k08xxxxxxxxxx
Bisa kita bertemu?
Entah sudah berapa panggilan dan chat dari pria itu yang dia abaikan semenjak dia bertemu dengannya kembali tiga bulan yang lalu. Garin, pria yang dia habiskan waktu lebih banyak dibandingkan teman-temannya yang lain. Pria yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah dan menyampaikan banyak berita bahagia. Pria yang dulunya menjadi satu-satunya rencana dia kedepan. Pria yang saat dia bertemu kembali akan mengambil cincin pernikahannya dengan orang lain. Dan kini pria itu telah menjadi suami orang.
Bohong jika Mahika bilang dia tidak merasakan sakit. Rasa sakit itu masih ada dan parahnya dia baru tahu bahwa rasa sakit itu tidak pernah hilang, dia hanya bersembunyi di satu sisi yang Mahika coba tutup rapat. Rasa yang membuatnya menyalahkan dirinya atas kandasnya hubungan dia dengan satu-satunya pria yang dia harapkan menjadi masa depannya, dulu. Rasa yang membuatnya takut untuk menjatuhkan hati pada orang lain.
Hubungannya dengan Sagara baik-baik saja, pria itu tidak berhenti menjemputnya sepulang kantor lalu mereka makan malam bersama kemudian dia akan mengantarkannya pulang sampai ke orang tuanya. Tidak hanya berhenti di depan pagar. Saat ulang tahun anak sepupunya pun Mahika merasa keluarganya sangat baik. Dia tidak hanya berkenalan dengan orang tuanya tetapi juga dengan seluruh keluarganya. Benar-benar seluruh keluarga dari pihak Ayah Sagara. Dengan sekali lihat dari rumah sepupunya Sagara, dia bisa tahu pria ini datang dari keluarga berada. Halaman belakang yang menjadi tempat acara dilaksanakan sangat luas. Pestanya berlangsung sederhana dengan beberapa teman yang diundang oleh keponakan Sagara itu.
Pria itu juga menyempatkan diri untuk selalu datang kerumahnya ketika hari sabtu, entah untuk bertemu dengannya atau bertemu dengan orang tuanya. Dia memiliki hal yang disukai oleh kedua orang tua Mahika. Ibunya suka memasak, Sagara bisa memasak. Terkadang mereka menghabiskan waktu dengan memasak bersama untuk makan malam, tentu saja pria itu juga ikut makan malam bersama. Masakannya tentu saja enak. Entah kenapa Mahika merasa miris, seharusnya dia yang sibuk dengan dapur bukannya Sagara, tetapi pria itu tampak sangat senang melakukannya. Ibunya? Beliau amat sangat bahagia akrena memiliki teman memasak yang tidak pernah dia miliki sebelumnya. Tentu saja ibunya tidak berhenti menyindir kemampuannya memasak di depan Sagara yang dijawab pria itu dengan tawa atau dengan kalimat yang membuat Mahika ingin menggulingkan badannya di lantai saat itu juga. Pernah sekali pria itu menjawab "Tidak apa, Tante. Saya suka memasak, saya bisa jamin Mahika tidak akan kelaparan nanti."
Ayahnya suka berkebun, Sagara mengetahui tanaman-tanaman karena Ibunya Sagara juga suka berkebun dan Sagara kecil sering kali membantu ibunya. Pria itu tidak takut pakaiannya terkena tanah ketika membantu ayahnya untuk berkebun yang demi apapun entah apa sebutannya karena Mahika tidak mau sama sekali menyentuh tanah kotor. Dia lebih memilih menonton mereka atau tidur. Tentu saja dia akan menerima gedoran pintu dari ibunya yang sekarang menjadi kubu Sagara garis keras. Pria itu gampang sekali menarik perhatian semua orang hingga berpihak padanya.
