↪33↩

3.5K 301 18
                                    

🔴🔵🔴


"Bagaimana?"

Harry menggeleng.

"Lalu kapan selesainya jika kau saja tidak tahu dimana pria itu berada!" kesalku.

"Aku berusaha, oke?" ujar Harry membela dirinya.

Aku menghembuskan napas kasar. "Pastikan saja dia dimana. Masalah lainnya, biar aku yang selesaikan. Aku ingin ini cepat usai dan pergi menjauh sebisa mungkin."

Harry mengangguk dengan wajah lelah. "Baiklah," balasnya.

Aku langsung meninggalkannya.

Aku benci berada diambang kekhawatiran ini. Saat kau berada diujung tanduk dan bersiap untuk jatuh, namun ada jalan yang membuatmu tidak jatuh tapi terus terluka. Sangat tidak nyaman memikirkan keduanya. Saat Harry memang benar dan cara ini akan mengakhiri dendamnya dan Jordan yang harus kujaga perasaannya.

Aku melangkahkan kakiku kesalah satu restoran keluarga. Entah mengapa, aku sangat ingin makan disini walau sendiri. Aku mendapatkan duduk di tepi, pada dinding.

Aku menoleh sekeliling untuk mencari pelayan yang bisa mengambil pesananku. Namun, saat mataku jatuh pada tengah ruangan ini, disana terdapat Jordan, Marilyn, Lauren, dan Seorang pria yang kurasa wajahnya sangat familiar.

Mereka terlihat sedang makan bersama. Tapi bukankah mereka hanya butuh darah? Untuk apa mereka mengadakan makan malam bersama kalau begitu?

Seorang pelayan mendatangi tempatku. Aku segera memilih menu yang menggugah selera makanku. Setelah itu, sang pelayan pergi sembari membawa menu pesananku.

Aku kembali menatap mereka yang makan dengan anggun. Terlihat seperti keluarga bangsawan diera masa lalu. Semua juga memakai pakaian formal, bahkan Jordan memakai suit ketat yang membaluti dirinya indah.

Mereka terkadang tertawa pada suatu hal yang tidak dapat kudengar. Jarak kami tidak jauh, hanya berjarak 2 meja yang dipenuhi orang. Suara mereka seolah tenggelam dengan suara pengunjung lainnya. Sekilas, aku merasa kesal.

Aku tidak peduli jika sikapku sekarang sangat tidak baik karena menguping pembicaraan orang. Tapi, saat Marilyn menyatukan tangan Jordan dan Lauren, hatiku terasa tercabik dan membuatku semakin penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

Tangan Jordan dan Lauren masih menyatu diatas meja. Tampak wajah Lauren yang menampilkan kilat bahagia. Sedangkan Jordan, aku tidak dapat melihat ekspresinya karena kursinya membelakangiku.

"Ini pesanannya, Nona."

Aku terkejut mendapatkan seorang pelayan telah berada didepanku sembari membawa nampan yang berisi pesananku. Aku segera mengangguk dan membiarkan pelayan itu menata pesananku.

"Terima kasih," kataku setelah pelayan itu selesai dan pergi untuk kembali kerja.

Aku meneguk minumanku dulu sebelum kembali mencuri dengar pembicaraan Marilyn. Untungnya, dari dua meja yang menjadi jarak bagi kami, kini salah satunya telah kosong. Sehingga bising suara tadi tidak mengangguku dan bisa membuatku mendengar percakapan mereka.

"Selamat Lauren!" seru Marilyn sembari mengusap pundak Lauren.

Aku semakin penasaran dibuatnya. Selamat atas apa?

"Kini tugasmu, Jordan. Melindungi Lauren, jangan biarkan penerus keluarga kita dalam tubuh kecil Lauren kenapa-napa," ujar pria yang sangat Familiar itu.

"Aku tidak sabar lagi menggendong penerus kecil Maxwell!" teriak Marilyn senang.

Tunggu! Aku merasa ada yang salah disini. Bukankan pria asing itu berkata pada Jordan untuk melindungi Lauren dan penerus  yang ada ditubuh kecil Lauren? Apa maksud mereka itu ialah seorang bayi? Lauren Hamil?

"Jordan, Lauren kalian ingin pernikahan seperti apa? Aku akan mengundang semua kerabat kita sehingga acaranya akan semakin meriah!"

Aku tidak bisa berkata-kata. Pita suaraku seolah tertahan dan pikiranku terhenti sejenak. Aku tidak menyangka akan disakiti kembali oleh Jordan. Bagaimana, bagaimana jika kemarin aku memberinya kesempatan dan kembali berakhir terluka? Walau tanpa memberinya kesempatan pun, kini aku kembali terluka.

