↪19↩

6K 533 17
                                    


Malam tiba, aku hanya berdiri dibalkon kamar yang luas. Semua terasa ramai sekarang, sangat beda dengan tadi siang. Entah kenapa aku mulai tidak semangat dan merasa ingin pulang.

Jordan? Aku tidak tahu dimana ia kini, bahkan kami tidak lagi berbicara setelah aku menyinggung tentang Lauren yang mana ia katakan adalah miliknya.

Apa ia sedang mengoleksi kepemilikkan?

Aku memang bodoh dan naif, seharusnya aku tahu dunia yang kujalani saat ini berbeda dengan dunia normal seperti dulu. Lantas apa yang kuharapkan kini? Aku hanya berharap semua pikiran buruk tidak melintas dikepalaku dengan begitu mudahnya. Itu membuatku bersikap skeptis terhadap apapun.

"Mika!"

Aku menoleh ke belakang dan menemukan Marilyn bersandar di pintu balkon. Aku belum siap turun ke bawah dan bertemu orang asing dan dimana Jordan yang seharusnya bersamaku saat ini.

"Kau bukannya ingin bertemu dengan yang lainnya?"

Aku mengangguk. "Ya, tadinya. Sebelum aku tahu seseorang bernama Lauren."

Marilyn tersenyum dan mendekat padaku. Ia memegang kedua pundakku sembari menatap kedua mataku dalam.

"Kau sangat jujur, Mika. Aku menyukainya," ujarnya yang kubalas dengan senyuman tipis tak niat.

Marilyn melepaskan tangannya dari pundakku dan menatap hamparan luas hutan yang berada dibelakangku. Aku ikut membalikkan badan, menatap hutan yang sanagt sunyi dan mengerikan.

Aku tidak henti menatap Marilyn yang kini menutup matanya, ia sangat menimati angin yang berhembus pelan membelai kami.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Marilyn?" tanyaku saat ia menghela napas panjang.

"Kau tidak tahu rasanya menjadi vampir, Mika. Aku rindu menjadi manusia biasa dan hidup seolah semua masih normal."

Sudut bibirku terangkat, kami memiliki kesamaan akan sesuatu hanya saja saling keterbalikkan.

"Aku malah ingin menjadi vampir, Lyn."

Marilyn tertawa. "Kau memanggilku Lyn?"

Aku mengangguk. "Ya, apakah tidak boleh?"

Ia mengangguk dan tersenyum. Marilyn sangat mudah merubah ekspresinya dan ia sangat susah untuk ditebak.

"Entah kenapa ketika aku berbicara denganmu, aku merasa kita seumuran," sahutnya yang membuatku tertawa.

"Kau tahu, umur bisa saja tua tapi tidak dengan jiwamu. Aku mempelajari hal itu dari kakakku, Jared. Ia suka sekali bersikap layaknya seorang remaja padahal umurnya mau memasuki kepala tiga."

Marilyn menatapku dengan senyum tulusnya kini yang sudah kubilang bukan, ia sangat mudah merubah ekspresinya.

"Kau sangat murni dan naif, aku takut kau tidak bisa bertahan dikehidupan vampir ini. Kau begitu mudah diperdaya dan dimanfaatkan," jelasnya dan aku mengakui itu benar.

"Kau benar, tapi inilah aku."

Marilyn memeluk pundakku dengan sebuah tangannya dan membawaku keluar dari balkon dan kamar yang tenang itu menuju ruangan yang ramai dan dipenuhi banyak orang atau vampir.

Ia memperkenalkanku dengan banyak orang. Beberapa dari mereka menatapku penasaran bahkan mengendusku dan berkata bahwa aku manusia.

Marilyn hanya tertawa mendengar perkataan mereka, berbeda denganku yang semakin kaku dengan suasana saat ini. Sadar dengan kondisiku ini, Marilyn mulai membawaku pada Jordan yang kini sedang duduk dan minum sesuatu bersama seorang wanita yang tidak hentinya tertawa.

My Stalker Vampire (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang