Repub tanpa edit 10/8/20
16/11/20
22/6/21Hari itu mereka habiskan dengan mengunjungi objek wisata yang disebutkan oleh Mahika pagi tadi saat sarapan. Hari berikutnya pun sama, bedanya di hari ketiga mereka melakukan kegiatan kesukaan Sagara yaitu hiking di Mönchsberg. Tidak bisa disebit hiking juga sebenarnya karena Mahika yang sama sekali tidak bisa berolahraga menolak berjalan dari bawah hingga ke puncaknya jadi mereka menaiki lift dengan membayar beberapa Euro. Ok, hal lain yang Sagara tahu mengenai Mahika, selain buta nada, buta dapur dia juga tidak suka berolahraga. Mereka memutuskan untuk makan siang di restauran yang berada di puncak Mönchsberg dengan pemandangan kota Salzburg termasuk sungai yang membelah kota itu. Kota ini sangat indah dengan pegunungan Alpen yang terlihat di sekelilingnya. Untuk turun ke kota lagi mereka memutuskan untuk berjalan saja alih-alih menaiki lift lagi. Keputusan yang tepat karena pemandangannya sangat indah dengan hutan yang mengelilinginya. Disediakan tempat untuk duduk juga dengan pemandangan pegunungan Alpen serta banyak tempat untuk piknik diatas rerumputan yang hijau dengan bunga-bunga kecil berwarna kuning dan putih. Mereka bahkan bisa melihat Salzburg Cathedral dari dekat.
Hari keempat mereka menaiki kereta malam dari Salzburg Hauptbahnhof untuk menuju Milan, Italia. Negara terakhir sekaligus negara yang menjadi kampung halaman Sagara meskipun dia mengaku dia tidak terlalu paham juga mengenai Italia yang membuat Mahika memutar bola matanya. Menurut pembelaannya dia tidak terlalu paham karena ibunya sudah jarang pulang kampung karena kedua orang tuanya sudah meninggal dan dia anak tunggal. So, yeah, Italia hanya untuk berjalan-jalan sebenarnya.
Mereka tiba pukul delapan kurang tujuh menit pagi, perjalanan kali ini lebih melelahkan karena ini bukan sleeper train sehingga dia tidak bisa tiduran. Mereka akan berjalan-jalan di Milan sebentar sebelum pindah kota, mereka berencana tinggal di kota kecil bernama Bellano. Perjalanan kereta sekitar dua jam dari Milan dan Mahika benar-benar bersyukur mereka memutuskan tidak tinggal di Milan karena kota itu sangat ramai hingga membuatnya pusing.
"Kota ini sangat indah." itu kata pertama yang Mahika ucapkan ketika menjejakkan kaki di Bellano. Jangan tanya pemandangan sepanjang perjalanan, Danau Como terlihat sepanjang perjalanan dan itu sangat indah.
"I've told you. Kamu akan menyukai berada di sini. Jika ingin ke kota lain juga sangat dekat. Varena hanya berjarak satu stasiun, sekitar empat menit dan jika mau ke kota lain juga dekat."
Mereka sampai di penginapan Mahika yang berada di atas bukit tetapi pemandangan di sana sangat indah. Balkonnya mengarah ke Danau Como yang terkenal itu yang sangat indah saat sunset nanti. Mahika tidak sabar untuk menyaksikannya nanti. Peralatan masaknya juga lengkap, tetapi Sagara tertawa ketika mengatakan ini percuma karena tidak akan digunakan yang langsung disambut cibiran oleh Mahika. Untuk Sagara, dia menginap di penginapan dekat dengan Airbnb yang Mahika sewa agar tidak terlalu jauh katanya mengingat tempat yang Mahika sewa sedikit terpencil dan sepi.
Jadi di sinilah mereka sekarang, balkon tempat yang ia sewa, Mahika yang menanti sunset mengundang Sagara untuk ikut serta. Mereka tadi sempat berbelanja bahan makanan karena Sagara mau memasak karena sayang dapur yang lengkap dan bagus begitu jika tidak digunakan. Mahika menurut saja karena harga makanan di sini termasuk mahal sehingga jika Sagara memasak bisa membuatnya berhemat.
Sagara tadi juga sempat memasak nasi goreng kampung dengan telur mata sapi dan suiran ayam yang sudah habis dilahap oleh Mahika.
"Kamu pernah kesini sebelummya?" Tanya Mahika ketika dia melihat Sagara memandang matahari yang sedang terbenam itu. Warna jingganya sangat indah terutama dengan pantulannya di danau. Mahika mengambil kameranya lalu mengambil beberapa gambar sebelum menikmatinya kembali.
"Ini pertama kalinya ke kota ini. Biasanya menginap di Milan karena dekat dengan pusat perbelanjaan."
Mahika terkekeh, "pasti perginya dengan perempuan." perkataan itu membuat Sagara menyunggingkan senyum.
"Perempuan dan hasrat belanjanya."
"Tidak semua perempuan memiliki hasrat belanja yang tinggi." Mahika berusaha membela diri dan juga kaumnya.
"Ya, saya juga baru tahu itu setelah bertemu kamu yang lebih memilih makan dibanding belanja." Mahika tertawa, tawa yang membuat Sagara tidak bisa berhenti menatapnya.
"Mahika.."
"Ya?" Mahika menoleh dan melihat Sagara yang tengah menatapnya, sinar matanya berbeda. Jika biasanya dia terlihat usil kali ini dia terlihat sangat serius dna itu membuat Mahika berdebar.
"Saya tidak tahu kamu sadar atau tidak. Saya tertarik dengan kamu." Jantung Mahika terhenti sesaat ketika mendengar hal itu.
"Mungkin itu hanya summer fling? Kamu tahu kita berada di negara yang asing bagi kita dan kamu terjebak dengan saya di sini."
"Saya rasa saya cukup paham dengan perasaan saya, Mahika. Saya tahu ini bukan summer fling dan yang kamu perlu ingat saya memutuskan untuk berada di sini, saya memutuskan untuk menjebak diri saya bersamamu di negara yang asing. Kalau saya tidak tertarik saya tidak akan repot-repot mencari tiket pesawat dan mencari lalu menunggumu di Charles Bridge pagi buta."
"Rasa tertarikmu mungkin hanya sesaat. Ketika kembali ke Indonesia mungkin kamu akan lupa."
"Saya tertarik denganmu dan ingin mengenal kamu lebih jauh. Saya rasa, rasa tertarik saya ini mutual, bukan begitu, Mahika?"
AYE AYE BWANG GARA NGEGASSS
eh aku ada up foto Charles Bridge di IG @akudadodado, nanti post juga foto dr istana yaa, cakep benerrr
Revisi 13/9/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...