Pernikahan? Aku masih tidak mengerti jalan pikiran Jordan. Setelah ia meninggalkanku dan memberi alasan yang membuatku percaya padanya dan kini ia membohongiku, lalu alasan apa lagi yang akan ia beri?

Aku rasa dari awal aku sudah dibohongi. Mungkin saja Jordan meninggalkanku dulu karena Lauren, karena wanita.

"Tidak usah terlalu meriah, Marilyn. Aku ingin pernikahan yang sederhana saja."

Aku memakan makananku dengan kesal. Apalagi mendengar balasan Lauren yang membuatku tidak berselera makan. Lebih baik aku pergi sebelum mendengar banyak kata-kata menyakitkan lagi.

Aku meninggalkan uang diatas meja, persetan dengan kembalian. Aku tidak ingin semakin terluka jika terus berada disini. Dengan cepat aku keluar dari restoran ini dan segera pulang.

Jika dirumah, perlarianku adalah Mom. Aku memeluknya dari belakang dan menyandarkan daguku dipundaknya.

"Ada apa, Mika?" tanya Mom.

Aku menggeleng. "Dimana Jared dan Logan?" tanyaku.

Mom melepaskan pelukanku darinya dan berbalik untuk menatapku. Mom mengambil kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Sorot matanya ia terlihat mengerti dengan keadaanku saat ini.

"Sesuatu terjadi?" tanya Mom.

Aku mengangguk lemah sembari menunduk.

Mom mengusap kepalaku lembut. "Kau bisa membicarakannya padaku, aku disini selalu mendukungmu, Mika."

Aku akhirnya mendongkak dan menatap Mom yang terlihat seperti Malaikat. Tatapannya benar-benar lembut, selembut elusannya pada kedua tanganku.

"Aku kembali dibohongi oleh Jordan," ujarku kecil.

"Jordan?" ulang Mom dan aku mengangguk. "Sejak kapan kau bertemu dengannya lagi?"

"Entahlah, aku lupa. Mungkin dua minggu yang lalu," jawabku tidak yakin.

"Begitu. Lalu, apa yang terjadi?"

Aku menghembuskan napas, sebelum menjawab, "Kurasa ia membohongiku, kata-katanya tidak bisa dipercaya. Kemarin ia menjelaskan semuanya padaku dan aku mempercayainya, Mom. Semudah itu aku kembalu percaya. Tapi saat aku mendengar pembicaraanya dengan keluarganya tadi, aku tahu jika aku telah dibohongi olehnya."

Mom mengeratkan tautan tangannya. Seolah menguatkanku. "Jelaskan, Mika. Bagaimana aku bisa mengambil kesimpulan jika kau tidak menjelaskan semuanya."

Aku mendesah. Terlalu sakit untuk menceritakan kembali apa yang telah kudengar tadi.

"Mika," panggil Mom dan akhirnya aku bercerita dari awal pertemuanku, kemarin, dan Tadi.

Mom tampak terkejut saat aku mengatakan jika Jordan akan menikahi Lauren. "Kau yakin mendengarnya, Mika?" tanya Mom dan aku mengangguk mantap.

Aku tertawa kecil yang malah terdengar menyedihkan. "Bukankah itu lucu, Mom?" ujarku.

Mom menggeleng. "Mika, jika ia milikmu, maka ia akan kembali padamu. Jangan berpikir semuanya akan tamat, kau percaya takdir, kan?"

Aku mengangguk. "Ya, aku percaya."

Mom tersenyum. "Kalau begitu biarkan ia bekerja dengam sendirinya."

Aku tersenyum. "Thank's Mom. Keputusan yang tepat untuk berbicara denganmu."

"Apa saja untuk putri cantikku," balas Mom dan memelukku.

Setelah itu aku bangkit dari dudukku. "Aku akan beristirahat, Mom. Good night!" ujarku sembari mencium pipinya. Lalu, berlari menaiki tangga.

Aku mengempaskan tubuhku diatas kasur. Mengingat banyaknya masalah yang ada dihidupku, aku jadi mudah lelah. Sehingga saat aku memiringkan tubuhku dan memeluk bantalku. Aku sudah siap untuk jatuh tertidur. Semoga saja dalam mimpiku, aku tidak memiliki masalah yang rumit seperti dikehidupan nyataku. Semoga.

🔴🔵🔴

My Stalker Vampire (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang