Budayakan tekan bintang sebelum membaca.
Matahari sudah berkuasa dilangit, cahaya hangatnya masuk menembus kaca jendela yang gordennya sudah dibuka sejak subuh. Dan Tuan Putri kita masih bergelung malas ditempat tidur sang kakak, ia sedang berhalangan jadi tidak dapat menunaikan kewajibannya subuh tadi.
Tadi Satria sudah membangunkannya untuk sarapan bersama, tapi Putri terlalu malas untuk bangun dari peraduan ini. Hingga sebuah sentuhan dihidung membuatnya terganggu, "Putri gak mau sarapan kak, mau tidur."
Lagi, kini sentuhan itu mengenai telinganya. Dengan terpaksa Putri membuka matanya sedikit, mengintip. "Putri mau bangun siang kak, sekaliii aja."
"Katanya kangen, disamperin kok malah tidur."
Cukup satu kalimat, Putri sudah sepenuhnya terjaga dari tidurnya. "Abang?, ini Putri lagi mimpi apa udah bangun?."
"Maunya Abang sih kamu bangun, abis itu mandi kita sarapan bareng."
"Abang beneran dateng?. Kok gak bilang-bilang Putri."
Gemas, Alden menarik Pipi Putri sampai kepala gadis itu ikut miring. "Sengaja, Biar Putri gak nungguin abang dari malem."
Putri merentangkan tangannya, "mau peluk tapi belum mandi."
Lihat, bagaimana bisa Alden tidak gemas dengan gadis didepannya ini. Sudah menggemaskan, bikin makin sayang juga. "Sini, katanya kangen."
Segera Putri bangun, memeluk laki-laki didepannya ini. "Yang kangen duluan kan Abang."
"Iya sayang, sekarang mandi. Aku tunggu dimeja makan, yang lain udah nungguin."
Putri tersenyum malu, memalingkan wajahnya yang sudah memerah. "Iya."
Segera Putri nyelonong kabur ke kamarnya. Putri melakukan kegiatan mandi dan bersiapnya secara kilat, ia tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Ia harus memanfaatkan waktunya dengan baik agar bisa lebih lama dengan Alden.
Putri juga tidak repot dalam memilih baju apa yang harus ia kenakan agar terlihat bagus didepan Alden, karena ia tau itu akan membuang banyak waktu berharganya. Setelah meresa cukup ia langsung keluar menuju meja makan.
Betapa terkejutnya Putri saat tau bukan hanya Alden yang datang mengunjunginya, "Kak Taya, Kak Ammy!."
Dua orang gadis yang tengah sibuk mengunyah itu menoleh, melambaikan tangannya menyuruh Putri mendekat secara kompak.
Putri memeluk dua gadis itu, rasa senang membludak dihatinya. "Kangen."
"Kita juga dong, gimana ada yang gangguin kamu?, kamu belum ngirimin foto orang yang ganggu kamu."
"Kamu gak bosen apa Amm?, setiap ketemu yang pertama ditanya malah itu. Orang-orang mah tanya kabar dulu, apa kek."
"Tanya kabar mah cuma pertanyaan basa-basi. Gak perlu ditanya juga udah keliatan Tuan Putri kita seger buger gini. Pertanyaan aku lebih berbobot."
Attaya mengelus rambut Putri, menghiraukan Alden dan Ammy yang meributkan hal tak penting. "Rambut kamu wanginya beda, ganti shampoo lagi?."
Bahkan untuk hal sekecil itu Attaya memperhatikan, dia memang benar-benar pengamat yang baik. "Iya nih, lagi nyobain aja."
"Jangan sering-sering ganti shampoo, gak bagus buat rambut kamu."
Putri mengangguk, "Nasihat diterima."
Gerakan Putri yang ingin menarik kursi untuk ia duduki terhenti karena kehadiran orang yang tak disangka sangka. "Kaisar Ali!."
Alifio si sulung keluarga kembar yang baru saja masuk kedalam bersama Satria segera merentangkan kedua tangannya. "Come to daddy princess."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Putri dan K(satria)
TeenfikceCerita ini bukan tentang kisah fantasi kehidupan Tuan Putri di kerajaan, bukan juga kisah tentang Tuan Putri dan pangeran dari negri sebrang, atau kisah tentang perebutan tahkta kerajaan. Cerita ini sangatlah sederhana, tidak melibatkan banyak konf...