Repub tanpa edit 20/7/20
6/11/20
22/6/21
Hari yang dinantikan Mahika tiba juga. Cutinya tidak bermasalah karena dia sudah mengerjakan pekerjaannya jauh-jauh hari sehingga atasannya memberikannya waktu karena dia sepertinya kasihan melihat keadaan Mahika yang gila kerja.Kini Mahika sudah berada di dalam pesaawat, penerbangannya akan memakan waktu delapan belas jam, termasuk layover. Dia merasa deg-degan sebenarnya, ini perjalanan pertamanya seorang diri. Dia sengaja memilik duduk di dekat jendela, tempat favoritnya agar dia bisa menikmati pemandangan awan ketika terang nanti.
Sepanjang perjalanan lebih banyak membaca buku yang dia bawa, menonton film yang tersedia atau tidur. Dia tidak berminat untuk melihat-lihat apakah ada wajah yang dia kenal atau tidak. Hingga pesawat dari Abu Dhabi ke Paris pun dia melakukan hal yang sama. Dia meminum obat mabuknya supaya bisa tidur sepanjang perjalanan, tidur yang dia butuhkan agar bisa melakukan perjalanan dengan baik dan menyenangkan.
Entah berapa lama dia tertidur hingga suara membangunkannya.
"Excuse me..."
Mahika membuka matanya dan melihat sekeliling, sial dia tertidur di bahu orang.
"I want to go to the rest room, sorry to wake you up." pria itu meringis lalu segera berdiri dan berlalu. Mahika menepuk kedua pipinya agar tidak tertidur kembali. Saat pria itu kembali Mahika menatapnya sambil mengucapkan maaf.
"No need to. By the way, I'm Sagara from Indonesia and you are..?"
"Mahika dari Indonesia juga." ucapnya sambil menjabat tangan pria itu.
"Nice." Sagara tersenyum, "Jadi kamu melakukan solo trip atau bertemu teman nanti di Paris?"
"Solo, perjalanan pertama ke Eropa." Mahika menatap wajah itu, dia tidak terlihat seperti orang Indonesia, mungkin ada campurannya.
"Whoa you've got some balls. Ke Eropa dan sendiri."
"Kamu?"
"Saya sendiri tapi nanti bertemu kerabat di sana dan ini bukan perjalanan pertama bagi saya. Ibu saya dari Italia jadi saya pernah beberapa kali ke sana untuk mudik."
"Pantas kamu tidak terlihat seperti orang Indonesia tulen." Ucapnya membuat pria itu terkekeh. "By the way, what should I address you? Saya tidak mau terdengar tidak sopan. Mas? Mister?"
"Gara saja. Umur kita sepertinya tidak jauh."
"Memangnya berapa umurmu?"
"Tiga puluh sembilan."
"Ouch. Mukaku terlihat tua ya? Umur kita berbeda supuluh tahun tahu." Mahika memegang dadanya berpura-pura sakit hati karena disangka tua.
Pria itu tertawa, "Sepuluh tahun tidak jauh, Mahika." dan tiba-tiba saja Mahika menyukai namanya yang terucap dari bibir pria itu. Terdengar berbeda dan seksi. Seksi? Stop it! "Gara saja dan maaf mengenai umur. Aku buruk dalam menilai penampilan orang lain dan kamu cantik sama sekali tidak terlihat tua." Lanjut pria itu sambil tersenyum.
"Is that a pick-up line?"
"No, my pick-up line way better than that." Mahika tertawa mendengar itu. Ah berbicara dengan orang asing bukan ide yang baik memang jika tengah melakukan perjalanan seorang diri, tetapi pria ini tidak terlihat buruk. Setidaknya perjalanannya ini tidak akan membosankan.
Mereka menghabiskan perjalanan itu dengan berbicara mengenai banyak hal, termasuk kota apa yang harus Mahika dikunjungi di Italia nanti, tempat wisata yang harus dia kunjungi, tempat makan yang enak yang pernah Sagara kunjungi dan sebagainya tanpa menyangkut hal pribadi. Benar-benar hanya mengenai perjalanan ini hingga pemberitahuan mengenai mereka akan mendarat sebentar lagi terdengar dan ketika Mahika membuka jendela, matahari sudah terlihat. Ah, mereka berbicara lama sekali.
"Sudah terang." Gumamnya.
"Ya, kita berbincang lama sekali ternyata." Pria itu menjulurkan kepalanya untuk melihat ke luar jendela juga. "So...until I see you again? Soon maybe?" pria itu melanjutkan ucapannya sambil menatap mata Mahika.
"See you when I see you, Sagara." ucap Mahika sambil tersenyum. Pria itu memundurkan badannya dan kembali bersandar, ketika sepi dia mengeluarkan barangnya dan membantu Mahika untuk menurunkan kopernya juga. Mahika berjalan berdampingan dengan Sagara setelah keluar dari pesawat. Mereka berdua tidak mengambil bagasi lain karena Sagara hanya menggunakan tas punggungnya untuk seluruh barang bawaannya sedangkan Mahika hanya membawa cabin luggagenya untuk perjalanan sebulan ini. Dia tidak mau repot dengan barang bawaan yang banyak, mengingat dia bisa mencuci baju-bajunya di penginapan nanti jadi dia hanya membawa pakaian seperlu dan secukupnya saja.
Sagara mengatarkan Mahika sampai ke stasiun kereta yang berada di bandara karena wanita itu menginap di tengah kota, Panthéon, sedangkan dia dijemput oleh salah seorang kerabatnya yang berada di Paris.
"Yakin tidak mau diantarkan saja ke penginapanmu?"
"Yakin, saya bisa sendiri, Sagara."
"Baiklah, jadi....sampai jumpa."
"Ya, sampai jumpa." pria itu berlalu setelah mengucapkannya, meninggalkan Mahika berdiri disamping jendela yang memperlihatkan jalur kereta yang berada di bawahnya lengkap dengan keramaian oramg yang berlalu-lalang. Udara yang terasa cukup dingin di akhir musim semi ini membuatnya merapatkan jaket yang dia kenakan ketika turun dari pesawat tadi karena Sagara mengatakan bahwa hari ini cuaca akan cukup dingin karena berangin. Dia mengingatkan dirinya harus mengecek udara dan suhu setiap harinya ketika berada di sini setia hari sehingga tidak salah kostum.
Dia melihat jam yang berada di pergelangannya, keretanya berangkat sekitar satu jam lagi. Dia bisa berdiam di sini sesaat sebelum turun. Dia siap melakukan perjalanan ini, dia siap untuk menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri.
Halo babang Sagara!
Mau lihat view yang dipandangi Mahika? Yuk follow IG @akudadodado, aku post fotonya nanti :)
6/8/19
8.26
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...