↪30↩

4.1K 366 7
                                    

🔴🔵🔴

"Kau sadar?"

Aku hanya bisa melenguh saat membuka mataku. Benar-benar sakit sekali untuk membuka mata.

Aku menemukan atap bewarna abu-abu. Ini sudah jelas bukan kamarku. Lantas dimana aku?

"Selamat pagi, Mika."

Aku menoleh sedikit karena sakit yang sialan dileher menyiksaku. "Jordan?" tanyaku ragu.

Jordan tersenyum. "Ya, ini aku."

Aku mengedipkan mataku, berharap penglihatanku salah. Namun, mau berapa kalipun aku mengedipkannya, mahluk yang berada didepanku memang Jordan.

Aku berusaha bangkit, namun sebuah tanganku tidak bisa kugerakkan sedikitpun. Aku lantas menunduk melihat tanganku yang sudah diberi gips.

"Tanganmu patah, kepalamu geger otak. Itu luka yang lumayan mengerikan," ujar Jordan.

"Aku tidak butuh rasa kasihanmu," balasku dingin tanpa melihatnya.

"Tapi kau sendiri yang mengharapkanku menolongmu, kan?"

Aku langsung mengalihkan perhatianku kepadanya. "Kapan aku berkata seperti itu?"

Jordan mengedikkan bahunya santai. "Entahlah, aku hanya mendengarnya dari lubuk hati seseorang."

Aku mengingatnya! Aku berharap ia menolongku saat aku hampir tidak sadarkan diri. Dasar Mika sialan! Kau mencoreng nama baikmu!

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku kecil dengan pipi yang memerah.

Jordan tertawa lembut. Aku mulai merasakan atmosfer yang sangat kurindukan dulu. Suara tawa merdu Jordan yang membuat dua tahunku gila karena merindukannya.

Jordan kini terdiam, berhenti tertawa dan menatapku dalam. "Tentu saja aku tahu. Aku selalu mendengarnya kurang lebih selama dua tahun ini."

Aku terkejut. "Bagaimana mungkin?"

Jordan mengusap rambutnya kearah belakang kepalanya. "Awalnya, aku sama sekali tidak mengerti. Darimana datangnya suara tangis ini, mengapa ia terus memanggilku, kenapa ia mulai memakiku, kenapa ia kini sudah mulai berhenti mengingatku. Akhirnya aku tahu, itu suaramu."

Aku menggeleng, tidak percaya dengan perkataannya. "Kau hanya bisa membaca pikiran, tidak mungkin kau bisa membacanya tanpa melihat orang yang ingin kau baca," tolakku.

Jordan menyatukan jarinya lalu mendekatkannya kebibirnya. "Awalnya aku tidak percaya, Mika. Tapi aku benar-benar merasakannya. Aku mendengar tangisanmu selama dua tahu terakhir."

"Kau membuat ikatan yang kuat denganku. Terasa bahagia dan menyakitkan secara bersamaan," ujarnya dan wajahnya mulai muram.

Aku mendunduk dan meremas erat kain yang menutupi tubuhku. "Lalu kenapa kau tidak kembali? Kenapa baru sekarang? Kenapa kau meninggalkanku setelah mengambil sesuatu yang berharga dariku? Kenapa?!"

"Karena aku mencintaimu."

"Ka-kau... mencintaiku?" tanyaku tidak percaya.

"Ya, aku sangat mencintaimu."

Bibirku bergetar. Untuk berkata-kata saja susah apalagi untuk percaya. Coba saja, ia mengatakannya dulu, setahun atau dua tahun yang lalu. Maka, dengan senang hati aku membalasnya. Kalau sekarang, aku tidak tahu, terasa mengganjal.

"Jangan berbohong!" pekikku dan menatapnya.

Apa yang kuhadapkan sekarang sangat menyakitkan. Jordan disana, didepanku dengan air mata yang jatuh dari sudut matanya tanpa suara.

My Stalker Vampire (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang