Repub tanpa edit 16/7/20
3/11/20
2/1/21Tahu kisah Pandora dari mitos Yunani? Pandora yang membuka kotak yang dilarang oleh para dewa membuat banyak hal buruk terjadi di dunia hingga muncul idiom dari kotak pandora itu, sebuah hal yang tampak berharga namun sebenarnya kutukan(1).
Itu lah yang sekarang dialami oleh Mahika. Dia berusaha menyimpan seluruh hal mengenai Garin dan patah hatinya di kotak pandora. Kotak yang dia coba sembunyikan disalah satu sudut hatinya dan berharap tidak pernah dibuka sampai kapanpun. Sudah berlalu sepuluh bulan dan Mahika mulai menjalani hari-harinya seperti biasa.
Bohong.
Pernah dengar kalimat fake it until you make it? Terkadang lebih mudah untuk berpura-pura. Seperti berpura-pura bahagia, berpura-pura tidak ada masalah, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja dan sebagainya dengan harapan tidak ada orang yang menyadarinya. Bahwa menjelaskan segala hal yang membuatmu kalut seperti membuka kotak pandora yang seharusnya tidak pernah dia buka.
Tentu saja ibunya masih dengan senang hati mengingatkan apapun tentang Garin, oleh karena itu Mahika memutuskan untuk semakin menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Berusaha sebisa mungkin pulang larut kemudian langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. Menjauh dari ibunya untuk waktu yang tidak ditentukan terasa lebih baik sekarang ini.
"...Ka...Mahika!"
Panggilan itu menyadarkannya dari lamunannya, dia menoleh ke arah suara yang tadi memanggilnya. Diandra, atau panggilannya Dee, wanita dengan tubuh yang berisi tepat di tempatnya terlihat tengah berdiri di depan kubikelnya.
"Ya, Dee?"
"Lo ngapain, Mba, duduk depan komputer malem-malem gini pake acara bengong? Gue udah serem aja lo kesurupan." Wanita itu bergidik di akhir kalimat, mengingat lantai dia datangi ini tergolong banyak yang suka iseng kalau kata office boy dan office girl.
Mahika tidak sadar bahwa sedari tadi dia hanya menatap kosong pada layar komputernya, pekerjaannya belum tersentuh sejak....Mahika melarikan tatapannya pada kata terakhir yang dia ketik.
Great, gue bengong kurang lebih sejam.
Mahika ingat pukul enam tadi dia keluar dari ruangan atasannya setelah membahas proposal tender yang akan datang. Itu berarti dia tidak mengerjakan apapun.
Shit.
"Pulang, Mba. Lo kerja udah kayak orang gila tau gak? Ini ka tender yang masih lama." Dee melongokan kepalanya melewati kubilel sehingga dapat melihat layar komputer Mahika. Tender itu memang masih lama tapi Mahika perlu kesibukan untuk mengalihkan pikirannya.
"Tanggung, Dee, ini bentar juga selesai." Mahika mencoba untuk mengetik kembali, memerhatikan apa saja hasil diskusi tadi di notes yang dia buat. Dee berjalan mendekatinya lalu menurunkan kepalanya supaya sejajar dengan Mahika.
"Berat lo turun jauh ya, Mba?" tanyanya sambil memerhatikan pipi Mahika yang tirus.
"Hmm. Diet."
"Ngapain pakai diet sih, Mba?! Yang perlu diet kan gue!" Dee merengut kesal.
"Arjunaaaa! Ini adek temu gedenya coba diangkut pulang, berisik!" teriak Mahika ketika seorang pria terlihat keluar dari ruangannya dengan tampilan berantakan. Pria itu menoleh lalu terkekeh pelan sambil berjalan ke arahnya. Tentu saja tujuan pria itu bukan Mahika melainkan Dee, pria itu kemudian mengacak rambut wanita hingga dia misuh-misuh sendiri.
"Dia gangguin lo?" tanya pria itu sambil menunjuk Dee dengan dagunya.
"Ganggu banget. Berisik. Gotong pulang gih."
"Enak aja! Gue ga berisik ya, Mba! Gue cuma lagi perhatian ke lo. Lo kurusan soalnya."
"Perhatian apa iri?" Mahika melirik ke arah Dee yang sekarang tengah cemberut.
"Ya perhatian sekaligus iri." jawab wanita itu pelan yang membuat Juna tertawa.
"Sudah malam, Mahika. Pulang. Mau pulang bareng?" tanya Juna.
"Tanggung, Ar. Besok harus kasih ke Bu Dilla."
"Bohong, Juna. Ini tender masih lama kok." sela Dee lalu memeletkan lidahnya setelah melihat Mahika melotot kearahnya.
"Jangan pulang kemalaman. Kamu terlihat pucat. Kalau perlu cuti info saja."
"Disetujuin gak kalau ajuin cuti panjang?"
"Gak, gue kan cuma bilang kalau perlu cuti info aja. Gak bilang setujuin atau gak." pria itu tergelak ketika melihat raut kesal Mahika.
"Kalian berdua cepetan pulang deh, ganggu gue kerja aja tau gak?!"
"Galak bener, Neng." Dee mencolek dagu Mahika ketika mengatakannya lalu kabur ketika Mahika bersiap melemparnya dengan stapler.
"Approval cuti lo kan gak di gue tapi di Bu Dilla. Hati-hati nanti pulangnya." Setelah mengatakan itu Arjuna berjalan menuju Diandra yang sudah berdiri terlebih dahulu di depan lift. Mahika melirik kearah kedua orang itu. Mahika dapat melihat jelas bagaimana Arjuna melindungi Diandra dan tatapan itu. Tatapan mata yang tidak bisa berbohong. Entah kenapa mereka berdua bersikeras bahwa mereka teman sejak kecil padahal cara mereka melihat satu sama lain jelas tidak menunjukkan itu. Mahika menggelengkan kepalanya, berusaha tidak mengurusi urusan orang lain karena urusannya sendiri sudah banyak. Dia kemudian melanjutkan pekerjaannya, tapi gagal. Dia tidak bisa memikirkan satu katapun seakan kepalanya kosong sekarang ini.
Dia menghela napas panjang kemudian memilih untuk memperbaiki barang-barangnya dan melangkah pulang karena toh berada di kantor tidak akan membuatnya menyelesaikan pekerjaan. Dia memilih untuk pergi ke salah satu mall yang berada dekat dengan kantornya. Menghabiskan banyam waktu dengan menonton film lalu makan di restoran fast food kemudian pulang kerumah lebih baik dibanding harus pulang cepat dan berhadapan dengan ibunya kembali.
Tapi...besok adalah hari sabtu, hari di mana dia tidak bisa kabur. Sial.
(1) Brewer's Concise Dictionary of Phrase and Fable, 1992
Beteweeeee, ada cameo lewat tu 🤭
3/8/19
13/9/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...