Didepan Thania

57 7 0
                                    

Putri memeluk kado yang sudah disiapkannya untuk anak Thania. Senyumnya tak kunjung luntur sejak mendengar kabar Thania sudah melahirkan anaknya. Ia melirik Satria yang berjalan disebelahnya, raut lega tercetak jelas diwajah kakakknya itu.

"Omaaa." Seru Putri gembira, ia berlari kecil.

"Jangan lari-lari Putri." Tegur Ibunya Putri.

Putri menyalimi Oma, begitu juga Satria. Tangan Oma mengusap pipi Putri, tersenyum. "Si cantik sudah datang."

"Oma, maaf kemarin malam kita pulang gak pamit sama Oma." Ujar Dewi-ibu Putri.

"Enggak papa, Ayah sama ibunya Thania datang cepat. Oma jadi gak sendirian."

Pintu ruangan tempat Thania dirawat terbuka, ibunya Thania muncul dari sana. Putri dan Satria menyalimi ibunya Thania, "Udah dari tadi datangnya?. Kenapa gak langsung masuk?."

"Baru datang kok tante."

"Masuk aja, Thania baru selesai makan."

Mereka mengangguk, Putri masuk lebih dulu disusul ibunya dan Satria.  "Kak Thaniaaa....."

Thania yang sedang memakan buah jeruk menoleh, senyumnya mengembang menyambut Putri. "Halo princess."

Putri memeluk Thania sambil mengucapkan kata selamat pada Thania, "Ini kado dari Putri sama Kak Satria buat dedeknya."

"Makasih banyak Putri."

"Masih kerasa sakit perutnya Than?."

"Enggak tante, alhamdulillah."

"Cesar atau normal Than?."

"Cesar tante."

Ibu Putri mengusap kepala Thania lembut, "selamat sudah jadi ibu. Semoga kamu bisa menjadi sosok ibu yang baik untuk anak kamu."

Thania memegang tangan Dewi, "makasih tante, tante selalu baik sama Thania. Tante udah kaya ibu buat Thania, makasih udah banyak bantu Thania."

Ibu Putri memeluk Thania, mengusap punggung Thania. "Sama-sama sayang, kamu udah tante anggap anak tante sendiri. Tante senang bisa bantu kamu."

"Dedeknya beda ruangan ya kak?."

"Iya, kamu mau liat?."

"Iya, Putri mau liat."

"Ayo sama Mama liatnya, Kak Satria mau ngomong berdua kali sama Thania."

Satria menatap ibunya kaget, berbeda dengan Thania yang sudah menunduk malu. Kilat jahil terpancar dari mata Putri, ia cengengesan menatap Satria. "Ayo Mah, kayanya kak Satria udah gak sabar mau ngobrol berdua sama kak Thania."

Putri menarik tangan ibunya, "Putri tinggal ya, tatatititutu, pergi duluu..."

Si tengil Putri telah kembali, setelah seharian kemarin tak banyak bicara. Satria menatap adiknya yang masih konsisten memasang wajah tengil sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Duduk kak."

Satria menarik kursi disebelah kasur Thania, matanya memandang lurus Thania yang kini menunduk memainkan jemarinya. "Kamu suka banget nunduk kalo sama saya. Muka saya gak enak banget buat diliat?."

Mendengar itu buru-buru Thania mengangkat kepalanya menatap Satria tak enak, "bukan gitu kak."

Satria terkekeh, "saya cuma bercanda. Gimana kondisi sekarang?, masih ngerasa sakit?."

"Cuma ngilu-ngilu aja badan. Kakak sendiri gimana?."

"Saya sehat Than, seperti yang kamu liat."

Tuan Putri dan K(satria) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang