Repub tanpa edit 14/8/20
16/11/20
22/6/21"Tidak."
Sagara menatapnya, sinar matanya masih sama, tidak ada kilatan usil di sana dan Mahika tahu pria itu sedang serius.
"Mahika apa kamu tahu kalau kamu juga buruk dalam berbohong? Jadi selain buta nada, buta dapur, tidak suka olahraga, kamu juga buruk dalam berbohong."
"Saya...tidak tahu, Sagara."
"Kamu tidak tahu mengenai apa? Kamu yang tidak bisa berbohong atau kamu tidak tahu bahwa kamu juga tertarik pada saya?"
"Keduanya." Jawab Mahika ragu.
Pria itu tersenyum, "Apa yang membuatmu ragu?"
"Kita bertemu baru beberapa hari, Gara." Mahika mulai memainkan jarinya, pertanda dia sedang gugup dan debaran jantungnya juga sudah seperti tabuhan genderang perang karena Sagara menatapnya dengan instensitas yang tinggi.
"Lalu? Saya tidak melihat letak masalahnya di mana. Saya mengatakan saya tertarik, Hika, saya boleh memanggil kamu Hika kan?" wanita itu menganggukkan kepalanya ketika melihat Sagara menatapnya dengan lembut, "Saya ingin mengenal kamu lebih jauh bukannya ingin menikahi kamu langsung keesokan harinya ketika kamu mengatakan iya." Mahika mengerutkan dahinya mendengarkan hal itu dan Sagara sadar dia harus melanjutkan ucapannya dengan cepat. "Bukan berarti saya tidak serius. Umur saya tahun depan sudah kepala empat. Saya harus mulai serius memikirkan masa depan dengan orang yang akan menjadi pendamping saya. Saya merasa tertarik saat pertama saya melihat kamu dan kita bertemu lebih dari sekali. Saya tidak percaya dengan takdir, tetapi jika itu bisa memberikan kesimpulan di otak saya yang selalu membayangkanmu serta mengkhawatirkanmu yang pergi ke negeri orang seorang diri, maybe thats my hunch. Kalau kamu mempermasalahkan waktu, saya rasa yang lama berhubungan 'pun belum tentu berakhir di pelaminan."
Ucapan Sagara menusuk tepat di ulu hatinya. Tentu saja dia tahu, dia berpengalaman dalam ditinggalkan setelah berhubungan selama delapan tahun dan itu membuatnya meragukan banyak hal terutama mengenai dirinya.
"Ya, tentu. Tetapi jika memakai logika yang sama, jika yang lama saja tidak bisa berujung dengan menikah, tidak ada yang menjamin juga yang sebentar mengenal bisa berakhir di pelaminan."
"Benar. Tidak ada yang bisa menjamin apapun, karena itu saya berniat menjalani semuanya pelan-pelan dengan mengenal kamu terlebih dahulu."
"Kamu tidak tahu rasanya ditinggalkan." Mahika berubah sendu.
"Hika, saya tidak tahu cerita hingga kamu takut menjalin hubungan tetapi saya tahu rasanya ditinggalkan versi saya. Saya dulu ditinggal selingkuh beberapa bulan sebelum saya menikah, calon saya selingkuh dengan teman dekatnya."
"I'm sorry to hear that. Apa itu tidak membuatmu takut untuk memulai lagi? Maksud saya, membuka hati untuk orang baru?"
"Rasa takut tentu saja ada. Tetapi jika kamu tidak mencoba jatuh kamu tidak akan tahu rasanya jatuh cinta ke orang baru. Tidak ada yang salah dengan patah hati, Hika, tidak semua orang yang kamu kenal akan menetap di hidupmu. Some of them will leave eventually, kamu akan merasa sedih dan itu wajar. Tapi sisi baik dari itu menurut saya, mungkin mereka pergi sehingga ada tempat untuk orang baru di hatimu. Orang yang membuatmu merasa lebih baik dan membuatmu menjadi lebih baik."
Mahika terdiam di tempatnya, yang dia inginkan hanyalah kabur dari tempat ini lalu mengurung dirinya di kamar. Begitu banyak yang berlalu lalang di pikirannya dan juga hatinya sehingga itu membuatnya sesak. Sagara sadar akan hal itu dan dia memilih tidak memaksakannya. Dia bangkit berdiri.
"Saya pulang dulu, saya tidak memaksa untuk mandapatkan jawaban sekarang, Hika. Take your time." Pria itu berjalan kearah pintu diikuti Mahika yang berjalan dibelakangnya.
"Selamat tidur, Hika. Jangan terlalu berat memikirkannya, mungkin sekarang waktu yang tepat mengikuti kata hatimu setelah kamu menjaganya sekian lama." Sagara mengacak rambut Mahika pelan kemudian berlalu dari hadapan wanita yang masih terdiam dibalik pintu setelah menutupnya tadi. Badannya luruh ke lantai.
Dari sekian banyak yang dia harapkan terjadi ketika dia melakukan perjalanan, kenapa dia justru mendapatkan debaran yang dia hindari? Dia mengusap mukanya kasar. Mahika sadar dia memiliki ketertarikan kepada Sagara, tetapi ketakutannya yang dia miliki dulu setelah ditinggal oleh mantan pacaranya kembali merajai. Mengingat bagaimana pria itu terlihat memikirkan masa depan yang berarti pernikahan, bagaimana jika dia tidak pantas? Bagaimana jika ketika dia mulai mencintai pria itu, dia sadar bahwa dia tidak mecintai Mahika sebesar yang dia pikirkan sebelumnya? Bagaimana jika dia ditinggalkan kembali?
Dia mengacak-acak rambutnya dengan gusar, dia belum siap dengan patah hati lagi setelah ditinggalkan setahun lalu oleh cinta pertamanya. Dia belum siap membuka hatinya untuk cinta yang baru dengan segala kemungkinan bahwa hatinya akan kembali patah. Dia tidak siap. Hatinya tidak siapp. Sangat tidak siap.
Dia kembali duduk di tempat yang tadi diduduki oleh Sagara, memandang ke danau Como. Danau itu indah dengan pemandangan malamnya, lampu-lampu dari rumah-rumah yang berada di sekitarnya terpantul di air danau, dia tadi sangat menantikan pemandangan ini ketika dia baru saja menapakkan kakinya di penginapan ini. Tetapi segala keindahan itu tidak membuat kekalutan di kepala Mahika mereda.
Dia tahu dia meragu mengenai banyak hal yang baru saja terjadi tetapi ada satu hal yang dia tahu pasti, dia merasa ada yang kurang ketika Sagara pergi tadi. Tetapi dia juga tahu, rasa itu saja tidak akan cukup.
wkwkwkw hayoook galau galau dah kalian wkwkw
Follow IG @akudadodado doooongg bisa ngobrol di sana hihihi
Revisi 13/9/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...