Katanya Kangen

107 19 0
                                    

Budayakan tekan bintang sebelum membaca.

Beberapa tahun kemudian

Putri tumbuh menjadi sosok Tuan Putri yang sering Satria ceritakan sebelum tidurnya dulu. Ia memiliki sifat yang Tuan Putri miliki dalam ceritanya, semua itu berkat cerita-cerita penghantar tidur, serta larangan sederhana Satria seperti "Jangan begitu, Tuan Putri tidak boleh......." cukup seperti itu untuk membangun pribadi Putri seperti saat ini.

Banyak yang sudah berubah dari Putri, anak kecil perempuan itu sudah menjadi seorang gadis yang mempesona. Senyum miliknya memikat, binar matanya menyenangkan, tutur katanya menenangkan itu yang membuat Putri disukai banyak orang. Meskipun ada beberapa yang tidak menyukainya. Seperti segerombolan perempuan yang kini sedang menatap dirinya pongah.

"Gak usah so kecakepan deh. Ngapain pake deket-deketin kak Dean segala?!. "

Sebelah alis Putri terangkat, ia menatap para perempuan itu bingung, pasalnya ia sendiri tidak tau Kak Dean yang mana?. "Kayanya kalian salah orang." jawabnya kalem.

Para siswi itu saling melirik kaget, tidak mereka tidak mungkin salah. "Lo yang namanya Putri kan?."

"Iya, mungkin yang kamu maksud itu Putri yang lain."

"Gak mungkin gue salah. Pasti Putri elo!. " seru siswi yang paling nyolot dibalas anggukan setuju teman-temannya.

Putri jadi bingung, ia panik ketika salah satu dari siswi itu mendekat. Putri takut. Ia mundur perlahan hingga punggungnya menyentuh tembok. Yang ada difikirannya hanya satu, kedatangan Ksatrianya.

'Kak Satria Putri takut.'

"Putri!. "

Helaan nafas keluar dari mulut mungilnya. Ia lega, Ksatrianya datang diwaktu yang sangat tepat. "Kak Satria."

Rombongan siswi itu ikut menoleh menatap Satria. Mereka kaget karena kehadiran pria itu tiba-tiba, beberapa dari mereka hingga terbengong-bengong tak berkedip. "Kakak siapa?." tanya salah satu dari mereka.

"Ah, saya Satria kakaknya Putri. Kalian teman sekelas Putri?. "

"Bukan Kak, mereka teman seangkatan Putri." jawab Putri yang sudah kembali tenang. Jujur saja ia shock ketika rombongan itu menyerbunya.

Salah satu dari rombongan itu mengusap tengkuknya, "iya, kami teman seangkatan Putri."

Satria mengangguk-anggukan kepalanya, tersenyum, "kalau gitu saya dan Putri pamit ya, makasih udah nemenin Putri. Kalian hati-hati pulangnya."

"Ah, iya Kak. Kakak juga hati-hati. Eh, sama Putri juga hati-hati." kini siswi yang paling nyolot itu salah tingkah, tak menyangka Putri memiliki Kakak yang semenarik ini.

Putri tertawa canggung, ia menarik lengan kakaknya, "aku duluan ya."

Rombongan siswi itu kompak mengangguk, wajah pongah mereka berganti ekspresi kagum melihat Satria. "Tuhan, aku mau yang kaya gitu satuuu aja."

"Ingetin gue buat minta maaf sama Putri besok!."

"Mendadak Kak Dean gak ada apa-apanya dibanding tuh cowok."

"Gue disenyumin dia tadi!, gila!, bisa sembuh nih minus mata gue liat yang seger kaya Mas Satria."

Satria dan Putri sudah berada diparkiran sekolah. Laki-laki itu memberikan helm pada adiknya. "Tadi itu temen kamu beneran Put?."

Putri menganggukkan kepalanya yang terbungkus helm. "Iya cuma gak deket."

Satria menatap adiknya, membantunya memasangkan pengait helm. "Tapi muka kamu kok kaya takut gitu pas kakak dateng."

Tuan Putri dan K(satria) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang