"Setiap orang tentu memiliki takdirnya sendiri. Memiliki jalan hidup yang harus dijalani. Keraguan akan kehidupan dimasa depan membuat semua orang mengerutkan kening, khawatir. Bisakah takdir yang tertulis berubah? Bisakah melakukan segalanya dengan bebas tanpa beban? Menulis sendiri cerita akan hidup yang dijalani. Membuat takdir sendiri dengan jalan hidup seperti yang di inginkan? Tanpa perasaan khawatir dan ragu!"
**
"Pagi, noona " sapa Winwin pagi itu, pada Yuta yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk keduanya.
"Kau pulang terlambat lagi?" tanya Yuta tanpa menoleh pada Winwin karena ia sibuk memasak.
Winwin menengguk air putih yang berada diatas dimeja. Kemudian baru menjawab. "He-um.."
"Apa yang terjadi dengan bibirmu?" tanya Yuta terkejut ketika melihat lebam disudut bibir Winwin saat ia meletakkan sarapan Winwin dan mendapati wajah mulus dongsaeng nya tak lagi ada.
"Temanku tak sengaja menyikutku saat pelajaran olah raga " jawab Winwin santai mulai menikmati sarapannya. "Wae?" tanya Winwin tak nyaman ketika noona nya terus menatapnya tak percaya.
"Ini benar-benar tak sengaja, noona.." kata Winwin lagi menatap noona nya dengan sorot mata polosnya. "Apa perlu aku menghubungi Guru Hwang? Agar noona percaya padaku"
"Tak perlu.. noona percaya padamu " Yuta mengelus-elus rambut dikepala Winwin. "Noona hanya khawatir saja kau salah bergaul., ya sudah.. habiskan sarapanmu.. " dengan terpaksa Yuta mencoba percaya, meskipun dalam hatinya masih ada yang mengganjal.
Yeoja berdarah Jepang itu kembali ke arah dapur, sebelum sesaat menghentikan langkahnya, kembali menoleh menatap Winwin yang lahap makan sarapannya. "Aku hanya takut kau kenapa-kenapa, Winwin_ah.." akhirnya Yuta kembali sibuk didapur dengan segala kesibukan dipagi harinya.
Saat Yuta sudah kembali larut dalam kesibukannya, Winwin mengangkat kepalanya untuk melihat noona nya "Mianhae, noona.. aku berbohong padamu.." Winwin buru-buru menghapus air mata disudut matanya, yang entah kenapa tiba-tiba basah.
..
.
Winwin menghapus keringat yang mengalir dipelipisnya, nafasnya ngos-ngosan karena berlari dengan kecepatan tinggi untuk memenuhi target waktu tercepat dalam lari 100 meter yang akan di ikutinya sebagai salah satu perwakilan dari sekolahnya.
"Ini lebih baik, Winwin.. " ucap Guru Hwang bangga dengan catatan waktu Winwin yang semakin membaik setiap waktunya.
Guru Hwang adalan guru olah raga yang bertanggung jawab untuk kejuaran Atletik tingkat sekolah tinggi yang akan dilakukan antar Provinsi nanti, dimana Winwin menjadi salah satu peserta yang akan mewakili sekolahnya.
"Be.. Benarkah?" tanya Winwin senang. Akhirnya kerja kerasnya tak sia-sia. Lelah dan letihnya hilang begitu saja ketika ia mendapati senyum penuh kebanggaan dari sang guru.
"Hm.. catatan waktumu semakin membaik! Aku bangga padamu.." Guru Hwang menepuk pundak Winwin bangga. Tak salah ia memasukkan Winwin dalam kontingen sekolah yang akan membawa nama baik sekolah di kejuaraan tingkat pelajar sekolah tinggi nanti. Winwin sangat berbakat dalam cabang olah raga lari 100 meter. Mungkin Winwin masih terlalu muda, karena masih kelas 10. Namun, bakat yang dimiliki mampu menggeser para sunbae nya, dan mampu merangsak masuk dalam kontingen untuk mewakili sekolah.
"Pulanglah! Ini sudah sore.. kau sudah melakukan hal yang baik.."
"Nde, Saem!!" Winwin membungkuk memberikan hormat dengan senyum sumringahnya. Ia benar-benar bahagia. Akhirnya, latihannya membuahkan hasil. Lama tak melakukan ini, tapi ternyata kemampuannya dalam cabang Atletik masih terjaga dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [Taeyong x Yuta]
RomansaYuta hanya ingin membahagiakan semua orang dalam hidupnya. ia tak mau mengecewakan orang lain, biarkan dirinya terluka dan sakit, asalkan orang yang ia sayangi tidak terluka. biarkan dirinya menanggung sakit ini sendirian. karena begitulah ia akan h...