"Kenapa melamun? Makanannya tidak enak?" Tanya Sagara membuat Mahika memfokuskan matanya kembali pada pria di depannya yang tengah melap mulutnya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menjawab, "Ini enak sekali." Mereka kini tengah berada di rumah pria itu. Yak, kalian tidak salah baca, Mahika tengah berada dirumah pria itu. Dia sendiri kaget ketika sampai di sini. Pria itu mengatakan dia sudah menanyakan mau makan di mana tetapi Mahika terlihat sibuk sendiri dengan dunianya sehingga dia membawanya kerumahnya.
"Kamu...terlihat sibuk dengan pikiranmu akhir-akhir ini. Tidak mau dibicarakan?"
"Ha? Oh tidak, hanya banyak pekerjaan. Saya sudah selesai makan, saya cuci piring ya."
"Tidak usah, saya bisa mencucinya. Letakkan saja."
"Ibu bisa mengomel jika membiarkan orang lain mencuci piring padahal saya sudah diberi makan." Sagara tertawa mendengar itu, Mahika memang selalu kebagian tugas mencuci piring ketika mereka selesai makan, pria itu bagian mengeringkan piringnya. Mahika mengambil piringnya dan juga piring Sagara lalu melangkah ke arah dapur dengan Sagara yang mengikuti di belakangnya.
"Kamu tinggal sendiri?" Tanya Mahika sambil mencuci piring, Sagara berdiri di sampingnya dengan lap kering, siap untuk mengeringkan piring-piring yang sudah dicuci oleh Mahika.
"Iya, setiap minggu ke rumah mama dan papa, menginap."
"Selalu seperti itu?"
"Ya, minggu itu khusus untuk keluarga. Mama saya sangat bawel jika saya tidak menyempatkan waktu dengannya satu hari selama seminggu." Pria itu terkekeh pelan sambil menerima piring dan mengelapnya.
"Family man sekali."
"Tidak juga, hanya satu hari dari tujuh hari selama seminggu, Hika. Untuk orang yang seumur hidupnya selalu memikirkan mengkhawatirkan saya, saya rasa itu sangat kurang."
"Ya benar, setua apapun kita tetap bayi untuk ibu kita."
"Coklat hangat? Kita bisa duduk sebentar sebelum saya mengantar kamu pulang."
Mahika menganggukkan kepalanya sembari mengibas-ngibaskan tangan sebelum mengelapnya dengan lap bersih kemudian berjalan ke arah sofa.
"Kamu sudah lama tinggal di sini?" Matanya berkeliling, ruangan itu sangat besar dengan plafon tinggi menghubungkan setiap ruangan tanpa sekat sehingga terkesan luas dan lapan. Pintu kaca yang mengarah ke taman belakang dengan rumput terlihat sangat lembut. Bambu kuning terlihat mengelilingi tembok sekitar taman belakang sehingga membuat kesan rindang. Tanaman dalam pot juga dapat Mahika lihat berada di patio.
"Saya membeli rumah ini tiga tahun lalu."
"Kenapa membeli rumah? Biasanya pria lebih suka di apartemen." Pria itu duduk di sampingnya sambil mengangsurkan coklat, pria itu membuat minuman dingin.
"Saya perlu rumah jika ingin berkeluarga Mahika. Saya ingin anak saya bermain di taman belakang dan juga di ruangan ini dengan aman. Saya juga ingin mereka lebih betah berada di rumah dibandingkan tempat lain."
Benar, barang-barang di rumah ini semuanya tidak ada yang bersiku tajam.
"Mereka? Kamu mau punya berapa anak." Tanyanya sambil menyeruput minuman itu, enak.
"Kamu mau punya berapa anak?"
Lalu Mahika tersedak.
**
END end end versi cetak dn lontara.app ada pov sagara, hidup mereka dll. yang mau sila ke Lontara.app atau ke shopee.co.id/akudadodado yaaa
BWANGG PERLU NAPAS BUATAN INIH AKUHHH
buat baca cerita on going atau cerita tamat yang masih lengkap di wp bisa ke sini ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Away From Home [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-768-0 Mahika mengalami patah hati pertama setelah ditinggalkan oleh cinta pertamanya setahun lalu. Masa pacarannya menyaingi cicilan mobil, bahkan jika dia mencicil mobil dia rasa itu lebih berfaedah dibanding be...