Repub tanpa edit 18/7/20
4/11/20
2/1/21Pernah merasakan rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya meskipun telah mempersiapkan berbagai macam rencana cadangan dari A sampai Z? Tapi entah kenapa rasa-rasanya hal itu tidak cukup kaeena selalu saja ada hal yang membuat ibunya menggagalkan rencananya untuk mendapatkan ketenangan dari ibunya.
Mulai dari rencana pulang malam yang selalu berhasil tapi ibunya, yang entah sejak kapan memiliki instagram dan entah bagaimana mengetahui akun instagramnya, mengirimkan banyak post di direct messagenya mengenai cucu. Seakan itu tidak cukup, ibunya mengunggah status di whatsappnya juga megenai cucu dan pernikahan. Mahika? Hanya bisa mengelus dada atau terkadang menendang sesuatu.
Teror ibunya tentu saja tidak berhenti di sana. Selang beberapa hari, ibunya mengajak adiknya untuk bersekutu mengacaukan hidup Mahika yang sudah berantakan semenjak sebelas bulan lalu. Inang udanya, adik sang ibu, mendaulat dirinya sebagai mak comblang yang handal.
Tantenya itu selalu meneror Mahika untuk bertemu dengan salah satu dari list yang tantenya berikan. List itu berisi data lengkap dari kandidat yang tantenya ajukan sebagai calon suami Mahika lengkap dengan akun media sosial mereka dan foto-foto. Mahika sempat melihat salah satu akun media sosial dari list yang tantenya berikan. Begitu Mahika membuka akun instagram pria itu, dia langsung menutupnya.
Mana mau dia memiliki pasangan yang memiliki foto selfie lebih banyak dari dirinya?! Yang benar saja, jika dia pacaran dengan pria itu yang ada dia jadi juru foto setiap mereka berkencan, bah! Cukup dia melihat salah satu dari list itu dan melempar lembaran kertas yang diberikan oleh tantenya itu lalu merebahkan diri di ranjangnya dengan kasar.
Dia ingat minggu lalu ibunya memaksa dia untuk bertemu dengan salah satu dari list itu yang berakhir buruk. Pria itu tampan, tetapi matanya selalu jelalatan melihat wanita lain yang lebih muda, membayangkan jika pria itu bersamanya saja matanya masih jelalatan apa lagi di belakangnya. Dia lalu mengakhiri kencan itu dengan meletakkan lembaran uamg di meja kemudian melangkah keluar dari restauran yang berakhir dia kena omel ibunya panjang lebar mengenai sopan santun dan Mahika terlalu malas untuk menjelaskan. Jadi, dia memilih diam dan mendengarkan. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan. Mudah.
Apa yang salah dengan umurnya yang di akhir kepala dua sehingga keluarganya gencar mencarikan jodoh? Bukannya dia menolak, tapi dia akan mencari sendiri ketika dia siap. Sayangnya, untuk sekarang ini dia belum siap. Tidak sekarang. Mungkin nanti, entah kapan. Tapi nanti pasti dia alan mencarinya, sekarang dia hanya ingin mempersiapkan hatinya yang patah agar siap menerima cinta baru lagi. Itu tidak mudah, bukan?
Mahika kemudian melihat ponselnya kembali, melihat website salah satu maskapai yang masih mengadakan promo itu. Mencari tanggal yang masih ada promonya. Ketemu, tepat tiga minggu dari sekarang, lalu dia mengingat-ingat apa ada meeting, pekerjaan atau hal penting di tanggal itu atau setelahnya.
Pekerjaannya aman, tapi ada pernikahan sepupunya sehari setelah keberangkatannya. Dia meringis membayangkan apa yang akan ibunya lakukan jika dia membeli tiket itu, tapi dia perlu liburan untuk menjaga kewarasannya. Pergi saat pernikahan sepupunya juga opsi yang baik untuk menjaga kedamaian jiwanya dari gunjingan dan pertanyaan kapan menikah yang gemar orang-orang tanyakan. Padahal apa sih urusan orang lain jika dirinya sudah menikah atau belum? Memangnya mereka akan membiayai dirinya jika dia menikah? Atau mencarikan dia jodoh setelah gunjingan mereka? Bah! Tidak akan, yang ada setelah menikah pun pertanyaan selanjutnya muncul, kapan punya anak? Lalu, kapan anak kedua? Dan pertanyaan lainnya yang tidak ada habisnya.
Apa tidak ada basa-basi atau pembuka pembicaraan lain yang lebih berbobot?
Mahika berdecak lalu memutuskan dia akan membeli tiket itu, perjalanannya satu bulan. Beruntung dia bekerja di Multinational Company, cutinya banyak sehingga dia bisa kabur selama sebulan dari kepenatan hidupnya. Solo travelling terdengar menarik dan itu yang ingin dia lakukan sekarang. Menjauh dari segala hal mengenai cinta dan juga keluarganya barang sejenak. Memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah dia kembali dari liburannya, berharap setidaknya hatinya siap untuk menyambut hal baru yang akan datang nantinya. Setelah membeli tiket dia lansung mendaftar untuk jadwal pembuatan visa lalu membeli penginapan di kota tujuannya. Kota yang dia idam-idamkan sejak dulu. Paris.
Mengisi segala jenis persyaratannya lalu bersiap menghadap ibunya yang te gah bersantai di ruang keluarga pada malam hari.
"Bu, Mahika mau kasih tahu sebentar."
Ibunya menoleh sejenak kemudian mematukan televisi yang beliau tonton sejak tadi
"Apa?"
"Mahika akan pergi liburan."
"Kapan?"
"Tiga minggu lagi."
"Tunggu, sebelum atau sesudah pernikahan sepupumu?"
"Sehari sebelum, Mahika sudah berangkat, Bu." Mahika meringis melihat ibunya melotot.
"Mahi--"
"Bu, Mahika perlu liburan dan waktu istirahat sejenak dari sakit hati Mahika. Keinginan Mahika untuk menikah lebih besar dari keinginan Ibu. Mahika yang mengalami patah hati, Bu, bukan Ibu atau orang lain." Sela Mahika sebelum ibunya melanjutkan ceramahnya. "Mahika yang mengalami hubungan selama delapan tahun kemudian dicampakkan. Mahika, Bu, Mahika." Mahika mengucapkan dengan tersendat sambil menahan air matanya agar tidak turun. Menangis bukan hal yang dia sukai, apa lagi menangis di hadapan orang lain.
"Mahika hanya mau kasih tahu itu saja, Mahika balik ke kamar ya, Bu." Dia lalu berbalik dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan sang ibu yang baru pertama kali melihat anaknya serapuh itu.
5/8/19
6.15
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...