Gengsi vs Gak Peka

88 13 7
                                    

Budayakan tekan bintang sebelum membaca ;)

"Gimana Dep, apa kata Mama kamu soal hp kamu yang ilang?."

Defina yang konon katanya anak sulthan itu  tengah sibuk melihat aplikasi belanja online  yang memanjakan matanya. Kalau sudah begini Defina bisa sangat lah khusyuk, ibu jarinya dengan lincah menari diatas layar benda pipih yang menjadi ponsel lamanya.

Kesal diacuhkan, Putri merebut ponsel Defina membuat temannya itu memekik kaget, "Putri!, kepala aku lagi pusing nih. Aku butuh belanja sebagai obatnya."

"Aku nanya gak dijawab."

"Ya gitu, Mama cuma nanyain mau hp baru lagi apa gimana?."

Kini Putri setuju dengan teman-temannya yang memberi julukan Defina sebagai anak sultan. "Mama kamu gak marah?."

"Marah sedikit gara-gara aku ngejar copetnya sendirian. Terus bagian nyebelinnya tuh, Mama suruh aku berangkat pulang sekolah sama Ruly."

"Makin susah ya Dep muponnya."

Defina mendengus, "makin-makin dah tuh Ruly, dikasih amanat sama Mama. Bisa-bisa aku diatur-atur sama dia."

"Hilihh, sok kesel kamu Dep. Aku tau kok kamu itu sebenernya seneng kan?, cuma gengsi aja gede."

"Apasih Put, kesel beneran nih aku."

"Tapi sayangkan?."

Senyum Putri mengembang sempurna, kedua alisnya naik turun menggoda sahabatnya. "Udalah Dep, jangan gengsi mulu yang di pertahanin. Kalau hati masih mau kenapa gak diturutin?."

"Gak ada sejarahnya Defina balikan sama mantan!, masih ada banyak kaum Adam yang berkeliaran."

"Sombong amat, kurang apasih Ruly?. Dari sifat aja udah ketauan dia kaya gimana, Mama kamu bahkan percaya sama dia. Muka?, gak jauh beda dari Kak Milo, jangan lupain fakta ada banyak adek kelas yang suka sama dia."

Putri menatap Defina, kelihatan sekali sahabatnya itu tengah sibuk berfikir. Putri sebenarnya tak mau ikut campur masalah perasaan, tapi dia tidak ingin Defina menyesal karena gengsinya yang terlalu tinggi. "Dan yang paling penting dari semua itu Dep, Ruly selalu ada buat kamu. Aku yakin dia sayang sama kamu dan kamu juga punya rasa itu buat dia. Kalau Ruly udah gak punya rasa sama kamu aku yakin dia udah pacaran sama adek kelas sekarang, kamu inget waktu Ruly nolak adek kelas di taman belakang?. Terus waktu Kakak kelas minta nomer dia?, dan Ruly yang lebih milih nganterin kamu dari pada Luna si anak emas."

Defina bungkam, menempelkan kepalanya diatas meja. "Aku gak tau Put. Ruly udah jadi mantan, mantan terindah."

"Gak ada mantan terindah, kalau udah indah kenapa harus jadi mantan?."

Kelas memang sedang sepi karena waktunya istirahat, mereka tidak pergi ke kantin karena Putri membawa bekal. Defina juga sedang malas untuk melangkahkan kakinya.

"Masih pusing Na?."

Sosok yang menjadi topik pembicaraan datang. Ruly mendekat, tangannya membawa kantung plastik berisi kripik kentang kesukaan Defina. "Mau gue ambilin obat ke uks?."

Defina menggeleng masih dengan keadaan kepala yang menempel diatas meja, "gue gapapa."

"Udah makan kan?. Nih, gue beliin kripik buat nyemil."

"Udah, Makasih ya."

Ruly mengangguk, tangannya terangkat mengusap kepala Defina. "Gue pergi ya."

Dan hal yang tak pernah disangka akan terjadi adalah Defina yang menahan tangan Ruly agar tetap dikepalanya. "Jangan pergi dulu, gue kangen."

Tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun selanjutnya. Putri dan Ruly sama-sama dibuat melongo dengan perkataan Defina. Perempuan itu tengah menyingkirkan tembok gengsi miliknya, apakah ini karena obrolan mereka tadi?.

"Ayo deh ke uks, kayanya lo beneran sakit."

Defina mendengus mendengar ucapan Ruly,  dengan kasar ia membuang tangan Ruly dari atas kepalanya lalu menegakkan badannya. "Lo kali yang sakit, sana ke uks!."

