Repub tanpa edit 26/7/20
8/11/20
22/6/21"Halo, Mahika."
Sapaan itu menariknya dari dunia khayalan yang dia tempati selama beberapa saat. Tadi dia sedang memerhatikan Charles Bridge saat sedang sepi, baru ada beberapa orang di sana yang datang pagi-pagi untuk menikmati tempat ini ketika Sepi. Sesuai dugaannya. Tempat ini sangat bagus. Lampu-lampu gas di pinggir dinding jembatan menambah kesan misterius tempat ini, yang anehnya justru menjadi daya tarik terutama lampu-lampu yang berpendar dari bangunan-bangunan yang berada di pinggir sungal Vltava memberi kesan romantis. Tentu saja Mahika enggan diganggu saat meresapi suasana syahdu itu, sehingga dia menyingkir untuk duduk sesaat di pinggir jembatan sebelum menyeberanginya.
Tetapi panggilan itu mengganggunya sehingga dia menoleh dan menemukan pria itu di sana, dengan senyuman khasnya, lesung pipi di sebelah kanan pipinya juga terlihat dengan jelas. Mata berwarna coklat dengan bingkai alis yang tebal itu tengah menatapnya. Rambut ikalnya bergerak karena tiupan angin pagi ini lumayan kencang membuat surai itu makin berantakan tetapi justru terlihat seksi.
Wait, what?!
Mahika menggelengkan kepalanya lalu menekuri kameranya lagi setelah memutuskan bahwa panggilan dan orang yang muncul di hadapannya itu adalah bayangan.
"Saya nyata, bukan imajinasi."
Wanita itu menoleh lalu mengerutkan dahinya.
"Ekspresimu mudah dibaca, Mahika." Pria itu terkekeh ketika menyadari kerutan dahi Mahika semakin dalam lalu dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Menggemaskan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Saya? Liburan."
"Bukannya kamu di Paris?"
"Tadinya tapi tidak ada yang menarik jadi saya putuskan untuk mengikuti liburanmu."
"You creep me out."
Alih-alih tersinggung pria itu justru terkekeh. "You should and I'm glad you do, tapi saya bisa pastikan saya tidak berniat jahat atau apapun." Pria itu mengeluarkan dompet lalu kartu tanda pengenal yang berada di dalamnya, berupa KTP dan SIM. "Kamu bisa foto itu dan kirimkan ke orang tua atau teman terdekatmu."
Mahika memandangi KTP dan SIM yang di berikan oleh Sagara. Mahika sempat melirik namanya, Sagara Akandra, lalu melirik lagi ke pria itu untuk membandingkan dengan foto di kedua kartu identitas. Sedikit berbeda, tapi kartu identitasnya juga tidak sama dengan aslinya. Bedanya dia terlihat buruk di semua kartu identitas tetapi pria ini tetap terlihat tampan. Urgh!
"Apa saya ada tampang penjahat?"
"Biasanya yang tidak memiliki tampang penjahat justru yang paling mengerikan."
Pria itu tertawa lagi, "True, penjahat terkenal sering kali tidak memiliki tampang penjahat. What should i do then?"
"Apa yang kamu lakukan sebenarnya?"
"Liburan sekaligus menjadi tour guide mu. Saya kepikiran kamu sendirian di negara yang kamu baru sambangi jadi ya sekalian saja saya temani."
Mahika kemudian mengambil foto kartu identitas itu lalu mengirimkannya ke Diandra yang langsung membalas dengan pekikan yang bisa dia perkirakan seperti apa meskipun wanita itu hanya membalas AAAAAAAAAAAAAAAAA. Really, Diandra hanya membalas seperti itu saja. Ponselnya berbunyi lagi, Mahika meliriknya sekilas hanya untuk mengetahui siapa yang mengiriminya pesan. Diandra. Dia memilih menyimpan ponselnya lalu menatap Sagara yang masih memerhatikannya.
"Sudah dikirim?"
"Sudah."
"Kirim ke .... ?"
"Teman."
"Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan."
"Okay." Pria itu menerbitkan senyum yang membuat Mahika terpesona.
"Kenapa?"
"Tidak, hanya memastikan."
"Kamu tahu saya di sini dari mana?"
"Hanya mengira-ngira. Kamu kemarin sempat berbicara panjang lebar mengenai keingan kamu pergi ke Charles Bridge saat sepi dan mengambil gambar. Jadi saya asumsikan hal yang akan kamu lakukan di pagi hari setelah sampai adalah ke tempat ini."
"Kamu sudah berapa lama di sini?"
"Dua jam? Sekitar itu sepertinya."
"Kamu sudah lihat saya dari tadi?"
Pria itu mengangguk sebagai jawaban, "Kamu kemarin memberitahu kamu tinggal dekat city center, sisi Charles Bridge ini yang paling memungkinkan untuk kamu lewati. Lagi pula dari sisi ini kamu bisa mengambil foto Charles Bridge dengan latar belakang istananya kan?"
"You really creep me out. Kamu bisa menjadi penguntit kelas kakap atau mata-mata."
"Setelah dipikir-pikir menyeramkan juga ya saya." Pria itu meringis dan Mahika terkekeh melihat itu, "Saya punya waktu tiga minggu untuk keliling Eropa. Kita bisa pergi bersama lagi pula liburan dengan kereta terdengar seperti pengalaman yang menyenangkan." Mahika menyipitkan matanya mendengar ucapan Sagara. Menyadari hal itu Sagara melanjutkan ucapannya dengan cepat, "Tentu saja kita menginap di tempat terpisah. Saya bisa menjemput dan mengantarmu seperti di Paris."
"Kamu tidak berniat menjual organ dalam saya atau menjadikan saya korban human trafficking 'kan?"
Pria itu kini tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
"Ya Tuhan, Mahika. Saya lebih menyukai kamu hidup-hidup dan berada di sekitar saya dibanding menjualmu ataupun organmu."
Entah kenapa ucapan itu membuat muka Mahika bersemu sehingga dia memalingkan wajahnya.
Tidak, tidak. Ini tidak baik.
Dia berdeham untuk membantunya menenangkan debaran yang hadir tanpa permisi.
"Kamu tidak ada rencana ke tempat lain?"
"Ada beberapa opsi tempat yang bisa saya datangi kalau kamu sedang ingin sendiri dan tidak mau diganggu. Just say the words and I will give you time for yourself. "
"Okay, seperti itu bisa juga. Terkadang saya suka berdiam diri di satu tempat."
"Saya sadar, kamu terlihat nyaman dengan kesendirianmu dan saya juga tahu itu menyenangkan karena kamu bisa menikmati hidup. Tetapi jangan terlalu nyaman dengan kesendirian, Mahika, karena kamu bisa saja kehilangan kesempatan untuk mengakhiri penantianmu dengan mengenal sosok yang belum kamu kenal sebelumya."
MAS GARAAA AKU MAUUUUUUU MAS MENANTIMUU
Follow ig aku dooong @akudadodado
11/8/19
13.01 wibRevisi 13/9/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...