Hari demi hari berganti dengan cepat. Putri melewatinya dengan penuh kegembiraan. Ada banyak hal-hal menyenangkan yang ia temukan seperti merasakan tendangan pertama dari bayi yang ada di perut Thania, menjadi saksi kembalinya hubungan Ruly dan Defina, menampilkan sebuah pentas drama untuk perpisahan kakak kelas, dan masih banyak lagi.
Ujian akhir sudah ia lewati, ibunya juga sudah mengambil rapor sekolahnya. Nilai Putri tidak ada yang mengecewakan, berkat bantuan Satria yang mengajarinya dengan sabar setiap malam menjelang ujian.
Sebagai hadiah, kedua orang tuanya berencana untuk berlibur ke puncak sekeluarga. Bukan hanya Putri, Satria dan kedua orang tua mereka yang ikut, Thania juga ikut serta setelah Putri membujuknya secara terus menerus.
"Ini dedeknya?. "
Mata Putri terus memperhatikan foto bayi hasil USG tadi. Saat ini Putri sedang menemani Oma dan Thania ke rumah sakit untuk periksa kandungan, lebih tepatnya Putri yang memaksa ikut. Perut Thania sudah membesar, membuat Putri gemas ingin menyentuhnya.
Thania mengusap kepala Putri, "iya, kata dokter dedeknya cowok."
"Wahh." Putri menunjukkan foto itu pada Oma, ia sangat antusias.
"Putri mau ngasih saran nama boleh gak kak?."
"Boleh sayang, apa namanya?."
Senyum Putri melebar, ia mengelus perut Thania dengan sayang. "Namanya Ahmad Kalvi."
Tepat setelah Putri mengatakan nama, bayi itu menendang perut Thania dua kali. Putri yang masih menempelkan tangannya terkejut, ia menatap Thania senang. "Dedeknya nendang!."
"Dia suka sama nama yang kamu saranin." Tutur Oma lembut.
Binar mata Putri menyala-nyala, kilat senang terpancar jelas dimatanya. "Ayo Kak, Oma Putri gak sabar mau cerita sama Kakak."
Satria menunggu mereka diparkiran mobil. Ia meminjam mobil ayah tirinya yang sedang tidak dipakai hari ini. Awalnya Thania menolak karena tak mau merepotkan, tapi Putri terus membujuknya atau memaksa lebih tepatnya.
Putri duduk dikursi depan sebelah Satria. Thania dan Oma duduk dikursi tengah. "Kak, coba tebak dedeknya cewek apa cowok?."
Kakaknya menatap Putri sambil tersenyum geli, adiknya ini sangat antusias mengenai bayi yang dikandung Thania. "Mmm, apa ya?. Cowok?."
Mulut Putri terbuka, matanya melotot menatap Satria. Kakaknya yang mendapati perubahan ekspresi Putri yang drastis mendadak bingung. "Kamu kenapa?, Kakak salah?."
Putri menggeleng, "kok kakak bisa tau dedeknya cowok?, kan Putri belum ngasih tau!."
Satria tertawa mendengar ucapan adiknya, bukan hanya Satria, Thania dan Oma pun ikut tertawa. "Loh tebakkan kakak bener?. Muka kamu kok horor gitu sih?."
"Ya Putri kaget aja, masa Kakak jawabnya langsung bener."
"Kakak mau liat foto dedeknya?, Putri dikasih satu fotonya sama kak Thania."
Satria mengangguk sebagai jawaban, ia melirik Thania yang duduk ditengah melalui kaca spion mobil. Perempuan itu menunduk malu, senyumnya terulas lembut. Putri menyodorkan foto pada Satria, "Nih Kak."
"Setelah Putri perhatiin dedeknya mirip Putri." kata Putri lalu tertawa.
"Ngarep kamu."
"Gapapa lah, Kak Thania aja gapapa."
"Jangan mau Than, nanti bayinya jadi cantik bukannya ganteng."
"Iyaya?, Putri kan cantik gawat nanti kalau dedeknya cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Putri dan K(satria)
Teen FictionCerita ini bukan tentang kisah fantasi kehidupan Tuan Putri di kerajaan, bukan juga kisah tentang Tuan Putri dan pangeran dari negri sebrang, atau kisah tentang perebutan tahkta kerajaan. Cerita ini sangatlah sederhana, tidak melibatkan banyak konf...