"Kok marah?, salah gue apa Na?."

"Salah lo?, karena lo cowok!. Udah pergi sana!, bikin sumpek ruangan aja."

"Marah-marah mulu, katanya sayang."

"Palelo peyang!."

Putri menggaruk kepalanya yang tidak gatal, susah memang. Yang satu tukang gengsi yang satu lagi tidak peka. "Udahlah kalian urus aja rumah tangga kalian. Pusing Putri liatnya."

Putri bangun dari duduknya melangkah keluar kelas, membiarkan sepasang mantan adu urat. "Heran deh, kalau ketemu berdua ngedok mulu udah kaya cupang."

Ia berhenti didepan pintu kelasnya, memperhatikan murid-murid berseliweran.  Senyumnya terpatri, terkadang tangannya terangkat melambai pada orang yang mengenalnya. Hingga tatapannya tertuju pada sosok Deandra yang datang dari kantin.

"Dee!."

Deandra berhenti melangkah, memutar haluan. Segera Putri mengejarnya, "Dee!."

Deandra mempercepat langkahnya, ia tak menoleh sedikitpun ketika Putri berteriak memanggil namanya. Kakinya melangkah tanpa tujuan, Deandra hanya mengikuti kemana kakinya melangkah.

Sepasang kaki Deandra membawanya ke ruangan Lab biologi yang sepi. Putri mengikutinya dengan nafas yang tersenggal. "Dee, kamu kenapa pergi?."

"Ngapain ngikutin gue?." Deandra bertanya dengan nada dingin.

"Kamu kenapa Dee?, kenapa ngehindar?. Putri salah apa sama kamu?."

"Enggak, lo gak punya salah. Semuanya salah gue."

Putri memperhatikan setiap gerak gerik Deandra. Gadis itu terlihat gusar, berkali-kali ia mengusap wajahnya kasar. Perlahan Putri mendekati Deandra, tapi langkahnya terbenti karena perkataan Deandra. "Lo deketin gue cuma karena Dean kan?. Mending sekarang lo pergi, gue muak sama orang-orang kaya kalian!."

"Dee!. Aku gak pernah sekalipun kepikiran sama itu. Aku gak sepicik itu untuk memperalat kamu!, udah berapa kali aku bilang, aku gak tertarik sama Kakak kamu itu."

"Tapi kenyataannya semua orang deketin gue untuk itu!. Gak ada yang bener-bener tulus sama gue."

"Aku bisa Dee, aku gak sama kaya orang-orang itu. Dari awal aku deketin kamu bukan karena Dean. Aku cuma mau kamu punya teman, hidup normal kaya remaja lainnya."

"Dari dulu mereka cuma manfaatin gue. Setelah mereka dapet apa yang mereka mau gue dibuang. Bahkan ada yang gak terima waktu tau Kak Dean punya pacar, gue sasaran bully mereka, pelampiasan mereka."

"Percaya sama aku Dee, aku akan jadi teman kamu bukan karena ada niatan untuk Kak Dean. Aku bener-bener mau kamu jadi temen aku, gak ada niat lain. Kak. Satria selalu ajarin aku untuk jadi anak yang jujur, jadi aku gak bohong soal ini."

"Dean bukan cowok yang setia, karena itu aku larang kamu deketin dia. Aku percaya kamu baik, kamu terlalu baik untuk Dean."

Putri jadi teringat dengan ucapan Dean kemarin, yang mengatakan bahwa Dee melarangnya untuk mendekati Putri. Jadi ini alasannya. "Kamu mau jadi temen aku?."

"Aku punya banyak musuh Put, banyak anak-anak yang benci sama aku karena Kak Dean ninggalin mereka gitu aja. Aku ini pelampiasan. Aku takut kamu kena masalah karena berteman sama aku."

Dan inilah jawaban dari pertanyaan Lulu waktu itu. Tentang kelebihan yang Deandra punya. Orang lain hanya melihat sinar yang dimiliki Dean sang Kakak sehingga meredupkan sinar milik Deandra. Mereka tidak tau dibalik sinar terang Dean ada kegelapan yang ditanggung adiknya.

Selama ini Deandra hanyalah bayangan sang kakak, dia yang menanggung perbuatan kakaknya. Tidak ada yang mengetahui itu, ia menyimpan sendiri selama ini. Karena itulah kelebihannya.

Tuan Putri dan K(satria) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang