Bab. 33|🌷 Kebenaran Sekali Lagi ⚘

487 79 623
                                    

Aku ngebut ya manteman, jadi dimohon santuy aja jangan sampe megap-megap bacanya *abaikan yang ini*🤣🤣

Aku datang dengan membawa part yang pendek kok. Lebih pendek dari sendal authornya pokoknya😭😭😭

Oke, langsung aja baca ya🙂🙂

Oke, langsung aja baca ya🙂🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aldy

"Eh iya jam berapa sekarang?" tanyaku tiba-tiba teringat sesuatu yang aku lupakan. Aku mengecek lenganku dan aku sepertinya lupa memakai jam tangan.

Raisa mengecek jam tangan miliknya. "Jam setengah empat. Kenapa sih?"

"Ya ampun, gue lupa ngabarin Endhita." Dengan buru-buru aku merogoh kantong seragam dan mengecek ponselku. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat ponselku mati. "Yah, kok mati gini, sih?" Aku mengocok-ngocok ponsel berharap akan ada keajaiban dan benda pipih itu menyala, tapi yang jelas tidak akan menyala karena baterai habis.

"Lo kenapa sih, Al? Kok panik gitu?"

"Eh, ini ... gue lupa belum ngasih tahu Endhita kalo gue pulang telat. Dia suka nungguin gue soalnya kalo gue belum pulang sekolah. Tapi HP gue mati."

"Oh cuma masalah itu." Raisa mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya di atas meja. "Lo pake aja HP gue. Lo apal nomernya Endhita, kan?"

Ponsel mati dan tidak bisa digunakan lagi. Begitu melihat ponsel lain yang menyala, sudah pasti aku akan langsung menyambarnya. Aku tidak punya pilihan lain. "Iya, iya."

Aku segera mengambil ponsel milik Raisa dan menelepon Endhita. Adikku itu pasti cemas di rumah menungguku pulang. Dia memang selalu seperti itu padaku.

Pernah suatu hari aku pulang terlambat karena ada tugas tambahan di sekolah dan aku lupa memberikan kabar padanya. Saat aku pulang ke rumah dia memelukku sambil menangis. Endhita sangat mengkhawatirkan aku. Dia takut terjadi apa-apa denganku di jalan sejak kecelakaan itu. Aku selalu memaki diriku sendiri yang selalu teledor untuk mengecek baterai ponsel sebelum berangkat ke sekolah.

"Al, gue boleh nambah nggak, mie ayamnya?" tanya Raisa padaku.

Aku yang sedang menunggu Endhita menjawab telepon, langsung mengiyakan permintaan Raisa. "Iya, terserah lo aja, deh."

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang