Repub tanpa edit 20/8/20
16/11/20
22/6/21Pagi itu Sagara datang tepat waktu, kali ini dia mengetuk pintu bukannya menunggu di depan pintu seperti yang biasa dia lakukan.
Pada ketukan entah keberapa, dia tidak menghitung karena dia mulai khawatir terjadi sesuatu dengan Mahika di dalam sana, pintu itu terbuka dengan wajah kusut Mahika, rambutnya berantakan lengkap dengan piyama kuda poni berwarna biru yang masih melekat di tubuhnya.
"Piyama kuda poni, menarik." Sagara tersenyum jahil yang dibalas dengusan kencang oleh Mahika sebelum dia memutar badannya dan masuk kedalam, meninggalkan Sagara berdiri di depan pintu. Sagara merasa senang karena wanita itu sudah merasa nyaman berada di dekatnya.
"Saya boleh masuk? Tidak takut saya jual?"
"Bukannya terlambat untuk menanyakan itu? Kemarin kamu sudah masuk bahkan memasak di sini." Suara Mahika masih serak, pertanda tidurnya terganggu karena ketukan pintu dari Sagara. Mahika sudah duduk di sofa putih yang terletak menghadap balkon, tidak ada TV di sini tetapi banyak buku dengan bahasa inggris. Ruangannya tanpa sekat jadi Mahika bisa melihat Sagara yang langsung berjalan menuju dapur setelah menutup pintu.
"Kamu mau sarapan?" Sagara sudah memakai celemek bercorak bunga-bunga berwarna salem yang tersedia di dapur, Mahika terkekeh melihat hal itu. "Kamu dan celemek itu sangat tidak cocok." Ucap Mahika.
"Kenapa?"
"Ralat, bukan sangat tidak cocok, tetapi kamu terlihat sangat lucu. Kamu sangat macho dan berbadan besar untuk memakai hal yang feminim."
"Dan kamu sudah sangat berumur untuk memakai piyama kuda poni, Hika." Kedua orang itu tertawa ketika menyadari mereka memakai hal yang konyol.
"Apa kamu mau blueberry buttermilk pancake?" Tanya Sagara setelah mereka mengakhiri tawanya.
Mahika berjalan mendekati pria itu yang sudah berdiri di depan kabinet, entah mencari apa.
"Kamu bisa memasaknya?"
"Saya rasa, saya bisa." Dia menggedikkan bahunya dan menyembunyikan senyum sedangkan Mahika menarik bangku lipat yang berada di ujung ruangan dekat pintu kamar mandi. Dia duduk sambil melipat kaki dekat dengan Sagara. Memerhatikan pria itu yang terlihat seksi ketika memasak terutama tonjolan otot yang berada di tangannya ketika dia memegang pan atau sedang mengocok adonan pancake.
"Sebaiknya saya mandi." Mahika hendak beranjak dari tempat itu karena berada di sana terasa buruk untuk kesehatan hatinya.
"Nanti saja, sebentar lagi ini selesai. Lebih enak dimakan saat hangat."
"Kamu mulai memasak sejak kapan?"
Sagara menoleh dan tersenyum, "Benar, tidak boleh bertanya hal pribadi." Sambung Mahika dengan cepat.
"Tidak masalah, saya kemarin sudah mengatakan beberapa hal pribadi ke kamu. Saya memasak sejak kecil, kenapa?"
"Pantas kamu terlihat tidak canggung dengan peralatan dapur."
"Selesai. Makan di balkon?" Mahika menganggukkan kepalanya mantap sambil mengeluarkan gelas dari kabinet kemudian mengisinya dengan susu dan kopi lalu meletakkannya di meja bulat yang berada di balkon.
"Kopi?" Tanya Sagara.
"Kenapa? Kamu tidak mau minum kopi sekarang?"
"Mau, saya hanya terkejut kamu tahu minuman pagi hari saya."
"Tidak sulit mengetahuinya, kita sarapan bersama sudah sering sekali."
Sagara mengulum senyum kembali. Mahika memakan satu suapan pancake itu dan rasa lembut dari pancake dan blueberry langsung terasa di mulutnya hingga membuat wanita itu mengerang senang.
"Ini enak sekali! Ini juga tidak mau berbagi resepnya?"
"Tidak, kamu harus mencari saya kalau mau memakan ini, saya akan masakkan untuk kamu."
"Pelit." Gerutu Mahika lalu dia sibuk memakan pancakenya yang membuat Sagara terkekeh.
"Kita mau ke mana hari ini?" Tanya Mahika setelah dia memakan suapan terakhir.
"Berkeliling Bellano saja bagaimana? Kita bisa menaiki kapal dan berpindah ke beberapa kota. Atau kamu perlu waktu sendiri?"
"Waktu sendiri?"
"Ya, setelah pembicarana kita kemarin saya pikir kamu perlu waktu sendiri tanpa gangguan saya. Well, untuk memikirkan semuanya."
"A--apa itu tidak masalah untukmu?"
"Tentu saja tidak, asal kamu tidak menjauh saya rasa tidak bertemu beberapa jam saja tidak masalah. Kamu mau berdiam di sini atau saya antarkan ke tempat yang lebih enak untuk menyendiri? Kamu ingat Varenna? Kota yang saya bilang berjarak satu stasiun kereta saja? Di sana ada tempat yang enak untuk duduk diam dan banyak kafe juga kalau kamu lapar atau hanya sekedar mau nyemil."
"Kamu akan ke mana?"
"Saya akan mencoba beberapa makanan di sekitar sini dan juga Varenna setelah saya mengantarkan kamu. kamu tinggal mengatakan ingin dijemput jam berapa saja."
"Kamu terlalu baik, Sagara."
"Tidak juga. Saya sudah katakan saya tertarik kan? Ini salah satu upaya saya supaya kamu merasa nyaman dan tidak tertekan dengan pernyataan saya kemarin."
"Siapa bilang saya nyaman?"
"Ayolah, kamu tidak akan membuka pintu dan membiarkan saya masuk dengan mudahnya jika kamu tidak nyaman. Terlebih kamu hanya mengenakan piyama yang konyol itu." Sagara menunjuk piyama Mahika sambil tertawa sedangkan pendengaran Mahika berhenti di kata 'nyaman' dan itu membuatnya tercenung sesaat.
Apa gue benar merasa nyaman sekarang?
"Kamu bisa melanjutkan lamunanmu nanti, Hika. Sekarang pergi mandi, saya akan bereskan ini." Sagara menariknya dari kamunan sambil membereskan piring lalu meletakkannya di dishwasher. Mahika kembali melihat punggung itu lagi. Kaos berwarna abu-abu yang pria itu gunakan tidka dapat menutupi punggung tegap yang terbalut di baliknya. Entah berapa lama dia aisk menatap ke arah pria itu hingga dia tidak menyadari Sagara sudah membalikkan badannya.
"Mandi, Hika dan berhenti menatap saya seperti itu. Saya akan menunggu di luar saja. Kunci pintunya."
Hayoooo follow ig akuu @akudadodado
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...