Bab. 15 | 🌷Keraguan Yang Meyakinkan⚘

714 126 816
                                    

Maafkan jika ada typo, aku udah baca ulang-ulang tetep aja ada typo. Mungkin typo nya gak keleatan pas aku ngedip kali ya😑

 Mungkin typo nya gak keleatan pas aku ngedip kali ya😑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldy

Cemas. Hanya itu yang memenuhi pikiranku selama di sekolah hari ini. Sejak pagi aku melihat bangku Amanda kosong. Ke mana dia? Aku khawatir ada apa-apa dengannya. Ketika guru masuk, guru mengatakan bahwa Amanda hari ini tidak masuk sekolah karena sakit. Rasa cemasku semakin berlebih dan aku khawatir dengannya.

Amanda sakit apa? Seberapa parah sakitnya sehingga sampai tidak masuk sekolah?

Sepanjang pelajaran aku tidak bisa berkonsentrasi penuh karena pikiranku terbagi dua, sebagian ke tempat Amanda dan sebagian lagi aku paksa untuk konsentrasi tentang pelajaran yang sedang diajarkan guru. Beberapa kali guru menegurku yang kepergok melamun saat jam pelajaran, Benny pun juga terlihat mencemaskan aku.

"Lo kenapa sih, hari ini aneh banget?" tanya Benny saat jam istirahat kami jalan berdua di teras sekolah. "Lagi mikirin Amanda?"

Benny selalu bisa tepat jika menerka tentang apa yang terjadi denganku. Dia yang terlalu peka atau aku yang terlalu mudah dibaca sikapnya. Aku sendiri bingung.

"Iya, nih. Si Amanda kira-kira sakit apa, ya? Kalo dia sampe nggak masuk gini, jangan-jangan sakitnya parah, lagi."

Benny mengangkat kedua bahunya, pertanda dia juga tidak tahu. "Gue nggak tahu. Natasha aja yang sebangku sama dia, nggak tahu Amanda sakit apa? Amanda kan emang kayak gini. Kalo lagi sakit nggak pernah ngasih kabar apa-apa sama temen-temennya. Jadi kita semua nggak pernah ada yang jenguk dia di rumahnya."

"Emangnya lo belum pernah dateng ke rumah Amanda?" tanyaku heran. Dia saja yang belum lama kenal Amanda sudah tahu rumahnya, masa iya Benny belum?

Benny menggeleng. "Ya belum lah. Lo kira ngapain gue datengin rumahnya Amanda segala? Denger-denger nyokapnya galak banget. Gue takut, ah." Benny bergidik ngeri.

"..."

"Amanda itu kan anak orang kaya, pasti juga banyak pengawal yang bakalan nginterogasi siapa pun yang dateng ke rumahnya. Nggak boleh ada orang yang sembarangan masuk ke rumahnya. Itu sih, kata temen-temen."

Aku mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Benny. Waktu itu Amanda juga pernah bilang padaku bahwa mamanya galak karena itu dia tidak berani mengajakku masuk ke dalam. Tapi apa benar akan ada interogasi jika ada orang yang datang ke sana dengan niat baik? Ah, pasti Benny yang terlalu melebih-lebihkan saja.

"Apa yang lo pikirin?" tanya Benny lagi.

Aku kaget dan pertanyaan Benny membuyarkan lamunanku. Padahal aku sedang berpikir akan menjenguk Amanda ke rumahnya. Aku sudah tahu di mana rumahnya.

"Heh? Apa?"

"Malah balik tanya lagi, lo? Lo lagi mikirin apaa, sih? Masih mikirin Amanda lagi?"

Aku terdiam dengan pertanyaan itu. Jawabannya sudah tepat dan aku pikir aku tidak perlu menjawab apa pun karena Benny sudah bisa menebak apa yang aku pikirkan.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang