesukaannya sambil guling-guling di kamar kemudian kembali memainkan sosial medianya. Dia juga memantau beberapa hal penting seperti toko kosmetik yang dia miliki di beberapa tempat ataupun menonton video-video temannya yang sama-sama YouTuber.
Suara ketukan pintu membuat Kyra menoleh dan membuka pintu. Di sana ada mamanya. "Kau masih membuat video tidak berguna itu?" tanya mamanya.
Kyra mengernyit heran, kenapa sikap mamanya seperti ini. Mana mamanya yang tersenyum bangga karena dia? Mana mamanya yang halus kepadanya?
"Bagaimana kuliahmu?" Karena tak mendengar jawaban anaknya atas pertanyaannya tadi dia menanyakan satu hal lagi.
"Aku berhenti kuliah karena tidak minat dengan menari atau apalah itu." Kyra menatap mata mamanya. Sepertinya perempuan bersanggul itu akan marah besar padanya.
"Kau! Sudah kusekolahkan tapi malah tidak menurut dasar tidak berguna!" Seru Diandra dengan wajah memerah dan mata yang menatap tajam anaknya.
"Sudah. Aku lelah dengan obsesi Mama agar aku jadi penari seperti Mama. Dari dulu aku selalu menurut, diperintahkan sekolah di mana aku sanggupi. Tapi makin ke sini aku makin dijadikan robot yang harus menuruti apa pun yang Mama mau. Apa pernah menanyai apa kesukaanku? Menanyakan apa yang aku inginkan?" Kyra mengusap kasar air matanya, dia masih menatap mamanya yang terdiam dan menahan emosi.
"Aku lelah. Aku ingin seperti Kak Raka yang tidak pernah Mama tuntut menjadi apa pun."
Diandra menjambak rambut anak perempuannya itu. "Itu karena kakakmu sudah sempurna!"
Kyra tertawa terbahak-bahak kemudian menatap mamanya tajam. "Lagipula kenapa menyuruhku ke mari jika akhirnya hanya seperti ini."
Perempuan itu melepaskan diri dari mamanya kemudian mengambil ponsel dan berjalan keluar rumah tanpa mengenakan alas kaki. Dia berlari ketika mendengar suara mamanya yang menyumpahi dirinya. Dia tidak ingin kembali, dia tidak ingin seperti dulu lagi.
Akhirnya perempuan itu menaiki taksi dan menyebutkan alamat apartemennya. Dia masih sesenggukan dan sesekali mengusap air mata yang terus mengalir itu.
Perempuan itu turun di depan apartemen setelah memberikan ongkosnya. Hari sudah sore, Kyra lantas berjalan menuju lobby dan menempelkan kartu yang merupakan akses untuk masuk ke apartemen. Di lift dia hanya berdua dengan seorang lelaki yang sekarang menatapnya jahil. Siapa lagi jika bukan si Orion itu.
"Dari mana, kakak cantik?" tanya Orion dengan kekehan. Dia bisa melihat sepertinya perempuan itu habis menangis karena kedua matanya bengkak.
"Bukan urusanmu!" ujar Kyra judes tanpa mau menatap Orion. Dia menatap tombol angka di lift, ini membosankan dia merasa lemas sekarang.
Semuanya mendadak menjadi gelap ketika dia melihat Narendra tersenyum di depannya. Tepat di depannya.
Orion dengan sigap menggendong Kyra. Setelah lift terbuka dia lantas menuju apartemen perempuan itu. Yash untung saja tidak dikunci, mungkin gadis itu ketinggalan otaknya sehingga tak mengunci apartemennya. Apakah otaknya dicuri anjing galak itu?
Lelaki itu menuju kamar gadis itu dan meletakkan perempuan itu dengan asal ke kasur tersebut. Dia menatap Kyra yang posisinya sekarang telungkup. Setelah tertawa terbahak-bahak Orion lantas membenarkan posisi gadis itu dan melihat dengan jelas kalau eyeliner yang dikenakan gadis itu luntur.
Menurut pengamatannya sebagai orang yang pernah menonton video Kyra tentang skincare, jika tidak membersihkan make up ketika tidur maka akan timbul jerawat. Apakah itu akan terjadi juga jika seseorang pingsan dalam keadaan memakai make up?
Lelaki berkemeja putih itu menepuk jidatnya karena memikirkan hal aneh seperti itu. Ia kemudian mengambil kapas di meja rias itu lalu menuangkan micellar water yang sering dia lihat di video gadis itu. Kemudian mengusapkan kapas itu dengan hati-hati di wajah perempuan yang pingsan itu.
Untuk pertama kalinya Orion membersihkan make-up seorang perempuan.
•••
Gimana part ini menurut kalian? Gemes banget sama Orion yaallah pengen culik terus ajak pacaran:')
Ga sabar pengen nyiksa karakter satu satu//senyum jahat//
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Unit 63
RandomCOMPLETED Semenjak kuliah, Orion jadi tinggal di apartemen yang dekat dengan kampusnya. Karena tinggal di sana, Orion dibuat penasaran dengan penghuni unit 63 yang bersebelahan dengan apartemennya. Bagaimana tidak? Dia beberapa kali memergoki perem...