Jangan lupa tekan🌟🌟🌟 ya semuanya😗😗😗
Keknya agak panjang partnya, jangan kabur plis dan WARNING! Tolong jangan spoiler😭😭😭😭
Aldy
Hari ini adalah hari Sabtu, hari Ekskul di sekolah kami. Semua ekskul jadwalnya hari ini. Jadi sekolah masih ramai sampai sore harinya. Dan seperti yang aku pikirkan juga, kantin juga ramai sore ini.
Semua murid-murid yang baru saja selesai dengan ekskulnya memenuhi satu-satunya kantin di sekolah ini. Tempatnya penuh sekali dan aku tidak tahu harus duduk di mana untuk makan.
"Wah, penuh semuanya nih." Benny celingak-celinguk memanjangkan lehernya untuk mencari tempat kosong untuk kami duduk.
Sekarang ini kami sedang berdiri di antara deretan meja-meja yang penuh orang dengan memegang sebuah nampan berisi semangkuk bakso dan segelas teh botol.
"Heran deh, gue. Kenapa sih, nih sekolah nggak bikin kantin yang lebih gede dikit? Atau minimal, buka kantin lagi kek. Kalo penuh kayak gini, mau duduk di mana kita? Kasihan nih, cacing-cacing di perut gue udah pada main kentongan semua. Kelaperan stadium 4." Benny nyerocos sendiri.
"Gimana nih makannya? Masa harus makan sambil berdiri?"
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar celotehan Benny yang tak ada habisnya itu. Dalam keadaan lapar pun dia masih bisa cerewet seperti itu. Benar-benar mengagumkan anak ini.
"BENNY! ALDY!"
Suara seorang cewek memanggilku dan Benny.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh tempat, mencoba mencari siapakah yang memanggil kami. Dan aku melihat... ya ampun kenapa lagi ini? Jantungku berdebar lagi, dan aku merasakan seluruh tubuhku merinding seperti ini. Kenapa harus dia?
"HAI!" Benny senang dan mengangkat tangannya ke arah Natasha yang memanggilnya. Dia duduk bersama dengan Amanda di salah satu meja.
"SINI!" teriak Natasha sambil melambaikan tangannya.
"Yuk, ke sana." Benny dengan semangatnya jalan duluan ke arah Natasha dan Amanda.
Sementara aku? Tidak ada pilihan lain kecuali mengikutinya.
"Duduk sini aja Ben," kata Natasha. "Masih ada kursi kosong, tuh."
"Makasih." Benny duduk di depan Natasha, meletakkan nampan dan langsung memakan baksonya dengan lahap. Kelihatannya dia memang benar-benar lapar.
Aku duduk di depan Amanda. Memangnya tak ada tempat lain selain di depan gadis itu? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Hanya ada satu kursi itu yang kosong.
Benny sudah tahu aku selalu gugup berada di dekat Amanda, kenapa dia justru memilih duduk di depan Natasha? Sama sekali tidak memikirkan sahabatnya.
Saat aku duduk di depannya, Amanda tersenyum. Sebuah senyuman tipis tapi ramah yang aku dapat darinya hari ini. Aku pun tak bisa begitu saja mengabaikan senyuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boyfriend
Ficção AdolescenteCOMPLETE PREQUEL JANJI AMANDA Setiap orang pasti pernah mengalami sakitnya kehilangan. Dan bagaimana rasa sakit itu akan mulai memudar ketika kita mendapatkan sebuah kebahagiaan sebagai gantinya. Ketika kamu menemukan seseorang yang spesial dalam h...