"Jika dengan melepaskanmu itu membuatmu bahagia. Maka aku rela melakukannya. Melepaskanmu dan merelakanmu dengan harapan kebahagianmu"
"Ten?!"
"Oppa.." Manik indah Ten berbinar melihat Taeyong datang dan kini duduk dikursi hadapannya. Keduanya saat ini tengah berada di cafe dekat Universitas, dimana di cafe ini ada Bubblee Tea favoritnya.
Bukan tanpa alasan ia menyukai minuman menyegarkan itu. Itu semua kerena rekomendasi Taeyong. Apapun yang Taeyong sarankan, maka yeoja mungil itu akan lakukan. Itulah caranya untuk menunjukkan betapa besar cinta yang dimiliknya.
Senyuman tersaji dari bibir Ten. Betapa ia ingin waktu untuk berhenti, ketika Taeyong ada dihadapannya. Menatapnya dan berdua dengan dirinya. Bisakah waktu berhenti saat ini?
"Oppa tidak memesan sesuatu?" tanya Ten lebih dulu. Tak tahan dengan keheningan ini.
Taeyong memanggil pelayan untuk memesan coffe latte.
"Kenapa tidak memesan Bubblee Tea?" tanya Ten setelah mendengar pesanan Taeyong. bukankah mereka selalu memesan minuman yang sama setiap kali datang ke cafe ini.
"Aku ingin minum coffe latte saja.."
Masih sama. Dingin dan acuh. Itulah yang kini ada dalam benak Ten. Ingin sekali ia berteriak marah dengan sikap Taeyong. Namun, diurungkan niatnya itu. berusaha untuk mengendalikan dirinya dan tak terpengaruh dengan sikap dingin Taeyong. Bukan hal yang mudah untuk Ten bisa menahan diri. Ia terbiasa untuk melakukan apapun yang ingin dilakukannya.
Senyuman itu kini dipaksakan Ten. "Oppa.." saat yeoja mungil mulai untuk menjelaskan maksudnya kenapa mengajak Taeyong untuk bertemu, pelayan datang memberikan pesanan Taeyong.
"Bicaralah! Aku akan dengarkan.." seru Taeyong mempersilahkan Ten. Jujur saja, ia tak mau terlalu lama dalam situasi canggung ini. Sangat tak nyaman baginya.
"Apakah.. sudah tak ada lagi harapan untukku, oppa?"
Taeyong menatap Ten. Betapa dulu ia pernah hanyut dalam pesona yeoja mungil dihadapannya. Tatapan mata itulah yang dulu membuatnya buta dan melupakan Yuta. "Mianhae.. aku benar-benar tak bisa Ten.." dengan hati yang berkecamuk Taeyong memukul Ten dengan memutuskan harapan yeoja mungil itu.
"Lupakan semuanya.. aku tidak bisa lagi.. " tambah Taeyong yang membuat Ten mulai meneteskan air matanya.
Taeyong melihatnya, bagaimana manik Ten yang kini hanya terlihat kesedihan dan kekecewaan. Tak ada lagi pancaran penuh semangat seperti sebelumnya. "Aku tidak bisa melepaskan Yuta, Ten.. kumohon mengertilah.."
Inilah yang seharusnya dilakukannya sejak dulu.
Tegas dan tidak banyak alasan pembenaran untuk kesalahan yang sudah dilakukannya. Akan sangat menyakitkan untuk Ten tentunya. Namun inilah kenyataannya. Kehilangan Yuta membuatnya tak sanggup untuk bernafas. Sesak, seperti ingin mati tapi tak bisa.
Mendengar yang Taeyong katakan Ten buru-buru mengambil Bumblee Tea nya dan meminumnya cepat. Mencoba untuk mengendalikan dirinya. Menghapus air matanya yang bandel. Bahkan kini Pandangannya semakin kabur karena genangan air mata di pelupuk matanya yang sudah tak sabar untuk kembali tumpah.
"Ah.. Bumblee Tea nya terlalu manis.." gerutu Ten mencoba mengalihkan sakit dalam hatinya. "Oppa tahukan, aku tidak suka yang terlalu manis?" yeoja mungil itu mencoba untuk menghibur dirinya dan berpura-pura tak mendengar apapun. Inilah caranya untuk menutupi sakit dalam hatinya.
Sementara untuk Taeyong. namja tampan itu bisa melihat dengan jelas bagaimana jemari Ten yang bergetar saat memegang cup Bumblee Tea nya. Dan, air mata itu tak bisa lagi berbohong.
![](https://img.wattpad.com/cover/177292642-288-k830399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [Taeyong x Yuta]
Storie d'amoreYuta hanya ingin membahagiakan semua orang dalam hidupnya. ia tak mau mengecewakan orang lain, biarkan dirinya terluka dan sakit, asalkan orang yang ia sayangi tidak terluka. biarkan dirinya menanggung sakit ini sendirian. karena begitulah ia akan h...