Bab. 47| 🌷 Aku Cinta Dia ⚘

403 79 312
                                    

Selamat membaca🤗🤗❤❤

Part yang pendek jadi mohon jangan diskip ya🙃🙃

Part yang pendek jadi mohon jangan diskip ya🙃🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amanda

Aku tidak tahu sejak kapan, tapi sejak kehadirannya dalam hidupku, tanpa sadar aku terpukau dengan senyumannya,  mengagumi sifatnya yang tulus, hatiku selalu bergetar berada di dekatnya, merasakan kenyamanan yang belum pernah aku rasakan di saat dia memelukku, dan juga tanpa sadar aku menyayanginya.

Aku cinta dia.

Aldy, satu-satunya orang yang membuatku merasakan apa yang belum pernah aku rasakan sejak dulu. Seseorang yang telah berhasil mencairkan hatiku yang membeku selama bertahun-tahun, membuatku menghilangkan dendam di hatiku dengan cintanya. Seharusnya aku berterima kasih padanya. Tapi apa yang aku lakukan? Aku menorehkan luka di hatinya dengan sangat dalam.

---

Pulang sekolah seharusnya aku mengikuti ekskul dan mengadakan latihan drama yang sebentar lagi akan dipentaskan, tapi aku tidak ada mood sama sekali hari ini. Sejak mengetahui Aldy koma di rumah sakit, aku menjadi lebih suka menyendiri daripada bergabung dengan banyak orang. Suasana berisik akan membuat hatiku semakin kacau. Aku butuh sendiri.

Aku berhenti mendadak melihat seseorang menghadang jalanku. Seseorang yang tidak ingin kutemui justru datang menemuiku.

Raisa.

"Hai, Man," sapanya dengan ekspresi datar.

"Hai," jawabku sinis tanpa melihat ke arahnya.

"Lo udah tahu kalo Aldy di rumah sakit, tapi kenapa lo sekali pun nggak pernah jenguk dia?" tanya Raisa.

Pertanyaan Raisa membuatku harus menatap wajahnya dengan terpaksa. Kali ini bukan ekspresi datar lagi yang kulihat di wajahnya, tapi sebuah ekspresi kesedihan. Dan kelihatannya aku tahu apa penyebabnya.

"Seminggu ini gue ada di Jogja, gue nggak tahu sama sekali kalo Aldy sakit. Gue nyesel sekarang. Kalo aja gue tahu malam itu pertemuan terakhir gue sama Aldy sebelum dia kayak gini, gue nggak akan pergi."

"Gue nggak mau tahu sama urusan lo," ujarku sesinis mungkin. "Dan mendingan lo juga nggak usah ikut campur sama urusan gue sama Aldy. Nggak usah sok perhatian sama gue. Itu bukan urusan lo."

Raisa mengangguk pasrah, membuatku bingung. Biasanya kalau aku bersikap seperti ini padanya, paling tidak dia akan marah dan menghinaku yang macam-macam. Tapi hari ini dia beda. Seperti bukan Raisa yang selama ini aku tahu.

"Soal foto-foto di mading itu ... gue yang ngelakuinnya."

"Apa?" Mendengar pengakuan Raisa yang mendadak ini jelas membuatku kaget. Aku harap aku tidak salah dengar.

"Iya, gue yang ngelakuin itu. Karena gue cemburu Aldy lebih milih lo dari pada gue. Gue nggak sengaja lihat lo dianterin pulang sama Aldy, dan gue udah ngerencanain ini sejak hari itu. Gue nggak suka lihat kedeketan lo sama Aldy. Makanya gue ngelakuin ini."

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang