Repub tanpa edit 23/7/20
8/11/20
22/6/21Pria itu benar-benar menjemputnya pukul sembilan. Dia kini tengah berdiri di samping pintu gedung dengan satu tangan masuk ke dalam kantong celana pendeknya.
Mahika buru-buru mengambil tasnya lalu turun ke bawah, ketika dia membuka pintu dia menemukan pria itu menoleh ke arahnya dan tersenyum.
"Selamat pagi, Mahika."
"Selamat pagi, Gara."
"Sudah siap?"
Mahika menganggukkan kepalanya.
Mereka memulai hari itu dengan sarapan bersama, porsi makan Sagara dua kali lipat karena katanya roti tidak mengenyangkan perut Indonesianya yang harus terisi nasi. Mahika hanya bisa tertawa mendengar hal itu.
Selesai makan mereka melanjutkan ke Versailles. Lagi-lagi Sagara menjadi guide abal karena dia perlu mengulir ponselnya lagi untuk menjelaskan sesuatu pada Mahika kemudian menyerah tidak lama kemudian sambil memberikan ponselnya ke wanita itu. Mahika tentu saja tertawa.
Mahika lebih banyak menghabiskan waktunya untuk terdiam dan memandang orang-orang sedangkan Sagara yang duduk di sampingnya terlihat sibuk dengan ponselnya karena sesekali orang itu mengangkat telepon dari seseorang. Ketika Sagara kembali duduk Mahika menatapnya.
"Kamu terlihat sibuk, apa tidak lebih baik kembali?"
"Kembali ke Indonesia?"
"Oh telepon dari Indonesia. Saya pikir dari sini."
"Iya, mereka mengamuk karena saya memperpanjang cuti." Pria itu terkekeh mengingat Naren yang mengomel panjang kali lebar mengenai dia yang memperpanjang cutinya tiba-tiba.
"Tadinya sampai kapan? Kok perpanjang?"
"Tadinya sampai minggu depan, tapi saya ada rencana lain jadi memutuskan untuk extend." Mahika menganggukkan kepalanya lalu kesunyian menghampiri kembali. Mahika suka kesunyian diantara mereka, alih-alih membuatnya merasa canggung dan harus berpikir apa yang bisa mereka bicarakan, Mahika justru merasa nyaman.
Sisa hari itu mereka habiskan dengan berbincang apa saja yang terlintas di pikiran mereka dan juga sibuk dengan pikiran mereka masing-masing di lain kesempatan. Mereka benar-benar tidak membicarakan hal pribadi, hanya hal-hal remeh atau hal yang menarik minat mereka. Lucu bagaimana Mahika merasa nyaman berbicara dan berjalan-jalan dengan orang yang tidak dia kenal sama sekali secara pribadi.
Mereka sudah sampai di penginapan Mahika. "Besok saya sudah jalan dengan sleeper train." ucap wanita itu setelah membalik badannya ke arah Sagara.
Pria itu tersenyum, "Saya antarkan ke stasiun ya?"
"Tidak usah. Merepotkan kamu."
"Saya tidak merasa repot sama sekali. Kamu stay di mana nanti?"
"Dekat dengan city center. Saya tertarik datang ke Charles Bridge pagi-pagi dan mengambil foto."
"Menarik, Charles Bridge pagi-pagi masih sepi."
"Saya masuk dulu, kamu hati-hati. Terima kasih sudah menemani hari ini."
"Sama-sama, jangan lupa kunci pintu dan tutup jendela."
###
Keesokan harinya ketika Mahika sedang membereskan barang-barangnya dia iseng melongok ke jendela dan menemukan Sagara di samping pintu gedungnya. Ayolah, itu bukan iseng, dia sebenarnya menantikan hal itu meskipun mereka tidak janjian bertemu pukul berapa.
Mahika memakai cardigannya kemudian turun kebawah.
"Kamu kok sudah di sini?" tanyanya ketika membuka pintu dan menemukan pria itu tengah bersandar. Pria itu melihat ke arah Mahika lalu terkekeh.
"Doraemon, Mahika?"
Ha?
Dia menoleh ke pakaian yang dia kenakan, piyama tokoh kartun kesayangannya, Doraemon. Mahika lalu merapatkan cardigannya sambil melirik jengkel pada Sagara yang tertawa.
"Saya masih beberes."
"Saya tahu, saya cuma mau bawakan sarapan, " ucap pria itu sambil mengangsurkan kantong coklat dan juga gelas. "Kemarin kamu tidak minum kopi, jadi saya bawakan coklat hangat saja." lanjutnya. Kemarin saat sarapan Mahika memang memesan coklat hangat, minuman kesukaannya, tapi dia tidak tahu bahwa Sagara memerhatikan hal itu.
"Astaga, seharusnya tidak usah."
"Kamu akan perjalanan jauh seorang diri, harus makan yang banya supaya tidak sakit. Naik, beberes barang-barangmu. Saya menunggu di tempat sarapan kemarin." sesudah mengatakan itu, Sagara lalu pergi.
Mahika segera membereskan barangnya dna juga mandi. Selesai memeriksa segala hal dia mengembalikan kunci apartemen sesuai dengan instruksi dari pemiliknya lalu dia menggeret kopernya ke restoran tempat dia sarapan kemarin dan menemukan Sagara tengah sibuk dengan ponselnya, entah melakukan apa. Pria itu tampak mencolok di tengah kerumunan manusia lain yang tengah sarapan juga. Tidak memakan wkatu lama untuk mencari pria itu yang kini tengah memakai polo shirt berwarna hitam dengan celana pendek serta loafers lagi. Polo shirt yang dia gunakan tidak di kancing sehingga memperlihatkan, lagi, sesuatu yang berada di baliknya. Mahika semakin yakin itu adalah tato.
"Hai, maaf menunggu." ucapnya seraya duduk di sebrang Sagara.
Sagara yang sedari tadi menunduk sibuk dengan ponselnya menengadah ketika melihat Mahika yang kini terlihat mengenakan kaos berwarna mint dan celana 7/8 berwarna hitam serta sepatu yang terlihat nyaman untuk berjalan jarak jauh.
"Tidak masalah. Tidak membawa jaket?"
"Bawa, di dalam tas."
"Okay, mau makan lagi? Atau mau kemana?"
"Tidak, kamu bawakan roti banyak sekali tadi jd saya masih kenyang. Lebih mau duduk santai sebenarnya sambil nunggu jam kereta malam nanti. Tapi kalau kamu mau pergi ke suatu tempat tidak masalah."
"Tidak, jadwal saya hari ini hanya menemani kamu sampai kamu naik kereta."
Lalu mereka memilih untuk pergi ke Trocadéro lagi dan menghabiskan waktu di sana sebelum pergi ke Gare du Nord, stasiun kereta. Kereta Mahika pukul enam sore dan akan tiba di Praha delapan tiga puluh malam di ÚAN Florenc. Mereka memutuskan untuk berada di stasiun pukul empat sore sehingga Sagara bisa memaksanya makan dulu sebelum naik kereta.
Pukul enam kurang lima belas Mahika memutuskan untuk naik ke kereta, dia berhenti di depan gerbongnya dan berbalik menghadap Sagara untuk mengambil koper.
"Terima kasih sudah menemani selama liburan, Sagara. Bye."
"Sampai jumpa, Mahika." ucap pria itu sambil tersenyum.
Jangan lupa follow ig akuu yaak @akudadodado
Terus ya itu ada cameo lewat lagi, ada yang tau itu cameo dr cerita mana? Hahaha
revisi 13/9/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...